06 - Kecewa

2.7K 394 22
                                    

Dua hari sebelum audisi dan Taehyung merasa ada yang aneh dengan sikap Jimin. Anak itu jadi lebih banyak diam. Hanya bicara seperlunya saja jika diajak bicara.

Sudah satu jam mereka membolos dan bersantai di rooftop, namun tak ada obrolan yang tercipta. Sejak tadi Jimin hanya berbaring dan memejamkan mata meskipun Taehyung tahu anak itu tak terlelap. Taehyung ingin bertanya namun sedikit sungkan karena tak ingin mengganggu Jimin yang sepertinya sedang banyak pikiran.

Taehyung mengeluarkan kertas dari dalam tasnya yang sengaja ia bawa sejak tadi karena setelah ini mereka akan langsung pulang, malas jika harus kembali ke kelas untuk mengambil tas. Itu adalah formulir berisi data diri dan foto mereka sebagai bukti mengikuti audisi, yang harus mereka bawa nanti.

"Jim, kau tidur?" tanya Taehyung pelan, tak ingin mengejutkan.

Jimin membuka kedua matanya, sedikit mengernyit karena sinar matahari yang begitu menusuk. Kemudian bangkit untuk duduk di kursi panjang yang ia gunakan untuk berbaring tadi. Menatap Taehyung seolah bertanya kenapa anak itu memanggilnya.

Taehyung menyodorkan formulir milik Jimin yang ia buatkan sekalian karena di rumah Jimin memang tak ada komputer ataupun laptop.

"Milikmu. Kau harus membawanya sebagai bukti peserta," ucapnya tenang, walaupun sedari tadi dia sangat ingin bertanya tentang apa yang sedang dipikirkan oleh Jimin.

"Gomawo,"

Hanya itu yang Jimin katakan, kemudian matanya fokus menatap formulir miliknya, tanpa menatap Taehyung sama sekali. Sedangkan Taehyung masih diam memperhatikan sang sahabat.

Hingga helaan napas kasar yang keluar dari bibir Jimin tertangkap dengan jelas oleh telinga Taehyung. Jimin menatap Taehyung dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Taehyung – ah,"

Panggil Jimin pelan padahal Taehyung sudah menatapnya sejak tadi.

Taehyung dapat melihat keraguan dari kedua mata Jimin. Namun dia masih diam, menunggu anak itu melanjutkan ucapannya yang sepertinya tak mudah untuk diungkapkan.

"Bisakah... kau mengundurkan diri dari audisi ini?"

Entah itu pertanyaan atau permintaan, yang pasti Taehyung sangat terkejut dengan ucapan Jimin. Dia bahkan hampir meminta Jimin mengulangi perkataannya sebelum Jimin kembali berucap dan membuat Taehyung yakin jika ia tak salah dengar.

"Kali ini saja Tae, bisakah kau mengalah padaku?" lanjut Jimin menunduk, menatap ujung sepatunya yang mulai usang.

Taehyung mengerjap cepat, mencoba tetap tenang. Bahkan dia paksakan sebuah senyuman.

"Apa maksudmu, Jim? Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?" tanyanya sudah duduk di samping Jimin, menepuk bahunya pelan.

"Apa kau ada masalah? Kau bisa menceritakannya padaku. Aku pasti akan membantumu."

Jimin menggeleng pelan. "Aku hanya ingin kau mengundurkan diri dari audisi ini."

"Tapi... kenapa? Kenapa kau ingin aku melakukan itu?" lirih Taehyung tak percaya. Senyumnya kini sudah hilang entah kemana.

Jimin menyingkirkan tangan Taehyung dari bahunya kemudian menatap anak itu tajam.

"Apa kau tak sadar, Tae? Kita berdua tak akan bisa selalu bersama. Apa kau tak pernah memikirkan bagaimana jika hanya salah satu dari kita yang lolos?" ujarnya meninggi.

Taehyung membeku, dia memang tak pernah memikirkan hal itu. Karena dia begitu yakin mereka berdua akan lolos bersama. Tidak, tetapi begitu ingin.

"Kita berdua pasti bisa lolos bersama, Jim. Kita sudah berlatih dengan keras setiap hari. Jadi kita pasti bisa melakukannya."

Piece by Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang