[vol. 2] 16. Kilas Balik

4.1K 714 230
                                    

500+ komentar yuk! untuk next part yg lebih menegangkan^^,

***

"Ibu, aku pulang!"

Sampai tiba-tiba teriakan Sakura terdengar, membuat Yuli sontak menoleh. Suara antukan besi menandakan bahwa putrinya itu baru saja pulang, dan kini sedang menutup kembali pagar rumahnya yang hanya setinggi dada anak-anak.

Di luar, tampak dua ujung alis Sakura sedikit tertaut. Heran. Merasa asing akan suasana rumahnya senyap seperti ini. Karena biasanya, tiap kali ia berseru pulang setelah kembali dari mana pun, tak lama ibunya langsung segera menyambutnya di depan pintu. Sejenak Sakura melirik jam tangannya. Baru pukul 19.45 malam. Tidak mungkin kan jam segini ayah ibunya sudah tidur?

Keanehan yang dirasa, entah mengapa membuat Sakura mempercepat langkahnya untuk segera masuk ke dalam. Sakura sangat terkejut saat ia menemukan banyak ceceran darah segar di lantai rumahnya. Perlahan gadis berambut panjang yang masih mengenakan seragam putih biru itu melangkah untuk memasuki rumahnya lebih dalam lagi, mencari sumber mengalirnya cairan merah tersebut.

Namun seketika langkah Sakura tertahan. Sakura membeku ketika tahu bahwa aliran darah yang dilihatnya bersumber dari tubuh ayahnya yang sudah terkapar dengan beberapa luka tusukan. Dan tusukan yang Sakura lihat paling deras mengeluarkan darah, berada tepat di bagian jantung ayahnya.

"Ayah!!!" Sakura berseru histeris. Mata Sakura memanas, hingga tak lama kemudian tetes demi tetes air matanya terjatuh tanpa sempat ia cegah. Sakura ingin mendekat, namun Sakura takut dengan darah sebanyak itu.

PRANG

Suara besi jatuh tiba-tiba mengalihkan perhatian Sakura. Membuat Sakura menoleh cepat. Di sana, tidak jauh dari tempatnya berpijak, Sakura mendapati pisau besi penuh darah baru saja dijatuhkan seseorang yang berdiri gemetar hebat menatap jasad ayahnya.

"Ibu?" ucap Sakura dengan suara pelan. Sakura benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Saat itu juga, seluruh organ Sakura rasanya meluruh begitu saja. Persendian lututnya mendadak lemas, seakan hilang fungsi. Sampai detik selanjutnya, Sakura tidak tahu lagi apa yang mampu ia lakukan selain bersimpuh tanpa daya.

"Bukan Ibu pelakunya, Sakura. Bukan Ibu yang membunuh ayahmu, Nak." Sambil melangkah, mendekat, Yuli melirih. Mengulur tangannya, supaya Sakura mau menggenggamnya.

Akan tetapi melihat lumuran darah yang menempel di tangan ibunya, hal itu justru membuat Sakura ketakutan dan kontan bergerak mundur dengan tubuhnya yang masih terduduk di lantai, menjauh sejauh mungkin, sampai dirinya mentok di sudut ruangan.

Sakura menggeleng tak percaya. Sehingga kemudian, ia keluarkan ponselnya dan segera menghubungi Erik, papanya Pita.

Di sudut rumah, melihat tiga hal di depan matanya benar-benar membuat tubuh Sakura juga bergetar hebat.

Takut. Satu kata yang mampu mendeskripsikan segala hal yang berkecamuk dalam benak Sakura saat itu. Dengan kaki tertekuk sempurna, meringkuk di sudut ruangan, ia benar-benar ketakutan. Wajahnya nampak pucat pasi. Melihat tangan ibunya yang tangan penuh darah, melihat ayahnya yang terbaring tanpa nyawa dengan luka tusuk di beberapa bagian jasadnya, dan melihat sebilah pisau yang tergeletak di lantai yang juga berlumuran darah segar... Tiga hal tersebut sungguh mengguncang mentalnya dalam sesaat.

Sakura takut. Benar-benar takut. Saking takutnya, gadis itu sampai tidak bisa merasakan tangisannya sendiri. Tidak menyadari air matanya sendiri yang entah sejak kapan sudah berjatuhan sampai menyentuh lantai. Bahkan saking takutnya ia, suaranya sampai hilang seakan tertelan oleh isakannya sendiri yang tak mampu terdengar oleh siapapun.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang