16. Melody

4.5K 209 11
                                    

Play in mulmed...

Pukul 04:00 pagi, SMA Citra Bangsa sudah di penuhi oleh rombongan murid yang akan berangkat studi wisata ke Jogja. Enam bus yang akan mengantar rombongan, sudah terparkir rapi di depan gerbang Citra Bangsa. Para orang tua yang akan melihat keberangkatan putra-putrinya, sedang sibuk memberikan beberapa nasihat agar berhati-hati di kota orang. Termasuk Melody yang saat ini sedang memeluk ayahnya, dan Talita yang berada di sebelahnya bersama Ratih.

Melody melihat teman-temannya sedang berkumpul di depan bus nomor dua. Disana ada Teresa yang melambaikan tangan kepada ke dua orang tua nya yang baru saja masuk ke dalam mobil. Ada juga Mentari yang bercanda dengan ibu dan ayahnya. Sedangkan Aruna tengah memeriksa isi kopernya lagi. Melody mengedarkan pandang ke seluruh gerombolan siswa yang ada disana.

Melody mengurai pelukan ayahnya, saat melihat Senja dan Fajar yang sedang berada di depan bus nya. Ia tersenyum ke arah Senja yang melambaikan tangan padanya. Melody melihat Senja menarik tangan suami beserta anaknya yang sepertinya akan menghampirinya. Benar saja. Mereka bertiga sekarang sudah ada di depan keluarga Melody.

"Hallo.... Calon besan.." seru Senja sambil cipika-cipiki dengan Ratih.

Fajar menepuk punggung Diergan, salaman khas lelaki dewasa. Melody mengamit tangan Fajar dan Senja, salim. Cakra juga melakukan hal yang sama dengan mencium punggung tangan Diergan dan Ratih, juga Talita yang hanya diam saja.

"Udah lama ngga pernah ke toko, sibuk ya?" seru Ratih ke arah Senja.

"Iya Ratih. Sibuk ngurusin anak-anak." sahut Senja tersenyum lebar. Sedangkan Fajar dan Diergan mengobrol. Entah apa yang mereka bicarakan, Melody hanya bisa tersenyum melihat keakraban orangtuanya dengan keluarga Cakra.

Bertepatan dengan itu, El bersama Tiwi menghampiri keluarga Melody yang tampak berbincang dengan orang tua teman cewek itu.

"Hai... Rat." sapa Tiwi yang membuat Ratih berseru gembira, lalu memeluknya.

"Hai...." sahut Ratih masih memeluk teman lamanya. "Suami mu ngga ikut nganter, El?" lanjut Ratih melepas pelukannya. Tiwi menggeleng.

"Mana Melody." seru Tiwi yang membuat Melody menghentikan percakapannya bersama Cakra. "Sini sayang." lanjut Tiwi.

"Bentar ya, Cakra." Cakra mengangguk. Melody menghampiri Tiwi. Ratih dan Senja tertawa melihat Tiwi memeluk erat Melody. Cewek itu juga tertawa pelan dalam pelukan Tiwi. El tersenyum memperhatikan interaksi dua manusia di sampingnya itu.

Sedangkan Nirwana dari kejauhan memperhatikan keluarga Melody dengan beberapa orang disana. Raut wajahnya yang datar, membuktikan bahwa ia tidak menyukai pemandangan di ujung sana.

Lulana bersama kedua orang tua nya menghampiri Nirwana. Cowok itu sedikit membungkuk, menyapa keluarga itu.

"Mama sama Papa kamu kemana, sayang?" tanya mama Lulana.

"Udah pulang, Tan." jawab Nirwana sopan. Digo, ayah Lulana menepuk bahu Nirwana pelan dan membisikkan sesuatu. Entah apa yang di bisikkan pria paruh baya itu, tapi di lihat dari wajah Nirwana yang tampak menghela napas sepertinya cowok itu tengah menerima hal yang berat.

"Om percayakan Lulana sama kamu." seru Digo sudah tidak lagi berbisik. Lulana memeluk ibunya.

"Iya om." sahut Nirwana sambil melirik Lulana yang tersenyum lembut padanya.

Sudah tiga hari Nirwana tidak melihat keberadaan cewek itu di sekolahnya. Dari beberapa temannya yang ia tanyai tentang Lulana, ternyata cewek itu tidak masuk sekolah di karenakan sakit. Lulana memang pernah mengiriminya pesan, tapi Nirwana lupa membalasnya. Pesan Lulana tenggelam oleh beberapa pesan dan grub yang selalu meramaikan ponselnya. Lebih tepatnya lagi, Nirwana tidak mau memberikan harapan lagi pada Lulana. Dia sudah fokus pada cewek kecil yang saat ini masih berbinar bahagia bersama beberapa orang disana.

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang