[vol. 1] 26. Debaran Aneh

5.9K 837 71
                                    

Dengan perlahan Galen mendekatkan bibirnya.

***

Dengan rasa penasaran yang kian menjalar dalam darah, perlahan tapi pasti, tangan Angkasa bergerak menjulur mendekati bagian dalam laci ingin mengambil foto itu. Dengan tatapan dingin yang tak lepas menyorot lurus lembaran foto itu, Angkasa sungguh penasaran akankah dirinya mengenali wanita itu setelah melihat foto tersebut secara keseluruhan. Hingga ketika uluran tangannya semakin dekat dengan objek yang ingin diraihnya, tiba-tiba...

Cklek

Belum sampai uluran tangan Angkasa menyentuh foto tersebut, suara pintu terbuka yang terdengar tanpa didahului oleh pertanda seketika membuat pandangan Angkasa terangkat otomatis dan saat itu juga matanya langsung bertemu dengan sepasang mata seseorang yang berdiri di baliknya.

"Sedang apa kamu di ruang kerja Papa?"

💕

"Kak Galen, Kak Galen, oper bolanya ke Ryan, Kak!"

Mendengar seruan Ryan yang merupakan salah satu timnya, Galen yang posisinya sedang menguasai bola dengan gesit melaksanakan apa yang diminta. Seketika kakinya meliuk cepat, mengoper bola itu pada Ryan. Yang kemudian dengan sama gesitnya, Ryan mengambil alih dan langsung menggiring bola di kakinya menuju gawang lawan.

Ke kanan-ke kiri, Ryan mengecoh Ungga yang bertugas sebagai penjaga gawang tim lawan.

"Ryan, sini!" Tiba-tiba Galen memekik.

Ryan menoleh. Tidak butuh waktu lama, Ryan bisa membaca maksud strategi yang disampaikan Galen melalui sorot gerakan bola matanya. Ryan langsung mengoper kembali bola tersebut pada Galen. Mencoba menarik perhatian Ungga, sampai saat Ungga sudah benar-benar fokus pada permainannya, dengan cekatan ia kembalikan bola itu pada Ryan, sampai saat Ungga hilang fokus, Ryan segera menendangnya lurus mengarah gawang lawan yang lolos dari jagaan Ungga.

"GOOOOLLL!!!"

Sedetik kemudian halaman depan panti tiba-tiba ramai dengan seruan Galen, Ryan, Fajar, dan Zidan. Meskipun tetap saja suara Ryan yang paling nyaring di antaranya. Sedangkan Chiko, Modi, Aria, dan Ungga―pastinya―mereka berempat cemberut tidak terima lantaran dengan begitu artinya tim mereka telah dikalahkan oleh tim lawan.

Dari depan pintu, Sakura benar-benar tidak bisa berhenti mengulum senyum selama memerhatikan Galen dan anak-anak yang bermain dan berbagi tawa bersama. Karena tidak tahu kenapa, melihat Galen tertawa rasanya seperti ada kebahagiaan tersendiri dalam diri Sakura. Setelah cukup lama Sakura merindukan tawa itu, akhirnya ia bisa kembali melihatnya juga terhias nyata di wajah Galen.

"Eh, ada Kak Sakura! Kak Sakura ikut main yuk!"

Melihat keberadaan Sakura, Fajar dan Aria segera berlari menghampiri dan tanpa segan-segan langsung menarik kedua tangan Sakura satu-satu, untuk ikut bergabung dengan mereka.

"Ayuk, Kak Sakura ikut main!"

"Yey! Kak Sakura ikut main!"

"Ha? Nggak-nggak. Kak Sakura nggak bisa main bola," tolak Sakura dengan gelengan. Sambil pelan-pelan mencoba membebaskan kedua pergelangan tangannya dari cengkraman Fajar dan Aria, ia mencoba menjelaskan, "Udah, mending kalian main sama Kak Galen aja, ya. Kak Sakura biar ngeliatin kalian aja dari teras, sambil nemenin Caca dan Ingga main barbie. Oke?"

Namun baru saja Sakura hendak berbalik, seketika Ungga menahannya. "Tunggu-tunggu, kalau Kak Sakura nggak bisa main bola, gimana kalau kita main tutupan mata aja?"

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang