Bagian 18

217 6 2
                                    

Bahagia itu sederhana, seperti kata yang tak sempat diucapkan ayam pada minyak goreng yang menjadikannya crispy. Setidaknya kalimat ngawur itu yang saat ini sedang dirasakan oleh Ilham.

Pemuda yang tengah dimabuk asmara, menggumamkan syukur berkali-kali ketika waktu mengizinkannya lebih lama berada di dekat Karina. Terlebih, apa yang sedang mereka kerjakan saat ini, adalah sesuatu yang akan sangat menguntungkan bagi kelangsungan bisnis ayam gorengnya.

Karina dengan telaten menjelaskan tentang modul-modul yang dibuatnya, untuk merapikan laporan keuangan dari kios Ilham.

Matahari sudah hampir sempurna tenggelam, dan sejoli itu masih sibuk dengan lembar-lembar kertas yang membuat kepala Ilham terasa lebih berat. Beruntung, gadis cantik di depannya mampu menguraikan benang kusut yang menggumpal di kepala pria itu dengan sangat telaten.

"Jadi, setiap hari aku harus mencatat stok awal, berapa potong yang terjual, dan juga sisa. Terus pengeluaran harian seperti tisu, tusuk gigi dan semacamnya juga harus ditulis?" tanya Ilham sambil memperhatikan selembar kertas di tangan.

"Yap! Bener banget, sekecil apa pun pengeluaran dan pemasukan harus didata. Dengan begitu, baru nanti Mas Ilham bisa melihat grafik penjualan dengan jelas." Karina selalu penuh semangat ketika menjelaskan apa pun yang dirasanya Ilham perlukan.

Ketika berbicara, beberapa anak rambutnya yang dibiarkan terurai, jatuh menutupi wajah. Tiba-tiba saja, tanpa Ilham sadari, tangannya terulur dan menyelipkan rambut Karina ke belakang telinga.

"Cantik," gumamnya di antara kekaguman atas paras ayu Karina yang menurutnya sangat luar biasa.

"Ya?" Karina yang tadinya hanya memperhatikan tentang apa yang sedang dia jelaskan, kini fokusnya terbagi saat menyadari tangan Ilham yang masih di dekat wajahnya.

Pandangan keduanya bertemu dalam satu garis lurus. Ada labirin raksasa yang siap menyesatkan Ilham, pada belantara bening yang terpancar dari bola mata Karina. Juga, sesuatu yang sangat menyejukkan, tiba-tiba menumbuhkan sebuah harapan di hati Karina. Harapan yang menurutnya sangat mulia di masa depan.

"Astaghfirullah!" Ilham buru-buru menarik diri, saat menyadari kalau dia baru saja menyentuh Karina. Seorang gadis yang seharusnya dijaga kehormatannya.

Pemuda itu jadi salah tingkah sendiri, dan hal serupa juga dialami Karina. Dia merasa, apa yang barusan dilakukan Ilham seperti aliran jutaan volt listrik yang sengaja dialirkan ke jantung. Gadis itu dilanda rasa deg-degan yang luar biasa.

"Terima kasih," ucapnya ketika memalingkan wajah dari sosok Ilham, sambil menyelipkan beberapa anak rambut yang masih tersisa.

"Maaf, aku nggak sengaja. Itu ... tadi ...." Ilham mendadak gagap.

Karina malah tersenyum menanggapi kelakuan Ilham yang salah tingkah, dan terus menerus menggaruk kepala. Sangat menggemaskan.

"Mas, sebentar lagi magrib, Karin pulang dulu, ya." Gadis itu berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ah, ya, bener. Ini udah sore banget. Terima kasih ya, Karina udah mau repot-repot mengajari Mas."

"Sama-sama. Sebenernya, Karin cuma mau memastikan masa depan anak-anakmu nanti. Mereka harus punya ayah yang teliti dalam berbisnis, biar usahanya semakin berkembang."

Entah kenapa, ucapan Karina barusan terdengar seperti ajakan menikah bagi telinga Ilham. Semacam sebuah ikrar, bahwa anak-anaknya nanti, adalah juga buah hati Karina.

'Ya ampun, otakku pasti sudah melenceng!' bisiknya dalam hati, saat menyadari kalau otaknya baru saja berpikir ngawur. Tukang ayam seperti dirinya, mana mungkin bisa memperistri seorang gadis secantik Karina. Iya, kan?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AZZAM (Diterbitkan oleh: Penerbit Lovrinz)Where stories live. Discover now