4: Princess Diary

28.3K 2.5K 28
                                    

Lampu ruangan itu telah padam sehingga seluruh ruangan terlihat cukup gelap. Anna terbaring di atas ranjang tidur berukuran queen size itu. Ia membuka matanya perlahan lalu menatap ke langit-langit kamarnya yang bergambar langit malam itu.

Matanya mengerjap beberapa kali lalu ia mengubah posisinya menjad duduk. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan itu. Dia tak sedang berada pada kamarnya sendiri.

"Ya... Sekarang aku menjadi seorang putri secara tak sengaja. Setidaknya tak semua yang ada disini seperti era dipertengahan." Ucapnya setelah melihat sebuah televisi yang menempel di dinding itu.

Semua interior di kamar itu sangat berkelas. Harganya sudah pasti selangit. Tapi tentu saja itu pantas untuk pemilik kamar yang berstatus seorang putri.

Anna masih tak percaya dengan kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ia tiba di dunia yang jauh dengan Buminya. Bagaimana pun kedepannya ia tetap bersyukur, setidaknya ia masih diberi kesempatan hidup kan?

"Haah... Aku harus menerimanya." Anna menghembuskan nafas berat.

Tangannya meraih sesuatu yang menggantung pada lehernya. Tangannya melepas kaitan liontin di lehernya itu. Dengan gerakan yang lembut ia melepas liontin rose quartznya lalu meletakkannya pada meja di sampingnya.

 Dengan gerakan yang lembut ia melepas liontin rose quartznya lalu meletakkannya pada meja di sampingnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia mengangkat liontin yangmasih menyisakan sebuah kunci itu. Dilihatnya kunci itu dengan sendu. Ya...Alasan ia sampai ke dunia yang asing itu adalah karena misinya untuk mengambil kunci itu.

"Pemilik kunci ini harus berterima kasih padaku, kalau tidak aku akan menyentil kepalanya hingga ia memohon ampun." Gumamnya pada dirinya sendiri.

Ia kembali memakai liontin itu. Saat hendak kembali tidur ia melirik pada bandul rose quartznya. Ada sebuah buku di samping bandul itu. Ia langsung kembali duduk dan meraih buku itu.

"Anna Stewart..." Ia melihat ukiran nama yang ada pada pojok buku diary bergaya vintage itu.

Ia membuka covernya. Sebuah tulisan tangan yang rapih terlihat pada halaman pertama diary itu. Anna menyentuh tulisan tangan yang cantik menurutnya.

"Tulisan tangannya sama sepertiku, hanya saja punyaku lebih banyak penekanan." Ucapnya setelah mengingat kembali tulisan tangannya.

Aku adalah putri dari kerajaan Quartz, apapun yang terjadi aku tetaplah seorang putri. Ingatlah martabat dan etika yang dibebankan pada putri tunggal kerajaan Quartz. Apapun yang kulakukan akan mempengaruhi nama baik kerajaan dan keluargaku. Namaku adalah Anna Stewart, the Rose Princess of Quartz.

Aneh... Seakan tulisan itu mengingatkan sang pemilik tentang jati dirinya. Mungkin ia menulis diary ini sejak masalah yang menimpanya. Tentu saja menulis ini pada dirinya sendiri untuk mengingatkan siapa dirinya.

"The Rose princess of Quartz, Anna Stewart. Dia menuliskannya dalam bahasa Inggris, tapi sejak tadi bahasa yang mereka gunakan di sini bukanlah bahasa Inggris. Anehnya, kenapa aku bisa paham ya?" Anna bertanya pada dirinya sendiri.

The Wrong BrideWhere stories live. Discover now