Ambisi

59.4K 3K 83
                                    

Sementara itu di suatu tempat

Tok tokk

"masuk" kata revan yang masih berkutat dengan berkasnya.

Lalu masuklah seorang pria yang tak lain adalah rian, sahabat revan.

"hoi! Makan siang yuk!" ajak rian pada revan.

"ga, gue masih banyak kerjaan" jawabnya tanpa menoleh.

"yaelah van, gue jauh jauh dari kantor gue masa lo ga mau sih"

"gue masih banyak kerjaan" jawab revan malas.

"hahhh... Lo itu jangan kerja mulu kenapa sih? Kali kali seneng seneng kenapa, biar ga mumet "

Tak ada jawaban dari revan, dia masih berkutat dengan berkasnya dan sesekali pada komputernya.

Rian menghela nafas panjang, memang susah kalau menasehati sahabatnya ini.

Pasalnya sejak 2 tahun ini yang dia lakukan hanya bekerja dan mencari nadhifa.

"lo masih cari dia? " tanya rian serius yang sontak membuat pergerakan revan yang sedang menulis terhenti.

".......masih" jawabnya sambil merenung tentang masa lalu nya.

"udahlah van, biarin dia bahagia..? Buat apa lo cari dia?"

"maksud lo apa?" kata revan yang tiba tiba menatap tajam rian yang ada di depan nya.

"buat apa lo cari dia? " tanya rian menantang.

"gue masih cinta sama dia" jawab revan menekan kan dengan rahang mengeras.

"hahaha... Kemana cinta lo waktu mutusin buat ngedua in dia? Apa lo tau apa yang dia rasain waktu itu?"

Tatapan revan yang semula tajam berubah sendu dan kosong, menerawang apa yang dia perbuat pada nadhifa dulu.

"so, van biarin dia bahagia van. Kali aja dia udah nikah lagi dan punya keluarga nya sendiri di suatu tempat dan lo juga harus memulai lembaran baru" kata rian menasehati

Sontak tatapan revan menajam dan rahangnya mengeras kembali mengingat kemungkinan  kemungkinan itu.

"mau dia udah berkeluarga atau belum, gue akan tetep bawa dia dan jadiin milik gue lagi saat ketemu nanti" kata revan dengan mata yang di penuhi ambisi.

"lo jangan egois van, dia juga pengen bahagia.."

"dan bahagianya dia cuman dan harus sama gue, gue ga peduli gue egois atau apa. Yang penting disaat gue udah nemuin dia, saat itu juga gue seret dan bawa ke rumah cuman buat gue" kata revan memotong ucapan rian.

Rian hanya memandang revan dengan tatapan yang sulit di hartikan.

Pasalnya revan sendiri yang menyakiti nadhifa dengan mendua kannya. dan saat nadhifa pergi dia sendiri yang bersusah payah mencarinya untuk kembali padanya.

"lo ngomong kayak gini karena saat setelah lo cerai sama nadhifa lo dibohongin sesil kan. Kalo lo ga di bohongin cewe itu apa masih lo cari nadhifa? Dan bilang masih cinta dia? " tanya rian yang merasa kasihan pada nadhifa harus pernah dipersatukan dan disakiti oleh sahabat gila nya ini.

Revan hanya diam. Dihatinya dia mengakui kalau dia salah. tidak seharusnya waktu itu dia menyetujui keinginan ibu nya dengan menikah lagi yang berakhir nadhifa meminta cerai. Dan tidak seharusnya dia menyetujui keinginan nadhifa bercerai dengan nya yang berakhir sebuah penyesalan yang dia dapat.

Revan hanya memandang kosong dan tajam berkas yang ada di mejanya.

"kalo lo cuman datang kesini buat ngedebat gue soal nadhifa, mending lo pulang ian. Karna percuma, sekeras apapun lo ngomong buat agar gue ngerelain dia, gue ga akan ngerelain dia sama laki laki lain." kata revan penuh tekad kuat.

"mending sekarang lo keluar dari ruangan gue, gue sibuk" lanjut revan yang lalu melanjutkan pekerjaanya.

"dan jangan salahin gue kalau gue yang lebih dulu nemuin dia, dan lebih jauhin dia dari lo, van. Permisi." jawab rian yang langsung berlalu dari ruangan revan.

Sontak pergerakan revan terhenti kembali. Pena yang dia pegang sudah ia lempar ke sembarang tempat yang membuat bunyi yang lumayan keras. Rahangnya mengeras dengan gigi yang bergelatuk dan wajah yang memerah memandang pintu.

"liat nanti rian, gue yang bakal duluan nemuin dia dan gue kurung dirumah.cuman buat gue." katanya dengan penekanan di akhir kalimat dan  seringaian yang menakutkan.

Assallamuallikum....!!!

Jangan lupa bintang nya ya 😁

Lanjut jangan??

My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang