EMPAT BELAS

497K 67.9K 28K
                                    

Maaf telat. Kemarin ada halangan.

1000 vote + minim 500 komentar untuk next!

Yang nggak vote, ada masalah hidup apa? Sini cerita, haha.

****

Ilona menggigit ujung kukunya dengan raut wajah resah. Ia sedang dilanda kebimbangan antara menemui Areksa atau tidak. Sekarang ini, ia sudah berdiri di depan pintu utama rumah cowok itu. Kira-kira, apa yang akan Areksa lakukan padanya nanti?

"Takut Eksayang marah," gumam Ilona.

"Masuk nggak, ya."

Baru saja Ilona ingin mengetuk pintu, tetapi pikirannya tiba-tiba berubah. Gadis itu berdecak sebal lalu berbalik badan berniat pulang. Tepat saat dirinya memutar tubuhnya, sesuatu tidak asing itu menabrak dirinya. Aroma ini, aroma yang tidak asing lagi di hidung Ilona.

"Mau ke mana?"

Ilona meneguk ludahnya susah payah. Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap Areksa yang lebih tinggi darinya. Ia meringis takut karena tatapan cowok itu terlihat sedang tidak bersahabat.

"Eh, Eksa ...." Ilona cengengesan seperti orang gila. Tangan kanannya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Tanpa Ilona duga, cowok itu justru mengangkatnya seperti sedang membawa karung beras. Beberapa kali Ilona memberontak dengan cara memukul punggung Areksa, tetapi cowok itu sama sekali tidak memberi respons.

Arseno dan Clarissa yang sedang berada di ruang tamu itu pun terkjut melihat tingkah anaknya dan Ilona. Mama dari Areksa itu hendak menghampiri keduanya tetapi Arseno dengan cepat mencegahnya.

"EKSA! AMPUN!" teriak Ilona histeris. Areksa membawanya pergi ke kamar tanpa memberikan kesempatan untuk turun dari pundak cowok itu.

Setelah membanting tubuh Ilona di atas kasur empuknya, Areksa langsung mengunci pintu kamarnya. Cowok itu menatap datar ke arah Ilona seraya berjalan menghampiri gadis itu.

Tatapan mata Areksa benar-benar tidak bisa Ilona jabarkan. Bahkan sekarang, cowok itu sudah mengunci tubuh Ilona yang terbaring dengan kedua tangan kokohnya.

Karena terlalu takut menatap kedua mata tajam Areksa, Ilona pun memutuskan untuk memejamkan matanya. Sapuan lembut di pipinya yang berasal dari tangan Areksa itu membuat tubuh Ilona merinding.

"Gue nggak bisa marah sama lo," ujar Areksa akhirnya. Cowok itu mendekatkan wajahnya ke telinga Ilona. "Lo gemesin. Gak tega," bisiknya.

Ilona refleks membuka matanya. Jarak wajahnya dengan Areksa hanya tinggal satu jengkal saja. Membuat Ilona bisa merasakan embusan napas berbau mint dari bibir Areksa.

"Pergi ke mana?" tanya Areksa dengan suara yang terdengar serak.

"M-main," balas Ilona terbata.

"Main sama siapa, hm?" tanya Areksa kemudian membelai lembut rambut kecokelatan milik Ilona.

Setelah meneguk salivanya susah payah, Ilona pun menjawab, "Seano."

Kening Areksa menaut tajam. Kedua tangannya mengepal erat. Ilona bisa merasakan aura murka dari dalam diri Areksa.

"Siapa yang ngizinin lo pergi sama cowok?" tanya Areksa dengan raut wajah marah.

Ilona menggeleng pelan. "Enggak ada."

"Udah berapa kali gue bilangin, jangan pernah deket-deket sama cowok lain selain anak-anak Diamond. Lo tau kan kalau itu termasuk hal yang nggak gue suka?" Areksa menjauhkan tubuhnya dari Ilona. Cowok itu berdiri tegak membuat Ilona bangkit dari tidurannya.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang