Sabtu pagi ini begitu cerah, langit memamerkan warna biru seakan-akan mengajak Kapal Pesiar The Eagle's Wings untuk mengarungi perjalanan tanpa perasaan sepi yang menyelinap di hati. Dari balkon kamarnya, barangkali vibe biru langit telah berpengaruh pada remaja galau bermata misterius, Dennis Reeves. Dia terlihat sangat ceria pagi ini, berdiri memperhatikan padang rumput hijau dengan beberapa pepohonan yang jarak tumbuhnya saling berjauhan.
Dari arah daratan, matahari tampak tersembul di sela ranting-ranting. Hamparan padang menghijau, seakan-akan baru saja disapu membuat semua mata yang memandang menjadi segar.
Semoga hari ini akan secerah langit pagi ini, bisik Dennis.
Remaja itu tersenyum lebar. Angin berembus meniup rambutnya. Wajahnya terlihat sangat tampan sekarang dengan penampilan yang sudah terlihat seperti remaja Morte-Orbis pada umumnya, seperti anak yang berumur 15-16 tahun di Locusta Originia. Setelah puas memperhatikan pemandangan di bawah yang dilalui oleh kapal, Dennis Reeves kembali ke dalam kamarnya. Dia duduk di sofa dan teringat pada pelajaran World Peace. Dia mulai memikirkan isi pidato karangannya.
Mengapa seluruh pemimpin dunia tak pernah terlihat bersahabat? Renungnya. Di Locusta Originia juga sama. Bukankah arah dan nasib dunia berada di tangan mereka? Mereka melakukan pertemuan-pertemuan membahas perdamaian dunia tapi tak pernah melihat berteman seperti aku dengan Denziel, Serena dan Megan.
Dennis melangkah di tangga biru menuju ke bagian atas dan berbaring sambil membaca buku-buku referensi tentang perdamaian dunia. Tak lama kemudian, ponsel yang tertinggal di atas meja lantai bawah berdering. Dia segera berlari turun.
YOU ARE READING
PURA-PURA MATI
Fantasy(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Seorang remaja moody terbujuk untuk berpura-pura mati, memalsukan kematian dan melarikan diri ke sebuah dunia rahasia demi menyelamatkan sebuah keluarga yang dikasihi dan turut serta menyelamatkan sebuah kapal pesiar mi...