Mertua

2K 276 5
                                    

"Jaemin ah~" Lirih Minju.

Minju mematung, namun sedetik kemudian dia tersadar dan langsung beranjak untuk menyetop sebuah taksi. Tiba-tiba—

.

Drtt... drttt...

.

Ponsel Minju bergetar. Diraihnya ponsel itu dari saku blazer yang sedang dikenakannya.

.

Klik

.

"Omma?"

"Ne, Minju ah~. Yujin bilang kau sudah siuman. Kau tidak apa-apa sayang?"

"Aku baik-baik saja"

"Baiklah. Kami akan ke rumahmu"

"Ne, Omma"

.

Klik

.

Setelah sambungan teleponnya terputus, Minju pun kembali mengarahkan pandangannya ke tempat mobil putih itu. Namun sayangnya mobil itu sudah menghilang entah kemana.

Dengan sedikit kecewa, Minju pun pulang ke rumahnya. Setidaknya keluarganya akan datang dan itu membuat hati Minju lebih tenang.

.

.

Beberapa menit lalu, keluarga Minju tiba dirumahnya. Banyak sekali bahan makanan yang dibawa Nyonya Kim untuk dimasak. Rencananya mereka akan mengadakan sebuah pesta kecil untuk Minju.

"Minju ya, apa benar kau lupa dengan Yujin?" Tanya Nyonya Kim. Seketika Minju menghentikan aktivitas memotongnya.

"Aku benar-benar tidak mengingatnya, Omma" Jawab Minju sambil melanjutkan kegiatannya.

"Aneh sekali. Kenapa kau bisa mengingat kami tapi lupa pada Yujin?"

"Bahkan aku merasa aneh semenjak tadi. Aku merasa tidak ada yang salah denganku. Apa benar aku amnesia? Aku benar-benar tidak yakin. Saat bangun tadi pagi, aku sama sekali tidak merasa sakit dibagian kepalaku. Rasanya seperti tidak terjadi apa-apa denganku"

"Omma juga tidak begitu mengerti. Kau seketika pingsan saat terjatuh. Semua orang panik dan langsung membawamu ke rumah sakit. Tidak ada memar atau luka yang serius tapi dokter memvonismu mengalami amnesia sementara saat tersadar nanti"

"Tidak ada luka?"

"Ne. Kau bahkan diperbolehkan untuk pulang. Kau hanya pingsan, setelah itu sadar beberapa saat dan kemudian tertidur karena pengaruh obat"

Pernyataan dari Ommanya membuat Minju semakin bingung. Biasanya para penderita amnesia akan mengalami nyeri di kepalanya. Tapi ini tidak terjadi padanya. Bahkan dia benar-benar yakin bahwa kemarin dia dan Jaemin baru saja merayakan anniversary mereka.

.

.

Minju dan Nyonya Kim sibuk menata meja makan dengan hidangan yang baru saja selesai mereka buat. Tiba-tiba terdengar pintu utama terbuka diikuti dengan munculnya Yujin dan Tuan Kim.

"Kalian sudah pulang?" Tanya Nyonya Kim sambil melepas jas yang masih terpasang di tubuh Tuan Kim.

Minju hanya melirik Yujin yang sedang membuka jasnya seorang diri.

"Kalian mandilah dulu sambil menunggu keluarga Yujin datang"

.

.

.

Suasana mendadak begitu canggung bagiku. Bagaimana tidak? kini selain keluargaku dan Yujin yang berada di meja makan ini, ada juga dua orang paruh baya yang mengaku sebagai mertuaku. Mereka selalu tersenyum ke arahku dan membuatku menjadi tidak begitu nyaman karena selalu ditatap.

"Omma senang kalau ternyata menantu Omma yang cantik ini baik-baik saja. Omma lega saat mendengar kabar bahwa kau sudah sadar dan soal amnesiamu— Omma yakin cepat atau lambat kau akan mengingatnya" Ucap Nyonya Ahn.

"Ne" Jawabku Singkat dengan sedikit canggung.

"Oh iya, kau juga dapat salam dari Eunbi . Dia meminta maaf karena tidak bisa hadir. Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat ke Kanada"

'Eunbi? Siapa lagi itu?'

"Dia noonaku" Bisik seseorang yang duduk tepat disampingku. Yujin. Aku pun hanya meliriknya dan tersenyum kemudian.

Acara makan malam itu pun selesai. Keluargaku serta kedua orangtua Yujin berpamitan untuk pulang mengingat hari sudah semakin malam. Aku dan Yujin pun mengantar mereka sampai pintu depan.

"Kami pulang dulu, minju" Pamit Ommaku.

"Tidak bisakan kalian tinggal disini?" Pintaku.

"Minju ya, ada Yujin yang akan menjagamu. Kau tidak perlu takut. Kami harus pulang"

"Baiklah" Sedikit kecewa tapi memang tidak mungkin mengajak keluargaku tinggal disini. Apalagi yang aku tahu ini memang rumah Yujin.

"Yujin ah, kami pulang dulu. Kau sabarlah, Appa yakin Minju akan ingat semuanya" Ucapan Tuan Ahn kepada Yujin bisa aku dengar samar-samar dan terlihat Yujin yang hanya bisa mengangguk lemah sebagai jawaban.

"Baiklah, kami pulang dulu. Jaga diri kalian baik-baik" Pamit mereka bersamaan.

Aku masih berdiri di depan pintu sampai mobil keluargaku menjauh dari pekarangan rumah. Yujin mendekat ke arahku dan berdiri tepat disampingku.

"Minju, kau istirahatlah. Ini sudah malam. Aku tahu kau merasa asing dengan keberadaanku. Jadi aku memutuskan untuk tidur di samping kamarmu agar kau merasa nyaman" Ucapnya. Aku pun hanya mengangguk setuju. Setidaknya Yujin mengerti yang aku rasakan.

Setelah menutup pintu, aku segera menuju kamarku. Ku baringkan tubuhku di ranjang dan berdoa agar saat aku bangun esok hari, semuanya akan kembali seperti sedia kala.

Aku mencoba untuk memejamkan mataku. Namun, seperti tidak ada rasa kantuk sama sekali, mata itu pun akan senantiasa terbuka pada akhirnya. Aku mencoba untuk memejamkannya lagi tapi tetap berakhir sia-sia.

Bersenandung, menghitung domba, semuanya sudah aku lakukan tapi tidak ada yang bisa membuat mataku terpejam. Begitu banyaknya pikiran membuatku benar-benar tidak bisa tidur.

.

Kriet

.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Aku segera memejamkan mataku dan berpura-pura untuk tidur. Aku dapat merasakan seseorang berjalan mendekat ke arahku dan seketika duduk di tepi ranjang.

"Apa kau sudah tidur, hem?" Tanyanya sambil mengelus rambutku lembut serta menyingkirkan poniku yang menutupi mata. Aku semakin mengeratkan pejaman mataku.

"Aku tahu ini berat untukmu. Tapi aku ingin kau tahu bahwa kau tidak sendirian, karena ini pun berat untukku, Kim Minju. Tapi percayalah, aku akan selalu melindungimu" Ucapnya dan sedetik kemudian sesuatu yang lembut mengecup keningku.

"Selamat tidur" Sebuah selimut mulai terasa menutupi tubuhku. Ya, dia menyelimutiku.

.

Blam

.

Debaman pintu yang terdengar pelan membuktikan bahwa pria itu sudah keluar. Aku segera membuka mataku dan mendudukan diriku di ranjang.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa aku tidak ingat sama sekali?" Tanyaku pada udara.

Aku bangkit menuju sebuah meja yang diatasnya begitu banyak kertas sketsa. Aku sangat yakin kalau ini adalah meja kerjaku. Aku buka lembar demi lembar coretan tanganku, aku masih ingat ini desain yang aku buat sejak aku sekolah dulu.

Kualihkan pandanganku pada sebuah tablet PC yang tergeletak di mejaku. Ku ambil dan kunyalakan. Sama seperti di ponselku, selcaku bersama pria bernama Yujin menjadi wallpapernya. Aku membuka setiap folder yang terdapat disana. Hanya ada fotoku bersama keluargaku, teman-temanku di Seoul University dan juga bersama Yujin. Ada begitu banyak fotoku bersamanya.

"Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?".

______________________________TBC

PERLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang