[vol. 1] 46. Ungkapan Perasaan

4.8K 740 135
                                    

Saya suka sama kamu, Sakura. Kamu dengar itu, kan?

***

Saat Angkasa ingin mengambilkan salah satu buburitu untuk Sakura, sesuatu yang tergeletak tepat bersebelahan dengan lamputidur, tiba-tiba saja berhasil menarik perhatian matanya. Sesuatu berbentukgulungan kertas usang, yang diikat pita berwarna merah. Tangan Angkasa terjulur semakin dekat untuk mengambilnya.

Tok tok tok

"Permisi."

Tetapi seketika, suara ketukan pintu yang diiringi seruan seseorang mengalihkan segalanya.

Sakura sudah hendak berdiri, namun Angkasa segera menahannya. "Biar saya yang buka."

💕

Tok tok tok

"Permi―"

Cklek

Pintu terbuka. Baik Angkasa maupun seseorang yang bertamu itu, keduanya sama-sama bergeming dan beradu tatap.

"Kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Galen, yang merupakan tamu tersebut.

"Harusnya pertanyaan itu punya gue. Mau apa lo ke sini sepagi ini?" balas Angkasa berbalik tanya, tanpa gentar.

"Ketemu Sakura." Galen menjawab, tidak bertele-tele.

"Siapa, Kak?"

Mengenali suara Sakura dengan jelas, yang muncul bersamaan dengan derap langkah yang kian mendekat, Galen membuka paksa pintu yang tertahan oleh tangan Angkasa, lebar-lebar. "Sakura, ada yang mau aku omongin sama kamu."

Sakura berjalan, dan berdiri tepat di sebelah Angkasa, berhadapan dengan Galen. "Omongin apa, Kak?"

"Empat mata," timpal Galen.

"Nggak bisa." Meski tidak diajak bicara, tiba-tiba Angkasa menandas. "Sakura lagi sibuk jaga ibunya. Lebih baik sekarang lo pulang."

Dengan tiada keraguan dalam benaknya, Angkasa langsung menarik tangan Sakura untuk masuk, lalu menutup pintu itu tanpa memedulikan Galen yang masih berdiri di balik sana.

Memang benar, Angkasa tidak suka. Apalagi dengan niat Galen yang ingin mengajak bicara berdua saja tanpa dirinya. Seakan hal yang ingin mereka bicarakan adalah hal penting bersifat pribadi, yang tidak boleh didengar olehnya. Akan tetapi saat ia menoleh, menatap Sakura, entah sejak kapan gadis itu sudah menatapnya lebih dulu.

Angkasa memalingkan wajahnya sesaat. Namun ketika ia menoleh lagi, sorot mata Sakura yang mampu terbaca maksudnya, masih tetap bertahan menatap padanya. Sorot mata Sakura benar-benar tidak lepas barang sedetik pun dari dirinya.

Hingga pada akhirnya, Angkasa menyerah untuk berpaling dan memilih untuk membalas tatapan gadis itu. "Saya nggak suka liat kamu dekat sama Galen."

"Tapi, Kak." Kening Sakura berkerut, tak mengerti. "Bukannya Kak Galen sahabat Kakak dari kecil?"

"Sekarang udah nggak," tutur Angkasa, tegas.

Sementara Sakura masih menatapnya, tak percaya. "Kenapa? Semudah itu Kakak memutus persahabatan sama Kak Galen?"

"Karena dia suka sama perempuan yang saya suka."

Sakura tertegun. Untuk pertama kalinya ia mampu bertahan menatap mata dingin Angkasa cukup lama. "Siapa?

"Kamu," singkat Angkasa.

"A-a-ku?" Sakura menunjuk dirinya sendiri, dengan raut penuh tanya yang ditujukan lurus pada Angkasa.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang