Coming Home?

5.7K 497 24
                                    

Akhirnya Arsen benar-benar menjadi seorang pengecut. Arsen melarikan diri ke German setelah sang ayah menahannya selama sebulan. Arsen pergi tanpa pamit pada ayahnya. Dia hanya mengatakan mau Malaysia untuk membantu salah satu rumah sakit disana. Nyatanya, dia menetap di Penang sambil mengurus surat-surat untuk mengklaim beasiswanya dan mendaftarkan diri mengikuti pelajaran yang sudah hampir dimulai itu.

Arsen pergi ke German dari Malaysia. Bodyguards yang diberikan kakaknya juga dia bawa bersamanya. Dia mengatakan pada bodyguards itu untuk mengabari keluarganya saat mereka sudah sampai di München, German.

"Tuan," panggilan dari Angga, ketua dari bodyguards yang menjaganya itu, membuat kakinya berhenti melangkah.

"Ya?"

"Tuan besar menelepon lagi tadi pagi. Beliau marah besar dan meminta anda untuk kembali,"

"Biarkan saja! Mereka tidak mungkin kesini juga,"

"Tuan, tuan besar mengatakan akan menjemput anda pulang, jika tuan masih belum kembali bulan depan,"

"Bulan depan? Aku saja sedang praktek saat itu,"

Arsen melanjutkan langkahnya sambil membawa buku-buku tebal berbahasa inggris itu di tangannya. Di tangan Angga terdapat buku yang hampir sama tebal dan beratnya. Arsen menyewa sebuah apartment dengan dua kamar. Arsen juga berbagi kamar dengan pengawalnya itu. Karena kalau tidak kasihan semua pengawalnya harus tidur di dalam satu kamar.

"Tuan," sapaan dari ketiga pengawalnya yang lain membuatnya menoleh.

"Ada apa?"

"Tuan Ardan menelepon kami dan mengancam agar tuan pulang ke jakarta secepatnya,"

Arsen tetap diam saja. Dia mendengarkan keluhan pengawalnya itu. Bagi Arsen keluarganya kekanakkan. Mengancam akan melukai keluarga bodyguards-nya. Apa-apaan itu?

"Dia tidak akan melakukannya. Aku berani jamin,"

"Tapi tuan..."

"Tidak apa-apa. Sudahlah, aku lapar. Ayo kita makan!"

Berada di satu Apartment yang sama membuat Arsen semakin dekat dengan para pengawalnya itu. Arsen menganggap mereka seperti temannya. Dia sering hang out bersama, berbelanja dan lainnya. Termasuk makan pun mereka sering bersama.

Arsen menjalani kehidupannya di German dengan tenang. Walau pun hatinya masih mengarah pada satu perempuan dan tidak ada lagi perempuan lain yang menarik hatinya. Arsen menghela kecil.

"Aku ke kamar duluan ya. Nanti sore masih ada kelas," ujar Arsen.

Keempat pengawalnya mengangguk. Mereka merenungi nasib keluarga mereka di Indonesia. Mereka takut Ardan akan benar-benar melakukan ancamannya.

...........

"Arsen..."

Suara tegas itu menghentikan Arsen sampai dia menjatuhkan materi prakteknya. Bahkan teman-teman Arsen terkejut dan sedikit memarahinya. Arsen meminta maaf dan meminta temannya berjalan lebih dulu.

"Papi? Kenapa kesini?"

Arsen memasang senyumannya dan berjalan ke arah ayahnya. Bukannya jawaban, malah jitakan yang dia dapat di kepalanya.

"Aku sudah bilang akan menjemputmu, kan? Ini sudah tiga bulan dan kamu belum mau pulang juga?!"

"Pi..."

"Apa?!"

Arsen terdiam. Dia mengajak ayahnya pulang dan alangkah terkejutnya dia, saat melihat kakak tertuanya ada di luar gedung kampusnya dan sedang menceramahi pengawalnya.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang