00

2.9K 199 10
                                    

TRAFALGAR Law genap berusia dua puluh satu tahun bulan depan. Meski usianya sangat muda, pimpinan rumah sakit di pusat kota, yang tak lain adalah ayahnya sendiri, sudah memercayakan RS pusat kepada Law. Memang, keahlian pria muda bermanik abu jernih itu tak perlu dipertanyakan dua kali. Dia yang jenius sangat terampil meracik obat sampai melakukan bedah. Sayangnya, Law tak terlalu tertarik untuk melanjutkan RS pimpinan ayahnya. Pria muda itu menyerahkan segala urusan rumah sakit kepada Lami, adik perempuannya. Karena itu, Law membangun sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri tepat di Tokyo. Perusahaannya melejit dengan cepat sampai membuat orang berdecak kagum dan memujanya, termasuk para hawa.

Wajahnya yang tampan dibarengi sifat dingin pun menjadi nilai lebih bagi para nyonya yang ingin menjadikannya menantu. Sayangnya lagi, Penguin dan Shachi, dua orang kepercayaannya, hanya mampu geleng-geleng kepala. Dua pria itu selalu menyayangkan betapa mudahnya nyonya-nyonya itu ditipu dengan kalimat Trafalgar Law, yang katanya siap menunggu beberapa tahun lagi untuk menjadikan salah seorang putri mereka sebagai istri karena masa ini dia hanya ingin fokus kepada perusahaan. Yah, dengan senyuman manis dan nada bicara lembut sang Trafalgar, Penguin dan Shachi memang tak menyalahkan kalau para nyonya itu tertipu.

"Bagaimana?"

Penguin dan Shachi yang sibuk mengurus beberapa dokumen langsung mendongak begitu suara berat atasan mereka masuk ke indera pendengaran.

"Undangan untuk bocah itu, kan?" Shachi menarik laci meja dan mengeluarkan sepucuk amplop undangan. Dia mengangkatnya supaya Law—yang berdiri menjulang di hadapannya—bisa melihatnya dengan jelas. "Tinggal kami kirimkan."

Penguin yang duduk di kursi kerja mendorong diri, menjauh dari komputer supaya maniknya melihat Law. "Akan kami kirimkan setelah makan siang."

Law tersenyum tipis. Begitu tipis, tapi baik Penguin ataupun Shachi bisa melihatnya dengan jelas. Setelahnya, Law pergi menaiki tangga ke ruangannya di lantai atas.

Penguin menyenggol lengan Shachi. "Oi, dia baru saja tersenyum."

"Ya. Hal buruk akan terjadi." Shachi mengangkat sebelah bahunya.

***

Law berpangku tangan. Meski terlihat sedikit santai, dia tidak mengalihkan maniknya sama sekali dari layar komputer. Tidak, tidak, dia tidak sedang bekerja. Seperti sedang melihat grafik pencapaian perusahaan ini atau apa, dia hanya sedang melihat foto orang yang dia sayangi. Orang yang selalu mendominasi pikirannya selama dua puluh empat jam. Orang yang egois, yang bahkan tidak mengizinkan Law memikirkan hal lain, termasuk memikirkan dirinya sendiri. Karena itu, tepat di hari ulang tahunnya bulan depan, Law harus meminta pertanggungjawaban dari orang itu.

Tangan kanan Law terus menekan mouse sehingga foto di monitornya terus berganti.

Sebenarnya Law tak punya niat sama sekali untuk merayakan pesta ulang tahunnya. Hanya saja, adik perempuannya yang begitu cerewet terus memaksanya. Alasannya cukup gila. Lami bilang, dia sangat ingin pria yang disukainya datang berkunjung, tapi dia tak punya alasan bagus untuk hal tersebut. Karena itu, dengan dia memberi undangan menghadiri acara ulang tahun kakaknya, pria itu akan datang, dan Lami akan menyatakan cintanya.

Yah, berkat itu juga, Law punya sedikit motivasi. Tentunya dari Penguin dan Shachi. Mereka memanasi Law yang masih mencintai diam-diam dan menjadi penguntit selama ini lalu dikalahkan dengan Lami yang menggebu-gebu ingin menyatakan cinta. Law yakin dua ratus persen kalau pria itu takkan menolak Lami, makanya dia bisa malu terus-terusan kalau digoda Penguin ataupun Shachi karena dia dilewati adiknya sendiri. Harga diri tidak membolehkan hal tersebut terjadi begitu saja.

Karena itu, saat ulang tahunnya bulan depan, dia harus membuat Monkey D. Luffy menjadi miliknya.

***


Well, mungkin bab depan, TF langsung end. C u gengs... Betewe, jangan artiin update gue hari ini juga berlaku buat fict lain atau DJ. Sry.

The Fate - DiscontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang