33. Perasaan apa ini?

2.2K 200 14
                                    

Part kali ini kasar menurut gua. Ada adegan perkelahian yang lumayan serius. Mohon jangan ditiru karena ini cuma cerita fiksi. Terima kasih.

———

"Bar ini liat nih!" Agung menunjukan ponselnya. Ada sebuah video yang diberikan temannya anak kelas dua belas lewat whatsapp. "Si Galang turun lawan Taruna nggak ngomong apa-apa sama kita!"

Bari melirik video itu sekilas sebelum bangkit dari kursinya. "Dimana itu?"

"Deket-deket bekas pabrik kayu. Samping pasar becek."

Bari mengangguk. "Turunin anak-anak kelas sepuluh, kelas sebelas. Kabarin lewat whatsapp sekarang. Kita cabut. Bantuin Galang."

Agung melirik Bari dengan heran. "Lo mau bantuin dia?" tanya Agung tidak percaya sama sekali, "lo sama dia itu musuh, Bar. Dia selalu anggap lo saingan, rival lo di sekolah. Ngapain lo bantuin dia segala? Biar aja dia mampus di sana. Kagak ada dia di Nusa Jaya, nggak akan ngaruh apa-apa. Yang kita butuhin cuma lo, Bar."

"Dia tetep bagian dari Komplotan kita, Gung," kata Bari sambil memakai jaket jeans berlengan robek yang diambil dari kolong mejanya, "gue duluan. Lo ajak anak-anak yang mau turun hari ini lewat belakang sekolah. Main kalem, jangan sampe ada guru atau osis yang liat."

"Lo sendiri?"

Bari mengangguk.

"Gila lo?!" Agung menahan tas Bari dengan cepat, "Taruna turun banyak. Mereka pada bawa barang. Lo mau mati konyol di sana?"

Bari mendengus kasar. Dia meninju rahang Agung karena reflek. "Lakuin apa yang gue suruh dan jangan banyak bacot! Buru!"

Agung meringis sambil mengusap wajahnya. "Sori, Bar. Lo hati-hati. Gue bakalan nyusul," dia berlalu keluar dari kelas Bari sedangkan Bimo yang satu kelas dengan si cowok bercodet sedang asik melancong ke kelas sepuluh untuk menghampiri dedek-dedek gemasnya. Agung tentu menghampiri Bimo terlebih dahulu agar Bimo bisa membantu dirinya mengumpulkan anak-anak Komplotan Nusa Jaya yang mau untuk turun tawuran melawan sekolah musuh bebuyutannya hari ini.

Padahal, ini baru saja memasuki jam ketiga pembelajaran. Guru yang harusnya mengajar di kelas Bari sedang berjalan menuju kelasnya.

Bari melirik ke seluruh isi kelas yang menatap ke arahnya saat cowok itu sedang naik ke atas meja untuk melompat keluar lewat jendela kelasnya yang akan membawanya ke belakang sekolah itu. "Isi absen gue alfa kagak apa-apa. Tapi, satu mulut aja bocorin tentang komplotan gue yang mau tawuran, gue bikin semua mulut lo nggak bisa berfungsi lagi sebagai mana mestinya."

Ancaman itu sanggup membuat teman sekelasnya menutup rapat-rapat mulut mereka. Bari tidak pernah asal bicara. Laki-laki itu selalu membuktikan apa yang menjadi ucapannya. Untuk itu, dari pada diri mereka kenapa-kenapa, mereka memutuskan untuk berbohong dengan guru yang masuk ke kelasnya nanti.

***

Ketika di lokasi, Bari melihat hanya tersisa sedikit laki-laki yang mengenakan kaus seragam sepertinya. Pertanda banyak sekali murid SMA Nusa Jaya yang mundur dari tawuran kali ini.

"Shit!" Bari melempar tasnya asal ketika melihat seseorang hendak melayangkan stik golf ke arah kepala seorang perempuan. Itu Andin. Entah bagaimana bisa, perempuan tomboy itu ikut tawuran kali ini. "Mundur, Din!" Bari langsung menendang perut laki-laki dari SMA Taruna yang hampir saja membuat Andini celaka.

THIS IS BARI [LENGKAP]Where stories live. Discover now