Part 7

24.1K 4.2K 576
                                    

PADAHAL baru sehari Taeyong tidak pulang ke apartemen, tapi ia merasa sangat merindukan tempat tinggalnya itu. Taeyong tidak akan pernah berurusan dengan lelaki bernama Jung Jaehyun itu lagi! Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan Jaehyun. Aroma tubuh, Alpha tone, dan segalanya tentang Jaehyun terkesan janggal. Apalagi ketika Taeyong melayangkan tinju pada wajah lelaki tampan itu hingga tulang tangannya terasa begitu sakit.

Taeyong membaringkan tubuh di atas kasur dan memejamkan mata. Sekelebat bayangan tentang malam dimana ia kehilangan kendali akibat feromon yang di keluarkan oleh Jaehyun memenuhi kepala; mengakibatkan nafas Taeyong tersenggal. Ia membuka kelopak mata dan memutuskan untuk pergi ke dapur.

Bahkan mengingat tatapan mata serta betapa harum feromon milik lelaki tampan itu saja bisa membuat seluruh syaraf di kepalanya berhenti bekerja. Jika sudah menyangkut Jaehyun, Taeyong merasa bahwa dirinya bertransformasi menjadi jalang haus sentuhan dan itu mengerikan.

Membuka lemari es, Taeyong mengeluarkan botol air mineral dan meneguknya rakus. Ia menghirup nafas dalam sebelum menyenderkan pinggul di meja. Akhir-akhir ini ia selalu berurusan dengan Jaehyun, seolah mereka berdua memang di takdirkan untuk bertemu.

Yah, Taeyong pernah membaca satu buku yang membahas tentang ikatan takdir. Namun ia tidak mempercayai hal tersebut karena terlalu klise. Ayolah, mana bisa mencintai seseorang yang baru di temui begitu saja dengan alasan ikatan takdir atau bisa di sebut sebagai mate? Walaupun belakangan ini Taeyong merasa ada sesuatu yang aneh dengan hati, pikiran serta tubuhnya.

Jung Jaehyun, lelaki itu selalu menarik Taeyong untuk mendekat. Suara, tatapan mata, hembusan nafas, helaian rambut, serta aroma musk yang di keluarkan Jaehyun berhasil membuat Taeyong merasa bahwa hidupnya mungkin akan berubah dalam sekejap.

Jujur, Taeyong belum pernah memikirkan sesuatu tentang pasangan hidup atau bagaimana ia akan menjalani kehidupan dalam beberapa tahun ke depan. Bahkan ia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan memiliki anak. Itu terlalu mengerikan! Taeyong ingin hidup sendiri, tanpa siapapun yang bisa melukainya.

Pasangan hidup. Ibu dan Ayahnya merupakan pasangan. Namun sang Ayah terus menerus menyiksa dan menyakiti Ibunya. Jadi Taeyong tidak akan mempercayai sesuatu tentang takdir atau apapun itu.

Takdir adalah rasa sakit dan sesuatu yang tidak bisa di tolak meskipun mencoba sekuat tenaga. Tapi takdir juga bisa di artikan sebagai kebahagiaan. Itu jika Taeyong menemukan seseorang yang tepat untuk menemani hari-harinya. Namun, ia belum berani membuka hati untuk siapapun. Bagian itu tertutup dengan rapat karena Taeyong terlalu takut.

Bel apartemen yang berbunyi berhasil menghancurkan lamunan Taeyong. Ia menaruh botol di atas meja sebelum berjalan mendekat ke arah pintu dan membuka benda itu tanpa melihat siapa yang datang dari intercom.

"Uh hai! Aku baru pindah ke apartemen yang ada di sebelah dan membutuhkan staples. Apa kau punya? Namaku Rowoon!" ujar seorang laki-laki tinggi dengan kulit sedikit cokelat, iris hitamnya menatap lurus ke arah Taeyong.

"Sebentar," gumam Taeyong pelan. Ia menutup pintu dan masuk ke dalam kamar; mengambil dua staples lalu kembali membuka pintu, memberikan staples tersebut ke arah Rowoon. "Ini."

Rowoon tersenyum. "Terimakasih! Siapa namamu, jika boleh tahu."

"Taeyong."

"Ah Taeyong. Kau seorang Omega?"

Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Taeyong. Ia tidak pernah suka jika seseorang mengatakan hal tersebut. Bukankah pernah Taeyong katakan bahwa ia membenci Omega? Ia juga membenci dirinya sendiri. Taeyong memberikan tatapan datar pada Rowoon; sama sekali tidak tertarik.

Highway To Heaven《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang