Eskalasi Rasa dalam Sebuah Rumah #9

4 0 0
                                    

"Aku hanya tidak tahu harus bagaimana Lus. Waktu itu semua terasa serba salah. Makanya aku diam saja dan menanggung semua rasa sedih itu sendiri. Tanpa aku, kurasa Ana bisa bahagia."

"Kamu harus bikin surat cinta sekarang," kata Lusi mantap.

"Hah? Buat siapa? Untuk apa? Aku belum pernah bikin hal-hal kayak gitu."

"Dafa dafa, kamu ini gak ngerti sama kemampuan sendiri. Aku kan tahu kamu suka baca buku, puisi, ya hal-hal yang gitu-gitu lah. Kosakata yang kamu punya pasti bisa bikin surat cinta yang manjur buat Ana." Kata Lusi dengan wajah yang amarahnya mulai padam.

"Tapi, Lus aku tidak berpengalaman kalau untuk.."

"Bentar ya aku ambilin kertas sama pulpen." Untuk kesekian kalinya Lusi kembali memotong omonganku.

Lusi dengan sigapnya menarik tasnya, merobek bagian tengah buku tulisnya, membuka kotak pensil, menarik pulpen, lalu menghampiriku.

"Ini Daf."

"Ya ini mau aku isi apa?"

"Udah spontan aja. Coba deh pikirkan hal-hal yang terdekat aja. Hal-hal yang menyangkut hubungan kalian dulu, coba bahas surat itu."

"hmmm..," kataku sambil kembali menyandarkan punggung ke dinding gazebo.

Eskalasi Rasa dalam Sebuah RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang