MyHusband : 34. Maaf..

4.2K 551 31
                                    

Alvin, ia juga pria normal. Pria normal yang bisa menangis. Hatinya lebih sakit, melihat orang yang ia sayangi menangis. Bodohnya, itu karena ulahnya.

Ia sudah berada dikamarnya, setelah akhirnya Nabila membukakan pintu untuknya. Namun, sampai saat ini, istrinya sama sekali belum bersuara. Memilih asik dengan diamnya seraya isakan kecil, namun dapat Alvin dengar.

Saat ini, Nabila tengah berada didekapannya. Memeluknya dengan erat. Wanita itu sama sekali tidak berontak, juga tidak membalas pelukannya saat ia memeluknya.

"Aku tahu aku salah. Aku benar-benar minta maaf.."

"Aku benar-benar nggak ada hubungan apa-apa lagi sama dia."

"Dia terus deketin aku. Tapi, aku slalu berusaha untuk ngehindar."

"Aku.. Nggak mungkin khianatin istri tercinta aku."

"Aku nyesel, seharusnya aku bilang ini dari awal. Tapi, bodohnya, aku malah nganggap masalah ini masalah sepele."

"Sayang.. Tolong maafin aku."

"Aku cuma cinta sama kamu. Sama.. Putri kita juga."

Alvin terus mengeluarkan curahan hatinya. Pria itu.. Seolah menunjukkan rasa bersalahnya, rasa menyesalnya, juga rasa lainnya yang membuat hatinya tidak nyaman dan terkoyak sampai sekarang.

Nabila, wanita itu masih diam. Tidak bergerak sama sekali, juga tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Hanya ada getaran bahu dari wanita itu, menandakan jika wanita itu kembali menangis. Ini.. Memang menyakitkan.

Sulit dipercaya memang. Ia melihatnya dengan jelas, dimana mereka berciuman. Bukan, perempuan itu yang menciumnya lebih tepatnya. Ia akui. Yang lebih mengenal Alvin antara ia dan Kaela itu sudah pasti Kaela. Kaela yang mungkin lebih tahu segalanya tentang Alvin. Beda dengan dirinya, yang hanya seorang fans yang mendapat keberuntungan bisa menjadi istri sah dari Alvin Dzikriansyah.

Ya, katakan jika ini merupakan sebuah keberuntungan.

Menikah dengan Alvin Dzikriansyah, suatu keberuntungan untuk dirinya selama hidupnya.

Jujur, Nabila ini tipikal orang yang tidak bisa marah. Namun, hal ini benar-benar membuatnya kecewa. Kecewa yang mungkin sudah berada dilevel atas.

"Untuk sekedar marah pun, aku nggak bisa, Mas. Aku selalu nggak bisa. Tapi, kali ini, kamu bener-bener bikin aku kecewa, hati aku sakit, Mas." Nabila akhirnya mulai bersuara, dengan nada.. Memilukan.

"Aku tahu, dan aku sadar. Kaela lebih kenal kamu dari pada aku yang notabene hanya seorang fans. Tapi, seengganya, kamu inget, Mas. Kamu inget akan status kamu yang sekarang. Kamu udah menikah, punya anak juga. Kamu nggak mikir kesitu, Mas? Kamu nggak mikirin gimana perasaan aku nantinya?"

Nabila kembali mengeluarkan uneg-unegnya. Membuat Alvin refleks memejamkan kedua matanya, mencoba merasakan apa yang sekarang istrinya rasakan.

"Aku nggak tahu, hal apa aja yang kamu lakuin diluar sana sama dia. Tapi, kejadian tadi, cukup ngebuat aku benar-benar merasa sakit, Mas."

Alvin tidak tahu lagi harus apa. Yang bisa ia lakukan saat ini, mengeratkan pelukannya, seolah menyalurkan rasa kehangatan didalam sana.

Ya, Alvin akui, ia belum bisa menjadi suami yang baik untuk istrinya. Dulu, ia yang mendesak, dan memaksa Nabila, agar wanita itu menerima lamarannya. Dan ingin segera menghalalkan Nabila, untuk menjadi istri sahnya. Dan sekarang? Nyatanya pria itu seolah melupakan janjinya, janji dimana ia tidak akan membuat Nabila terluka barang sedikitpun.

Itukah, yang dinamakan janji?

Hm.. Janji ya, Mas?

"Aku mau pulang, Mas. Aku mau pulang.." Lirihan dengan nada seraknya, membuat Alvin yang mendengarnya terkejut.

Alvin melepaskan pelukannya, menatap lekat-lekat kedua mata cantik Nabila yang sekarang terlihat sembab. Nabila, wanita itu sudah terlalu lama menangis.

"Pu--lang?"

"Aku mau Bunda.. Aku bener-bener nggak bisa ngadepin ini sendirian, Mas. Aku.. Mau pulang."

"Sayang.. Kamu kan udah sepakat, soal kepulangan kita yang beberapa bulan lagi. Kamu nggak sendiri, ada aku. Kamu cuma salah paham, sayang."

"Aku beneran nggak ada hubungan apa-apa sama dia.."

"Aku.. Minta maaf. Tolong, percaya sama aku.."

"Mas! Istri mana yang tidak sakit liat suaminya bermesraan sama wanita lain?"

"Aku.. Nggak sanggup, Mas."

Alvin kembali merengkuh sang istri, saat melihat wanita itu kembali menangis. Ini.. Benar-benar membuatnya semakin merasa bersalah.

"Maaf.." Untuk kesekian kalinya, Alvin hanya berucap kata itu.

***

Karel benar-benar kewalahan. Bayi mungil ini terus saja menangis, tangisan yang semakin kencang, padahal ia sudah berusaha menenangkannya. Namun tetap saja.

Pria ini berada di Apartementnya. Sengaja ia membawanya kesini, bermaksud untuk membiarkan Alvin dan Nabila untuk berbicara berdua. Ya, mereka pasti membutuhkan waktu berdua untuk menyelesaikan semuanya. Ia juga sebenarnya tidak tega, jika bayi ini terus berada di sana dengan keadaan yang memang sedang tidak baik. Ia tahu, dan mengerti kenapa bayi ini terus menangis. Tangisan yang seolah mengerti jika kedua orang tuanya sedang ada masalah.

"Sayang.. Jangan nangis lagi dong. Uncle jadi bingung harus ngapain." Ucapnya, masih dengan posisi menggendong bayi mungil -yang masih belum diberi nama- seraya menepuk-nepuk pantat mungilnya, bermaksud untuk menenangkannya.

"Ayah sama Bunda baik-baik aja. Kamu jangan nangis lagi ya, sayang."

"Nanti kita pulang ketemu Ayah Bunda."

Seolah mengerti dengan ucapan Karel. Bayi mungil itu mendadak berhenti menangis, kedua tangan mungil yang mulai menggeliat, menandakan jika sikecil mulai mengantuk. Karel bernafas lega. Akhirnya.. Karel terus menepuk-nepuk pelan pantat bayi mungil itu, sembari bersenandung, menyanyikan lagu-lagu pengantar tidur, berharap bayi mungil itu segera tidur.

Dan benar saja. Dalam hitungan detik, si kecil sudah terlelap.

***

Bersambung..

My Husband [Selesai - Cerita Pindah Ke Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang