Part 12

23.9K 4.2K 568
                                    

SUDAH terhitung satu minggu berlalu sejak terakhir kali Taeyong bertemu dengan Jaehyun; di apartemennya. Lelaki tampan itu menghilang, bagai di terpa oleh hembusan angin. Tidak ada yang mengetahui keberadaan Jaehyun, bahkan pihak sekolah pun tidak memberikan infomasi apapun. Jika boleh jujur, Taeyong merasakan kosong pada rongga dada sejak empat hari yang lalu.

Ya, di hari pertama, kedua dan ketiga ia menganggap jika hilangnya Jaehyun bukan hal penting. Toh ia juga membutuhkan ruang untuk berpikir tentang takdir yang mengikat dirinya serta Jaehyun. Namun sejak hari ke empat, Taeyong tidak bisa menahannya lagi. Hidupnya terasa hampa, seolah tidak ada tujuan pasti. Padahal ia yakin sebelum Jaehyun datang dan masuk ke dalam kehidupannya, Taeyong merasa baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang ia seperti ini?

Tidak bisa di pungkiri bahwa Taeyong sangat merindukan Jaehyun. Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia membutuhkan lelaki tampan itu melebihi apapun. Rasanya begitu sesak, hingga Taeyong tidak bisa bernafas dengan baik karena ia merindukan Jaehyun.

Suara, wajah, rambut, dan aroma tubuh Jaehyun yang berputar di dalam pikirannya membuat Taeyong frustasi. Sebenarnya, sekuat apa pasangan yang terikat oleh takdir? Kenapa rasanya harus sesakit ini ketika Taeyong tidak bisa menemukan Jaehyun di manapun?

Belum lagi Roowon tidak mau menemuinya lagi setelah apa yang terjadi, lelaki itu terlihat ketakutan saat melihat Taeyong. Sangat aneh, padahal Taeyong tidak melakukan apapun. Ia hanya meminta Rowoon untuk membantunya. Namun kini, Rowoon menjauhinya dan memohon pada agar mereka tidak bertemu atau berurusan lagi.

"Kau baik-baik saja?"

Taeyong mendongak; menatap Johnny yang berdiri di depan mejanya. "Ya,"

Johnny menghela nafas gusar sebelum duduk di samping Taeyong. Sudah masuk jam istirahat, tapi Taeyong sama sekali tidak mau pergi ke kantin untuk makan. Sejak empat hari lalu lelaki cantik itu selalu melamun. Terkadang, Johnny memergoki Taeyong menangis dalam diam. Tapi ia sama sekali tidak berani untuk menginterupsi.

Tentu Johnny tahu apa yang membuat Taeyong seperti itu. Ia tidak melihat Jaehyun semenjak lelaki bermarga Jung itu pergi dari apartemen Taeyong. Johnny sudah mencoba mencari Jaehyun kemanapun, ia bahkan mendatangi mansion serta apartemen Jaehyun. Tapi lelaki itu tidak ada di sana. Kedua orang tua Jaehyun pun tidak mau membuka suara soal keberadaan Jaehyun.

Sebagai seorang Kakak yang selalu menjaga Taeyong. Johnny juga merasa begitu sedih melihat Taeyong bertingkah seperti ini. Lelaki cantik itu seperti kehilangan sesuatu yang sangat penting; belahan jiwa. Johnny sudah bertanya pada Taeyong, tentang bagaimana perasaan Taeyong terhadap Jaehyun. Namun lelaki mungil itu malah berteriak dan menyuruh Johnny untuk tidak ikut campur.

Sebenarnya, Johnny sedikit tidak nyaman dengan Jaehyun karena terakhir kali, lelaki bermarga Jung itu menggunakan Alpha Tone yang bisa mempengaruhinya. Itu sangat aneh! Johnny tidak pernah terpengaruh dengan Alpha Tone milik Alpha lain, tapi Jaehyun seolah berbeda. Begitu mengerikan.

"Kau merindukannya, ya?" Johnny memberanikan diri untuk bertanya, ia memiringkan tubuh dan menopang dagu, menatap lurus ke wajah Taeyong.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Jaehyun, kau merindukannya?"

Taeyong tertawa remeh. "Aku bahkan tidak memikirkannya sama sekali."

Bohong. Johnny bisa melihat betapa kosongnya sorot mata Taeyong ketika mengatakan hal itu. Ia tahu bahwa Taeyong sangat merindukan Jaehyun melebihi apapun. Karena walau bagaimanapun, mereka berdua terikat oleh benang tak kasat mata. Saling membutuhkan satu sama lain.

Highway To Heaven《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang