eins

5K 464 17
                                    

Kota bersejarah yang cukup melegenda, bagian sejarah di zaman diktator Jerman masih berjaya. Tersimpan cerita pilu maupun tawa.

Masih ingat dibenaknya, sebelum semua ini terjadi. Pertemuan tanpa sengaja dengan pria gagah pimpinan korporat, si bengis namun menyimpan hati lembut.

EJMIW

Seragam gagah membungkus tubuh-tubuh kekar para budak diktator. Tak luput, senapan panjang dengan peluru baja tersampir di bahu mereka.

"Bersiap!" Perintah pemilik suara bariton. Wajah gagah dengan tatapan tajam penuh nuansa mendominasi prajurit di sana.


"Siap, Sir!"

Beliau melangkah dengan tegas. Menuntun prajurit masuk ke dalam mobil kap besar. Mereka berlalu pergi menuju tempat tujuan. Sedangkan sang jenderal menaiki mobil hitam para petinggi Nazi.

Selama dalam kendaraan, pria itu mengambil bungkus tembakau dan membakar ujungnya menggunakan mancis miliknya. Dari tempat yang agak jauh, dia memandang prajuritnya yang telah berada di sana bertarung dengan oposisi dari pihak rakyat yang tak setuju jika partai besar Jerman menguasai daerah mereka. Para prajurit nampak kewalahan akibat oposisi rakyat sana yang makin lama makin melunjak berusaha keras agar tak diinvasi oleh partai Nazi.

Sang jenderal yang gerah pun lantas bangkit. Dia keluar dengan dua revolver di samping seragamnya. Bungkus nikotin pada tangannya dia buang ke tanah lalu diinjak. Perlahan dia berjalan mendekati kerusuhan itu.

Dor!

Bunyi pistol terdengar. Seseorang dari pihak rakyat tumbang. Sejenak mereka terdiam mengamati tubuh yang tak lagi bernyawa itu.

"Lebih baik kalian tunduk pada kami atau mati dengan peluruku?" Seorang pria berperawakan kuat nan bengis, sang Jenderal muda Hitler tersenyum tipis yang penuh ancaman.

Beliau adalah Mark Axilion Jeager, jenderal maut kebanggaan Nazi.

EJMIW

Seorang pria berjalan menuju ruangan Hitler. Dirinya dipanggil oleh pemimpin partai terbesar di negeri Jerman.

"Permisi, Fuhrër" ujarnya setelah mengetuk ruangan tersebut.

"Masuk" balasan dari dalam, dia pun menuruti perintah untuk masuk. Akhirnya pemilik gelar Jenderal Muda Nazi itu berada di ruangan sang pemimpin.

"Siap, Jeager telah berada di sini!" ujarnya, berdiri tegap dengan tatapan lurus ke depan.

"Kau bisa duduk, Jenderal Jeager" kata Hitler. Setelahnya pemilik marga Jeager itu melepaskan topi Jenderalnya sambil mendudukkan diri di kursi.


"Apa gerangan anda memanggil saya secara pribadi, Fuhrër?" Tanya Jeager dengan raut wajah bingung. Hitler tampak berdeham sebelum melanjutkan kalimatnya.


"Aku cukup kagum dengan strategi yang kau lakukan dalam menginvasi distrik 11 untuk membabat habis para pemberontak Nazi di sana. Dengan itu, kita bisa mendapatkan kuasa penuh di Jerman Barat."

Jeager mengulas senyum tipis, "Terimakasih atas sanjungan yang anda berikan, Fuhrër"

"Tentu. Namun Jeager, saat ini aku mempunyai rencana lain yang lebih besar." Lanjut Hitler dengan guratan wajah yang sangat serius.

[END] Evil Jeager meet Innocent WeèberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang