[vol. 1] 38. Sebuah Pilihan

5.8K 862 247
                                    

play lagu di atas sambil baca ya^

Berubahnya isi hati terkadang tak perlu diskusi dan harus dimengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berubahnya isi hati terkadang tak perlu diskusi dan harus dimengerti.

***

Berkaitan dengan janji Sakura pada Galen waktu lalu pasal dirinya yang ingin menemani Galen menonton, namun tidak bisa lantaran saat itu ia sedang ada kelas, Sakura akhirnya mengabarkan Galen untuk menepatinya hari ini sehabis kelas terakhirnya nanti. Karena yang Sakura takuti, kalau terlalu lama ditunda-tunda ujungnya Galen malah memutuskan untuk menonton sendiri atau bisa jadi meminta orang lain lagi untuk menemani, tanpa sepengetahuan dirinya. Apalagi setiap film pasti memiliki masa waktunya tersendiri untuk tayang di bioskop.

"Kamu lagi sakit, Sa?" tanya Galen, ketika menyadari wajah Sakura yang nampak pucat, sesaat setelah ia perhatikan cukup lama.

"Masa, sih?" pungkir Sakura.

Seketika Galen menahan langkahnya, disusul Sakura yang ikut berhenti di tengah-tengah selasar, ketika mereka hendak menuju parkiran. "Muka kamu keliatan pucet. Coba sini aku cek." Galen menarik lengan Sakura agar lebih mendekat. Kemudian meletakkan punggung tangannya, tepat di kening Sakura. "Badan kamu panas, aku anter pulang aja, ya?"

"Tapi, Kak, nontonnya?" Sakura berbalik tanya, lantaran merasa tidak enak. Lebih-lebih yang membuat janji saat ini adalah dirinya.

"Nggak apa-apa, bisa lain kali. Karena kayaknya kamu kurang istirahat. Atau langsung aku anter ke rumah sakit?" tawar Galen, kemudian, yang langsung mendapat tolakan tegas dari Sakura.

"Nggak usah, Kak. Aku emang cuma kecapean. Tidur sebentar aja paling udah enakan," dalih Sakura dengan suara payau, lantas Galen malah jadi tidak meyakininya.

"Kamu yakin?"

Sakura mengangguk lemah, seraya memegang sekaligus memijat keningnya yang terasa kian berdenyut. Bersamaan dengan itu, pandangan Sakura pun semakin lama ia berdiri rasanya semakin mengabut. Berbayang. Tidak jelas. Hingga di detik selanjutnya seketika gelap begitu saja. Tidak ada satu objek pun yang mampu Sakura lihat, bertepatan dengan kesadarannya yang melayang hilang.

Bruk!

Sakura jatuh pingsan, namun tubuhnya berhasil Galen tangkap.

💕

Angkasa Dirgantara: Di mana?

Hampir setengah jam pesannya tidak dibalas oleh Sakura, Angkasa putuskan untuk menghubungi nomor gadis itu.

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silakan hubungi―" Angkasa langsung mematikan ponselnya sebelum operator selesai bicara. Tidak mau membuang waktu, Angkasa mengantungi kembali ponselnya. Kemudian langkah kakinya bergerak dengan cekatan, menelusuri gedung Fakultas Sastra.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang