With Coass Under The Rain (Retake)

17.4K 3.1K 302
                                    

Banyak orang bilang kalau hujan itu membawa kembali kenangan masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak orang bilang kalau hujan itu membawa kembali kenangan masa lalu. Entah dari mana asal teorinya atau dari mana pemahamannya, nyatanya banyak orang mengatakan bahwa kenangan yang hilang terlampau lama pun bisa kembali saat hujan. Seakan memiliki kekuatan  magis, tiap tetesan hujan yang jatuh melebur di dekat kaki, membasahi bumi, bahkan menyamarkan air mata, saat itu turut mengembalikan dan membangkitkan kembali kenangan-kenangan lama yang sudah mati terlampau lama.

Dan kali ini, Yohan membuktikannya. Hanya berdiri di depan IGD untuk menunggu hujan reda sore itu. Mendekati berakhirnya waktu rolling di OK ke VK, pasien yang perlu dioperasi karena indikasi kontra melahirkan berkurang pesat, jadi ia bisa pulang lebih manusiawi daripada sebelum-sebelumnya. Tapi dia malah terjebak di depan IGD, menunggu hujan reda sambil sesekali menatap derasnya hujan di depannya. Dan mau tidak mau, kenangan-kenangan lamanya kembali terputar dalam ingatannya.

Kenangan bahwa ia adalah anak tunggal dalam keluarganya, yang membuatnya jadi paling disayang di dalam keluarga, juga paling dimanja.

Kenangan bahwa ia adalah anak yang paling diandalkan dalam keluarganya, yang diharapkan bisa menjadi pemimpin kedepannya.

Kenangan bahwa ia tidak sama dengan saudara-saudara sepupu laki-lakinya, yang membuat setiap orang di dalam keluarga besarnya kecewa.

Kenangan bahwa ia sudah tak lagi lagi dianggap dari keluarganya hanya karena ia berbeda setelah ia melakukan semua yang bisa dilakukannya untuk membuat keluarganya bangga.

Kenangan bahwa ia akhirnya benar-benar jatuh pada sesosok dokter residen bedah yang mungkin hanya menganggapnya lelucon yang kebetulan mampir.

Kenangan bahwa malam itu ia terbuai dalam ciuman dokter itu, yang membuatnya semakin jatuh ke dalam lubang kesalahan yang membuatnya terusir dalam hidupnya sendiri.

Yohan menggeleng kuat, berusaha melenyapkan kenangan-kenangan yang terus berkelebat dalam kepalanya, kemudian berharap bahwa hujan akan segera reda. Ia harus pulang ke rumah, meski rumah tidak lagi terasa rumah baginya.

"Hujannya bakalan lama. Kamu mau pulang bareng saya?"

Yohan terkesiap dan menoleh ke sampingnya dengan tatapan tegang.

Dokter Yuvin berdiri di sampingnya, dengan payung di tangan kanannya. Mata mereka bertemu.

Yohan membuang pandangan. "Gak usah, dok. Saya bisa pulang sendiri."

"Kamu gak bawa mobil kan hari ini? Daripada kamu basah-basahan naik ojek online, saya aja yang anterin kamu pulang," Yuvin bersikukuh.

Yohan menggeleng kaku. "Saya bisa pulang sendiri, dok. Saya gak mau ngerepotin dokter. Permisi."

Dan demi menghindari Yuvin, Yohan memilih menerobos derasnya hujan. Hal paling tidak bisa dilakukannya sekarang adalah berinteraksi terlalu lama dengan resien bedah itu karena semakin tinggi intensitasnya berinteraksi dengan residen bedah itu, maka ia akan semakin jatuh.

Dan menekan perasaan bukan hal yang mudah.

"Yohan."

Langkah Yohan terhenti setelah beberapa meter dari pelataran IGD. Ia kaget bukan main saat lengan kanan Yuvin melingkari bahunya - memeluknya dari belakang - sedangkan tangan kirinya menggenggam erat gagang payung yang melindungi tubuh mereka dari hujan.

"Kenapa kamu terus ngehindarin saya, Han? Kalo emang saya punya kesalahan, tolong bilang sama saya. Jangan diem dan pergi. Kamu tau saya serius. Kenapa kamu gak percaya?"

Yohan diam. "Dok, ini masih di area rumah sakit. Nanti diliat pasien sama dokter-dokter yang lain."

"Han, saya mikirin kamu tiap hari sejak malam itu. Tapi kamu selalu ngehindarin saya tanpa saya tau di mana letak salah saya. Apa kamu gak pernah sekalipun mikir tentang saya?"

Yohan berdecih.

Saya pun hampir gila karena dokter, pikirnya.

"Yohan. Saya serius sama kamu. Bukan mau main-main. Usia saya udah terlalu matang buat mulai berhenti main-main." Yuvin membalik tubuh Yohan, menyelami manik Yohan.

Yohan menghindari tatapan Yuvin. "Seandainya dokter tau bagaimana posisi saya, mungkin dokter gak akan begini."

"Kalo begitu, kasih tau saya, apa yang bikin kamu ragu sama saya, Han? Apa yang bikin kamu selalu ngehindari saya? Supaya saya bisa bikin kamu percaya sama saya, Han."

Dan Yohan makin membisu. Dia tidak mungkin membongkar bahwa keluarganya tidak menerimanya karena ia berbeda di depan Yuvin. Tapi sungguh, kalau keadaannya bukan begini, mungkin Yohan akan dengan senang hati menerima Yuvin sebagai bagian dari hidupnya, bagian dari hatinya.

Karena dalam hatinya pun, ia mulai menaruh hati pada residen bedah di depannya.

Tapi sayangnya, demi keluarganya, dia harus menekan perasaannya, seberapa pun ia ingin memiliki Yuvin di sisinya.

"Kalo kamu masih belom percaya sama saya, kasih saya satu kesempatan untuk bikin kamu percaya sama saya..."

Yuvin menarik pinggang ramping Yohan mendekat, membuat dahinya menempel dengan dahi Yohan, dan membuat hidungnya menempel dengan hidung Yohan. Matanya berusaha menyelami manik indah Yohan, berusaha memberikan keyakinan.

Dan tanpa Yuvin sadari, dia menjatuhkan payung yang dipegangnya, membuat tubuhnya dan tubuh Yohan yang sama-sama masih terbalut dalam putihnya jas dokter basah kuyub karena hujan yang tidak kunjung reda.

Ini bukan kisah cinta pangeran dengan upik abu.

Ini bukan kisah cinta pangeran dengan putri tidur.

Ini juga bukan kisah cinta pangeran dengan putri salju.

Ini hanya kisah cinta sederhana dua paramedis. Dokter residen dengan dokter muda. Yang sialnya tidak semulus dalam drama.

"Saya sayang kamu, Han. Kamu mau kan kasih saya kesempatan untuk bikin kamu percaya?"

Meski ragu, Yohan mengangguk samar dan membiarkan Yuvin kembali menyatukan bibir mereka di bawah hujan, membuatnya kembali terbuai dalam perasaan yang sama.

Dan Yohan berterima kasih pada hujan yang menyamarkan air matanya.

.

.

.

.

.

Meanwhile...

"Kapan sih gue bisa seromantis itu sama Wooseok?" gumam Jinhyuk saat kebetulan melihat adegan Yuvin dengan Yohan dari IGD.

Midam mengangkat bahu. "Kalo Wooseok jatuh cinta dan tergila-gila sama lo."

"Kapan, Dam? Jangankan gue cium gitu, gue gombalin aja yang ada gue dilempar tensi meter sampe benjol segede bakpau. Apalagi gue cium gitu, organ gue langsung dijual semua."

It's time to say "Poor You" to doctor Jinhyuk,

.
.
.
.

Aku lagi capek dengan penuh semangat, sampe lupa nyolokin rice cooker. Pantes kok setengah jam lebih ini nasi belum mateng. Hampir kukira rusak, ternyata belum aku colokin.

Dan di sela kemusuhan sama rice cooker, aku capek dengan penuh semangat lalu mengetik ini wkwk 😐😶

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang