Chapter 9

5.2K 303 167
                                    

Selamat datang di chapter 9

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tolong tandai jika ada typo

Well, happy reading everyone

Hope you like it

❤❤❤

______________________________________

Dear WEEKEND,

I promise to love you with all my heart until Mama and Satria separate Us

°°Cecilia Bulan°°
___________________________________________________________________________

Jakarta, 2 Oktober
06.50 a.m.

Weekend, siapa yang tidak suka dengan hari ini? Sebagian besar umat manusia di muka bumi menyukainya. Terlebih pada mereka yang mempunyai libur di hari tersebut, bisa digunakan untuk mengistirahatkan badan, refreshing dengan jalan-jalan atau bermalas-malasan. Tidak terkecuali kaum rebahan seperti Bulan. Baginya, matahari terbit jam sepuluh pagi saat weekend. Ia akan dengan senang hati memanjakan tubuh di atas kasur berbalut bad cover, berlama-lama dalam tidur untuk menikmati hari termalas di dunia.

Tapi teori itu jelas tidak berlaku pada pada Erlin. Buktinya saat waktu menunjukkan hampir jam tujuh pagi―karena tidak ada tanda-tanda pergerakan anak sulungnya dalam rumah―ibu negara satu ini mengambil dan memegang kemoceng bulu ayam dengan alis ber-kerut sempurna, lengan daster diangkat hingga pangkal, dan tatapan mata tajam tertuju pada arah pintu kamar Bulan seperti elang yang mengintai mangsanya dengan bibir tersenyum iblis. Wanita paruh baya itu melangkah dengan percaya diri membuka pintu kamar cokelat kayu berserat yang mengkilat karena diplitur dan matanya terpicing ketika mendapati anak sulungnya masih tidur pulas dengan mulut terbuka. Persis seperti dugaannya.

Sedangkan Bulan yang masih terlelap dalam tidur pun merasa terganggu dengan hidung yang gatal. Gadis itu mengibas-ngibaskan tangan kiri di atas hidung dengan mata masih terpejam. Tidurnya baru akan nyenyak kembali ketika hidungnya gatal lagi. Bulan mengulangi kibasannya. Tapi rasa gatal itu semakin menjadi dan membuatnya kesal yang akhirnya terpaksa membuka mata.

"Aaaarrrggghhhh Maaamaaa," teriak Bulan ketika mendapati mamanya memegang sehelai bulu yang digunakan untuk menggelitiki hidungnya tadi. Ia terhenyak bangun, melotot melihat mamanya yang sekarang sudah berkacak pinggang dengan satu tangan yang tadinya memegang sehelai bulu sudah berganti memegang kemoceng serta mengacungkan alat kebersihan tersebut.

"Anak perawan jam segini belom bangun!" teriak Erlin membahana sambil berjalan siap mengayunkan kemoceng pada anak sulungnya yang sudah lari terbirit-birit ke kamar mandi.

"Ampuunnn maaaaaa."

Begitulah rutinitas weekend bagi seorang ibu negara seperti Erlin ini. Sungguh memusingkan.

Take a deep breath, take a deep breath. Erlin menghembuskan napas berat berkali-kali agar emosinya turun. Kemoceng yang masih dipegangnya ia letakkan kembali pada gantungan bersama sapu, pel, dan alat kebersihan lain.

Ya ampun punya dua anak perawan sifatnya beda banget, yang satu tomboy, pagi-pagi udah ke lapangan maen basket, yang satu ngebonya nggak kira-kira, nyidam apa aku dulu waktu hamil mereka, batin Erlin sembari memijat kepala.

Beberapa menit kemudian Bulan yang sudah rapi menyusuri meja makan dan mengambil duduk di salah satu kursi berniat sarapan saat didekati sang mama. "Kak, tolong anterin bunga matahari pesenan pelanggan ya," pinta ibu negara satu ini sambil membawa bucket bunga matahari yang sudah terangkai bagus dari toko dan meletakkannya di sebelah piring Bulan.

KETOS GALAK IS MY BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang