Like an Alpha 🐺

8.6K 620 27
                                    

"Apa aku pantas?"

Arman tidak menjawab. Dia langsung menggeser badannya menghadap Natasha dan mengulurkan tangannya untuk menggeser badan Natasha. Melihat gadisnya itu menundukkan kepala, Arman mengangkat dagu Natasha dengan jari telunjuknya.

"Pantas. Kamu sangat teramat pantas. Dibandingan perempuan mana pun, kamu yang paling pantas,"

Ucapan Arman membuat mata Natasha berkaca-kaca. Dia terkejut mendengar ucapan Arman itu.

"Dengarkan aku sayang. Jangan pernah menghiraukan ucapan orang-orang di luar sana. Mereka hanya iri. Iri padamu yang berhasil menarik seluruh pikiran dan hati seorang patung berjalan sepertiku ini untuk menjadi milikmu. Apapun yang mereka katakan, jangan pernah mempercayai atau menghiraukannya!"

Natasha mengangguk. Dia memejamkan matanya saat Arman mengusap kedua pipinya dengan sayang.

"Percayalah padaku, sayang. Aku mohon,"

Natasha mengangguk lagi. "Aku percaya,"

Arman tersenyum. Dia memeluk Natasha dan mengusap rambut panjang itu dengan sayang.

"Mereka pasti akan melakukan seribu cara untuk membuatmu menjauhiku. Aku harap kamu tidak akan jatuh pada rencana mereka," gumam Arman yang masih terdengar oleh Natasha.

"Kamu berbahaya, Arman,"

"Mungkin. Bisa jadi aku yang berbahaya atau harta ayahku yang berbahaya,"

Natasha terkekeh kecil. Saat itu Arman tersenyum.

"Akhirnya kamu tertawa,"

Natasha tertegun. Dia tidak menyangka kalau Arman sedari tadi mengkhawatirkannya.

"Kemana kalung dariku?"

"Aku simpan di koper,"

Arman mengangguk.

"Kita pulang?"

Kali ini Natasha yang mengangguk. Arman segera memanggil Bian dan meminta Bian mengantarkan mereka pulang. Hari-hari setelah pertunangan mereka terlewati dengan pekerjaan yang menumpuk. Arman sendiri sempat kewalahan hanya untuk menghadiri rapat yang tiada akhir.

"Apa masih ada jadwal rapat lagi?" Tanya Arman.

"Tidak ada. Oh... ada acara pesta malam ini dan kamu diundang,"

"Dimana? Acara apa?"

"Perayaan kembalinya putra pak Fandi dari luar negeri,"

Arman menghela dan mendumal. Yang benar saja! Hanya kembali dari luar negeri saja sudah seperti habis kembali dari medan perang!

"Jam berapa?"

"Jam 8,"

"Kamu ikut,"

"Hah?"

"Kamu ikut. Tidak ada bantahan atau pun penolakan,"

Natasha mengangguk pasrah.

"Oh iya, kapan wisuda-mu digelar, sayang?"

"Bulan depan. Berbarengan dengan Maura,"

"Dia bawa Ella dong?"

Natasha mengangguk. "Sepertinya begitu,"

"Jam tiga nanti kita kosong, kan?"

Natasha mengangguk lagi. Arman tersenyum lebar. Dia langsung menggulung lengan kemejanya dan segera memeriksa dokumen di atas mejanya.

Natasha hanya bisa terkekeh melihatnya. Natasha pamit keluar dan melanjutkan pekerjaannya, merekap hasil rapat.

"Sepertinya akan belanja lagi nanti sore,"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang