(07) Kania

604 169 6
                                    

"Nanti pulang sama gue apa Aji nih, Nya?" goda Clara sembari melepas helm dan meletakkannya di atas motor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nanti pulang sama gue apa Aji nih, Nya?" goda Clara sembari melepas helm dan meletakkannya di atas motor. Kania tak banyak bergeming, menyusul Aji yang sudah berjalan di depan sembari menyempatkan menjawab pertanyaan Clara. "Sama Aji gak apa-apa, kan yang rumahnya deketan, kalau sama elu kejauhan,"

Aji yang mendengar percakapan itu akhirnya ikut menyahut, "Motor lo kapan balik dari bengkel dah?" tanya Aji, sambil membalikkan badan. Tahu-tahu, Kania sudah berada tepat di sampingnya.

"Lusa mungkin. Semalem gue udah telfon tukang reparasi, katanya masih dibenerin," jawab Kania dengan agak jutek. Paham betul sepertinya Aji merasa keberatan harus membonceng dirinya untuk kesekian kali.

"Dih, jangan ngambek gitu dong, Kaniaaaa~" teriak Aji sambil berlari mengejar Kania yang mempercepat langkah. Sementara Clara, masih sibuk menata penampilan di depan kaca spion.

Sampai di depan pintu masuk, Kania berhenti. Aji juga, tanpa disuruh langsung meneriaki Clara supaya cepat merampungkan dandanan dan bergabung dengan dirinya dan Kania.

"WOE CLAR, UDAH CANTIK BURUAN SINI!"

Yang diusik langsung menggerutu sebal. "Sabar dong, mau ketemu pangeran ya harus tampil sempurna-" Clara ngedumel, setengah berlari menghampiri Aji dan Kania yang terbengong di depan pintu.

"Pangeran Jinendra yang tampan dan berwibawa ini?" tanya Aji sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Cuih, gak nafsu." sungut Clara sambil beralih menggamit lengan Kania.

"Eh btw nih, Nya. Gue berdoa supaya Bintara ajak sepupu gue juga," bisik Clara ke telinga Kania. Lagi-lagi Clara membicarakan soal sepupu-nya itu kepada Kania. Kania mengangguk pelan, supaya Clara ikut senang melihat responnya.

Aji membukakan pintu, beberapa detik kemudian berseri ketika menemukan dua orang siswa berseragam yang sama dengannya, sudah menunggu di salah satu meja panjang. Seperti biasa, Aji kalau lagi senang pasti hiper, kalau nggak teriak ya loncat-loncat. Alias sama aja malu-maluin.

"HALO MAS BRO BINTARA DAN MAS GANTENG SADEWAㅡ" pekik Aji.

"Hah? Siapa? Sadewa?" batin Kania.

"NAH INI DIAAAAAAA!! SADEWA SEPUPU AKUUU NIH, NYA!!" Clara menyerukan dengan bangga, seakan menyerukan pidato kemenangan atas suatu hal.

Padahal Kania sudah memperlambat langkah, tetapi berkat usaha Clara menarik lengan Kania susah payah, akhirnya sampai juga di depan Bintara dan Kania.

"Nah, Dewa, ini namanya Kania!!" seru Clara sambil menepuk bahu Kania. Benar benar, Kania pusing dihadapkan dengan kenyataan seperti ini.

"Kok bisa si penguntit ini sepupu Clara, sih?!" sesal Kania dalam hati.

"Jadi Clar, yang mana nih pangeran yang lu maksud?! Sadewa ya pasti?!" ledek Aji.

"Bodoh, lo gak denger tadi gue teriak apa?! Sadewa sepupu gue, yakali gue demen sama sepupu sendiri?! Ya, Dew yaaa???" tukas Clara.

"Ooh jadi lo naksir Bintara? Siap, gue lapor dulu ke Kak Calㅡ"

"BACOT ANDA!!" Clara menjambak rambut Aji sampai pemuda itu mengaduh kesakitan.

Bintara ketawa kalem mendengar semua ocehan keributan antara Aji dengan Clara. Pemuda itu sampai lupa kalau ia belum menyapa Kania, rekan satu ekskul musik dengannya.

"Hai, Kania! Lama nggak ketemu, ya! Kania sering absen waktu ada pertemuan,"

"Hehe, iya nih, Bin! Denger-denger, hari Sabtu pertemuan terakhir buat anggota kelas sebelas," sahut Kania, sedikit kikuk karena ia tahu seorang pemuda di sebelah Bintara sedang menatapnya tajam.

"Iya bener, jangan lupa datang!" pesan Bintara.

Tiba-tiba Bintara merangkul Sadewa, "Nih kenalin, temen gue paling irit ngomong, paling minim ekspresi, paling nyebelin tapi juga paling pinter di kelasㅡ"

"Paling galak, paling judes, paling bikin kesel..." Kania melanjutkan dalam hati.

Sadewa tetap tak berekspresi, sorot matanya benar-benar tak melepaskan pandangan dengan Kania. Padahal biasanya kalau Bintara menggoda sedikit saja, sudah kena tampol darinya. Kali ini, semua mendadak berubah dengan cepat.

"Hai, Sadewa. Gue Kaniaㅡ" ucap Kania, memaksakan tersenyum selebar mungkin demi menghindarkan salah paham karena si bodoh ini tetap melempar pandangan curiga pada dirinya. Kalau Kania tidak bisa mengontrol emosi, mungkin ia akan langsung melempari Sadewa dengan botol tupperware milik Aji ketika pemuda itu mulai memandanginya sejak tadi.

 Kalau Kania tidak bisa mengontrol emosi, mungkin ia akan langsung melempari Sadewa dengan botol tupperware milik Aji ketika pemuda itu mulai memandanginya sejak tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
#5 Distraksi Tiga Dimensi✔Where stories live. Discover now