289 29 30
                                    

Suara deringan ponsel yang menggema diseluruh ruangan kamar, berhasil membangunkan Tari dari tidur pulasnya. Gadis itu mengusap keringat di dahi dan lehernya. Suasana kamar mendadak jadi sangat panas, lantaran mimpi yang tadi dialami Tari seperti nyata.

Baru kali ini Tari mendapatkan mimpi se-menyeramkan itu. Tapi, dirinya merasa bahwa kejadian itu memang tidak asing, ia seperti pernah mengalaminya.

Deringan ponsel yang berbunyi untuk kesekian kalinya menarik Tari kembali ke dunia nyata. Gadis berkaos hitam itu lantas mengambil benda pipih yang sedari tadi berdering keras di atas nakas.

"Iya-iya, ini gue udah bangun." Ucap Tari mendengus, saat seseorang di seberang telepon mengomel lantaran dirinya tak kunjung menjawab panggilan dari orang tersebut.

"___"

"Ini gue mau mandi, bawel lo!"

Klik.

Tari memutuskan panggilannya begitu saja. Karena kalau di dengar lebih lanjut sudah pasti pemuda itu masih terus mengomel tiada henti.

Gadis itu beranjak dari kasurnya ingin segera mandi. Namun sebelum itu, ia mengangkat pandangannya ke atas--tepatnya atas dinding, untuk melihat pukul berapa sekarang.

06.30 WIB.

Pantas saja sahabatnya tadi marah-marah.

Di lain tempat, Angga yang sudah rapi dengan setelan putih abu-abunya berjalan menuju garasi yang terletak di samping kanan rumah. Hari ini ia terpaksa membawa mobil, lantaran motor yang biasa ia gunakan sedang di service.

Sembari menunggu sampai mesin mobilnya panas, Angga mencoba memainkan segala jenis game yang ada di ponselnya. Menggelengkan kepala, lantaran semua game yang di download oleh sahabatnya adalah game untuk perempuan semua.

Angga menutup ponselnya karena tak ada satu pun dari salah satu game itu yang bisa ia mainkan. Saat Angga ingin masuk ke dalam mobil, suara teriakan sang Ibu dari dalam rumah yang menyerukan namanya membuat Angga mengurungkan niat awalnya sejenak. Ia melangkah kembali ke dalam rumah.

"Ada apa sih Ma, pake teriak-teriak segala." Kata Angga setelah dirinya berada di ruang makan.

"Kamu nggak mau sarapan dulu, emang?"

Angga menggeleng singkat, "Enggak. Angga udah hampir telat."

"Yasudah. Kamu bawa bekal aja ya? Udah Mama siapin juga di belakang. Bentar Mama ambilkan dulu."

Angga berdecak, namun tak bisa menolak. Terlalu durhaka jika dirinya berani menolak tawaran sang Mama yang jelas-jelas untuk kebaikan diri Angga sendiri.

"Ini. Jangan lupa di makan. Kalau pun kamu nggak mau makan nggak apa-apa, nanti kamu bisa kasih buat Tari." Ratna menepuk lengan anaknya pelan.

Angga mengangguk seraya tersenyum tipis, ia langsung menyalimi tangan sang Ibu untuk segera berangkat.

"Bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut!" Seru Ratna mengingatkan.

"Iya ma, iya." Sahut Angga sedikit mengeraskan suaranya lantaran sudah berada di halaman rumah.

***

"KEPADA SISWI YANG BERNAMA JINGGA LESTARI DARI KELAS XI IPA 2. HARAP SEGERA DATANG KE RUANG BIMBINGAN KONSELING SEKARANG JUGA!"

Panggilan dari pengeras suara itu membuat sang empunya nama meringis dalam hati. Sepertinya Tari melupakan sesuatu lagi. Ia lantas bangkit dari duduknya dan meminta izin kepada guru yang sedang mengajar. Setelah diberikan izin, kakinya langsung melangkah keluar kelas.

DiferenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang