③ | while the other goes to the party!

876 133 5
                                    



Dari sekian banyak manusia di muka bumi ini, Hyunjin menjadi salah-satu yang merasa hidupnya paling sempurna. Ia anak tunggal dari pasangan idol dan aktris fenomenal pada jamannya. Hidupnya bergelimang harta, tapi Tuhan tetap adil, otak Hyunjin mungkin hanya separuh ons kalau dihitung. Dia bodoh dalam artian yang tidak buruk, kelakuannya saja yang memang sedikit tidak pakai otak.

"Tetap tidak, Hwang Hyunjin!" sang ibu berseru marah. Pisau dapur di tangan lentiknya mengacung tepat di depan hidung Hyunjin.

"Bu, tapi semua teman-temanku pergi ke pesta!"

Wanita yang kini menjabat sebagai direktur utama agensi akting itu mendengus kesal,"Tahun lalu kau pergi ke pesta, mabuk, kemudian tidur dengan wanita asing. Kau tahu betapa sulitnya membungkam media massa saat ini!? Keluarga kita diawasi banyak mata. Bayangkan apa yang terjadi saat berita yang sama terulang, ibu sudah tidak punya kekuatan lagi untuk menutupi kebodohanmu!"

Omong-omong, Hyunjin ini sedikit keras kepala, jadi wajar jika ia tetap berpegang teguh pada pendiriannya,"Aku janji! Aku janji kali ini tidak akan minum dan pulang begitu pestanya usai."

Final, sang ibu tetap tidak mengizinkan. Hyunjin akan tinggal di rumah selama malam akhir pekan, membantu ibunya mengawasi pekerjaan para maid. Hari Senin akan ada pertemuan bisnis berkedok pesta rumahan, akan ada banyak pebisnis kaya raya menyambangi rumahnya dan pastinya banyak pula yang perlu dipersiapkan.

"Kau benar-benar tidak datang!?"

Hyunjin mengerang kesal, suara hingar bingar club menggodanya untuk menyelinap pergi.

Jisung—teman yang sedang ditelfon Hyunjin—menertawakan kesialan Hyunjin kali ini mati-matian. Tidak menyangka pula Hyunjin akan sepatuh itu pada sang Ibu.

"Aku tidak siap mental jika black card-ku diblokir."

"Ya, itu jauh menakutkan. Nikmati saja malam minggu-mu di rumah."

"Ck. Aku sial sekali, sih!"

Kemudian sambungan terputus. Sebenarnya ada satu lagi hal menyenangkan yang bisa Hyunjin lakukan, tapi tidak dengan kondisi maid yang menyebar hampir di seluruh sudut rumahnya.

Tapi, Hyunjin bukan Hyunjin jika tidak nekat. Ia kembali meraih ponselnya, kemudian mengirim pesan singkat pada seseorang.

"This must be thrilling, hehehe."

Felix tidak siap. Sang Tuan menginginkannya di waktu yang salah. Ia mati-matian menahan pekikan disaat teman-temannya yang lain mempersiapkan pesta untuk hari senin.

"Lee Felix!"

"Akh, Tuan!"

Lagi Felix berusaha bertahan, ia masih punya banyak waktu sampai esok tiba, sedikit bermain tentu bukan masalah. Ada Hyunjin yang membelanya jika ia dimarahi nanti.

Hubungan mereka memang sejauh itu.

"Tuan!"

Pun Felix tetap kalah.

Ia menaruh konsol gamenya asal-asalan, gestur marah karena selalu kalah. Hyunjin tidak pernah mengganti game yang akan mereka mainkan, sekalipun Felix sudah mahir, Hyunjin akan lebih mahir. Ia tidak suka.

"Sekali lagi!" Hyunjin berujar antusias.

Felix membenarnya bajunya yang kusut, ia harus keluar dan bergabung dengan maid lain,"Tidak, aku harus bekerja lagi."

"Ayolah, Lix." Hyunjin mendekat hingga mampu menumpukan dagunya pada pundak sempit Felix,"Ayo kita lakukan permainan yang sebenarnya."

Bagaimanapun Felix tidak dapat menolak. Pekerjaanya secara tidak langsung berhubungan pula dengan permintaan Hyunjin yang satu ini, menolak sama saja meminta pemecatan.

the end.

i told the stars about youWhere stories live. Discover now