TUJUH BELAS

475K 57.3K 20.1K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

1000 vote + 1000 komen untuk next!

****

"RENZO!!" teriak Ilona membuat atensi membuat yang lain menatap bingung ke arahnya

Areksa mengikuti arah pandang gadis itu. Seorang cowok berpakaian serba hitam yang tengah berdiri di pinggir jalan itu membalikkan tubuhnya, hendak pergi dari sana. Kening Areksa bergelombang melihat cowok seumuran dengannya itu.

"Hampir mirip," gumam Areksa lalu kembali menatap ke arah Ilona.

"Gue kira itu Renzo." Ilona menghela napas berat.

"Sering dapet teroran akhir-akhir ini bikin lo kebayang dia terus, Na," timpal Samuel yang duduk lesehan di depan Ilona. Yang lain mengangguk setuju dengan perkataan Samuel.

"Renzo udah nggak ada. Jangan bikin dia nggak tenang di alam sana," balas Canva.

"Lo bener, Can. Renzo nggak mungkin masih hidup. Gue yakin ini ulah orang lain," ujar Areksa.

"Mmm." Ilona menggigit bibir bawahnya kuat membuat Areksa langsung memegang bibirnya dengan jari telunjuk.

"Jangan digigit," peringat Areksa yang langsung dituruti oleh Ilona. Gadis itu terlihat hendak mengatakan sesuatu dari mimik mukanya.

"Ngomong aja kali, Na," ujar Farzan yang paham dengan maksud Ilona. Cowok itu menyenderkan punggungnya di punggung Marvin yang asyik bermain handphone.

"Menurut kalian, gue ini terlibat sama kasus kematiannya Renzo?" tanya Ilona dengan pandangan yang mengarah satu persatu kepada sahabat-sahabatnya.

"Ini bukan salah lo, Na. Tapi gue yakin banyak yang nyalahin lo dalam kasus itu." Areksa berujar risau.

Marvel menatap ke arah Ilona yang terlihat merenung dengan tatapan kosong. "Lo nggak salah."

Ilona langsung menatap ke arah Marvel. Cowok yang satu itu memang susah sekali untuk ditebak. Bahkan Marvin sendiri mengaku tidak bisa mengetahui jalan pikiran Marvel yang berubah-ubah.

"Dia bisa masuk ke markas kita yang sebelumnya gak pernah ada yang bisa masuk selain kita-kita sendiri. Ilona juga pernah dapet teror di sekolahan. Mungkin nggak kalau pelakunya itu orang terdekat di antara kita?" Samuel beropini. Ketua dari Dimaond itu memandang penuh tanya ke arah anggotanya.

"Bisa jadi. Tapi ... siapa kira-kira?" tanya Marvin membuat mereka semua bungkam.

♥ ♥ ♥

"ITU PECI GUE, VIN! JANGAN MALING LO!"

Farzan berteriak heboh sembari memakai baju koko warna putihnya. Marvin yang memang tidak membawa peci itu pun langsung melempar peci milik Farzan yang sengaja ia ambil. Cowok bergamis hitam itu berdecak sebal.

"Ya elah, masa gue jum'atan nggak pakai peci," gerutu Marvin.

"Daripada nggak pakai baju," timpal Canva membuat yang lain tertawa.

Mereka kini tengah berada di markas. Mayoritas anggota Diamomd memang beragama Islam. Empat di antaranya yaitu Areksa, Kevin, Alex, dan Gavino memang tidak seiman dengan mereka.

"Keburu telat, buruan sono!" titah Areksa disertai gelengan heran di kepalanya. Sahabatnya itu memang sangat ribet.

"Kita berangkat ke masjid dulu, Sa. Lo sama yang lain jaga markas, ya," ujar Samuel. Cowok itu menepuk pundak Areksa lalu berjalan ke depan untuk menaiki kendaraannya disusul oleh yang lainnya.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang