Chapter 2. Ajakan Kejutan

10.2K 1.3K 88
                                    


Malam semakin larut. Namun, pasang mata pekat itu senantiasa menatap objek amatannya lamat. Menyisir tiap-tiap polesan nyaris sempurna pada wajah yang terlelap. Iya, kalau saja lebam dan luka-luka di sana tak menuai seni.

Rafe berhela.

Jujur saja, ia merasa bersalah.

Memang, ia tak tahu bagaimana harus bersikap di hadapan wanita yang menangis. Karena hal itu, kali pertama baginya semasa hidup.

Jadi, ia hanya terdiam. Terus memperhatikan Gwen hingga wanita itu menidurkan diri setelah menyuruh Rafe pergi. Meski Rafe tetap tak beranjak sampai Gwen benar-benar terlelap dan ia juga ikut membaringkan diri di sebelah wanitanya ini.

Benar.

Wanitanya.

Sebab hanya Gwen satu-satunya wanita yang bertahan begitu lama.

Akan tetapi sampai hari itu,

Ia tak tahu kalau Gwen malah memendam luka.

Selama ini Gwen tak pernah mengeluh begitu keras. Selebihnya ia hanya mengumpati wanita-wanita jalan mainannya itu dan setelahnya ia akan lupa.

Namun Rafe tak tahu. Ia benar-benar tak tahu kalau hal itu berpindah ke luka setelah menghilang dalam lubang lupa.

Jemarinya terulur. Menyibak anak surai Gwen yang turun mengikuti arah tubuh. Berpikir dan bertanya-tanya dalam hati kapan Gwen memangkas rambut panjangnya, menyisakan surai pendek sebatas bahu. Tapi wanita pemilik manik cokelat karamel ini tetap cantik. Ia menyukainya

Tanpa sadar ia mengulum senyum. Dirasanya napas Gwen yang teratur. Sempat, Gwen tergerak pelan. Namun setelahnya ia kembali tenang.

Sudut-sudut bibir Rafe terangkat, meski samar. Lalu, dikecupnya dahi Gwen pelan. Cukup lama.

"Maaf ..., tapi aku takkan pernah melepaskanmu, Gwen...

...Tak akan."




Chapter 2AJAKAN KEJUTAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 2
AJAKAN KEJUTAN




Pagi datang lagi.

Gwen melenguh. Matanya terasa berat.

Oh, ia baru sadar kalau semalam sudah menangis meraung hingga tertidur dengan sendirinya.

Napasnya berembus kasar. Dipijatnya pelipis pelan karena pening masih melanda. Benar-benar menyiksa. Ia berjanji takkan menangis lagi seperti semalam.

DIVERGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang