Janji

8.6K 580 10
                                    

"Lama sekali," rajuk Arman.

Natasha terkekeh kecil.

"Papi mengajak mengobrol tadi,"

Kening Arman berkerut kecil sebelum dia tersenyum. Natasha duduk di sebelah Arman dan Arman langsung menarik tangan kanan Natasha.

"Aku harus segera mengisi jari ini dengan tanda pengikat," ujar Arman sambil mengusap jari manis Natasha.

"Hah?"

Arman tersenyum.

"Bolehkah kalau aku memberi tandanya dulu?"

Arman menatap Natasha dan gadis itu hanya tersenyum kecil. Akhirnya Arman langsung menggigit jari manis Natasha hingga meninggalkan bekas serupa dengan cincin.

"Yang asli menyusul nanti," ujar Arman.

Natasha tersenyum dan mengangguk. Tak butuh waktu lama, Bian datang dengan makanan yang dipesan oleh Arman saat Natasha sedang mandi.

"Jadi, kamu sudah boleh makan ini?" Tanya Natasha.

"Boleh. Asal jangan makanan pedas, kopi, dan minuman beralkohol,"

Natasha menyuapkan sendokan pertama kepada Arman. Arman tentu saja menerimanya dengan senyum riang.

"Asha,"

"Hm?"

"Pindah kembali ke apartment, ya?"

"Itu..."

"Please... aku tidak mau kamu tinggal dengan mereka,"

"Mereka cukup baik kok,"

"Itu karena mereka menginginkan jantungmu untuk anak mereka!"

"Jangan bilang begitu!" Ujar Natasha dengan lembut.

"Aku juga anak ayahku," sambungnya.

"Asha, aku tidak bermaksud mengatakan itu. Hanya saja-"

"Aku tahu,"

Natasha tersenyum kecil.

"Begini saja. Kita lihat, ya. Kalau mereka kembali seperti dulu lagi, aku akan pindah ke apartment-mu lagi,"

"Tapi..."

"Aku tidak akan apa-apa. Nanti kalau mereka macam-macam aku minta tolong kak Ardan dan papi,"

"Janji ya, kamu akan minta tolong pada mereka,"

"Janji,"

Arman mengangguk. Dia kembali memakan makanan yang disuapkan oleh Natasha ke mulutnya. Natasha sendiri juga makan makanan itu bersama Arman. Selesai menikmati sarapan mereka, Arman meminta Natasha menemaninya terapi.

"Dia kekasihmu?" Tanya dokter Berland.

Arman mengangguk.

"Kenalkan dokter, namanya Natasha,"

Natasha mengulurkan tangannya dan menjabat tangan dokter itu.

"Natasha,"

"Berland,"

Dokter itu menatapi Natasha dan jujur itu membuat Natasha tidak nyaman.

"Maaf," ujar dokter itu saat tahu Natasha tidak nyaman akibat perbuatannya.

"Ah! Tidak apa-apa,"

"Saya minta maaf. Saya hanya merasa pernah melihat anda di suatu tempat. Anda mirip teman saya," ujar dokter Berland.

"Benarkah?"

Dokter itu mengangguk. Arman memulai sesi terapinya. Natasha menemani dia disana. Arsen datang menyusul. Dia turut menemani Arman bersama Natasha.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang