51.Extricate•Jangan tatap aku lemah❄

9.2K 694 42
                                    


Sebenernya mau up kemarin,tapi sinyalku mati banget;(sorry yang udah nunggu.Tugasku juga lagi sebejibun jadi gak kepikiran untuk nulis;(

Tapi aku dah up buat kalian❤

__________________________

"I just want you to always be by my side, can you?"

Extricate

Seorang perempuan berlari dengan tergesa-gesa menuju rumah seseorang,ia langsung saja memasuki rumah itu tanpa permisi.Karena dirinya tahu,pasti rumah berkeadaan sepi dan hanya tinggal satu sosok mengeram dikamar.

"Arima,ini gue Arima.Nanda,"Nanda menggedor-gedor pintu dihadapannya dengan tergesa karena rasa khawatir menguasai dirinya.Ia mencoba membuka pintu itu dan ternyata tidak terkunci.

Dikamar yang terlihat sangat berantakan,terdapat seorang perempuan sedang tersungkur dengan darah kering dikakinya.

Nanda tidak mempercayai penglihatannya,bagaimana sosok yang ceria terlihat rapuh seperti ini.

"Arima,"Nanda mendekati tubuh Arima dengan suara parau,Arima membuka matanya perlahan lalu menatap Nanda semmbari tersenyum kecil.

"Arima rindu Nanda,"Arima mencoba bangkit dengan susah payah karena kakinya masih terasa sakit.

"Ada apa sama lo Arima!?"tangis Nanda pecah saat itu lagi melihat sahabat kecilnya terluka seperti ini.

"Eh kenapa Nanda nangis?Arima gak apa-apa."

"Apa yang lo lakuin sama tubuh lo sendiri Arima!"

"Maaf,"Arima menundukkan kepalanya tidak berani menatap Nanda.

"Harusnya gue yang minta maaf sama lo!gue gak becus jadi sahabat lo,gue kemarin khawatir ngedenger bentakan Mamah lo semalem.Gue pengen kesini,tapi takut mencampuri urusan kalian,"Arima memeluk tubuh Nanda erat.

"Nanda dateng kesini aja Arima udah seneng."

"Katanya lo lomba kan kemarin?maaf gak bisa hadir,ada urusan yang gak bisa gue tinggalin.Lo menang kan?"Arima melepaskan pelukannya,senyumannya menghilang dari wajahnya.Menyadari perubahan Arima,Nanda memegangi kedua bahu Arima sembari bertanya-tanya.

"Ada apa?"

"Arima gak ikut lomba itu."

"Kenapa?!?"

"Tangan Arima,"Arima menatap kedua tangannya dengan berkaca-kaca.

"Kenapa sama tangan lo Arima?"

"Tangan Arima gak akan pernah bisa main piano lagi,"Nanda terkejut dengan penjelasan Arima.

"Kenapa bisa begitu?"

"Ada kecelakaan kecil,dokter bilang Arima gak mungkin main piano lagi."

"Yaampun Arima,maafin gue,"Nanda memeluk tubuh Arima erat.Ia tidak menyangka sahabatnya ini menanggung beban sebanyak ini dan dirinya tidak ada disaat Arima sedang seperti ini.

"Ini bukan kesalahan Nanda ko,"Arima menepuk-nepuk punggung Nanda.

"Tapi gue gak ada disaat lo terluka,"Arima melepaskan pelukannya lalu menganggam kedua tangan Nanda.

"Jangan nyalahin diri Nanda sendiri,ini kesalahan Arima yang kurang berhati-hati dan Arima harus nerima resikonya,yaitu menyerah dalam mimpi Arima."

❄Extricate❄

Nanda membawa Arima berkeliling disebuah mall,dengan sedikit paksaan tentunya.

"Apapun yang lo mau bakal gue traktir hari ini!"

"Arima pengen pulang,"Nanda menajamkan matanya kearah Arima,sehingga Arima mau tidak mau harus menuruti kemauan Nanda.

"Mau apa hm?"

"Arima gak mau apa-apa."

"Coklat?"mendengar kata coklat Arima langsung menganggukkan kepalanya dengan cengiran lebar.

"Katanya gak mau apa-apa?"Nanda tersenyum miring menatap Arima.

"Tiba-tiba Arima pengen coklat,"tangan Arima ditarik oleh Nanda menuju toko dimana beraneka coklat berada.

"Pilih aja gue yang bayar."

"Bener?"Nanda menganggukam kepalanya mantap.Arima sedikit berlari karena sangking semangatnya melihat disekelilingnya terdapat makanan kesukaannya.

"Arima mau itu,itu dann itu,"sang penjaga toko itu membungkuskan keinginan Arima dan memberikannya pada Arima.Nanda ikut senang saat melihat Arima tersenyum senang sembari menatap coklat didekapannya.

"Lain kali jangan makan coklat kebanyakan.Lo harus jaga kesehatan juga,"Nanda dan Arima berlalu pergi usai membayar.

"Arima laper gak?"

"Laper,tapi nanti Arima yang bayar ya!"

"Udah gue aja,kan gue yang ngajak lo kesini."

"Maksa lebih tepatnya,"Nanda tidak menyahuti sindiran halus Arima.

"Cepet jalannya,gue laper.Cacing-cacing diperut gue sudah bergejolak meminta asupan."

"Nanda cacingan?"Arima meringis kesakitan disaat ada tangan menjitak kepalanya.

"Mulutnya minta dilakban ya!!"

"Emang ada lakban?"

"Sabarkanlah diriku,"Nanda berjalan mendahului Arima.

"Ih Nanda tungguin!!"Arima sedikit meringis kesakitan disaat kakinya terasa perih karena semalam.Nanda menghentikan langkahnya lalu berjalan mendrkati Arima.

"Arima gapapa?"terdapat kekhawatiran diwajah Nanda.

"Gapapa ko,cuman perih dikit."

"Habisnya ngapain si Arima,lo lakuin hal yang bikin fisik lo sakit!?Ayo kedokter sekarang!!"Nanda amenarik tangan Arima secara paksa,namun Arima dengan segala tenaganya ia menghempaskan tangan Nanda.

"Arima gapapa Nanda,percayalah.Arima benci jika ditatap lemah,Arima ngelakuin itu semua untuk membuat diri Arima tenang.Luka fisik bisa menahannya tapi tidak untuk hati."

"Gue gak mandang lo lemah Arima."

"Tapi Nanda gak perlu ngelakuin ini semua buat Arima."

"Gue cuman mau ngehibur lo,agar lo kembali bahagia."

"Dengan Nanda yang akan selalu berada disamping Arima,Arima pasti bahagia.Hanya itu pinta Arima,tidak dengan menghamburkan uang Nanda hanya untuk membuat Arima bahagia.Bahagia tidak selalu tentang uang,tapi bagaimana kita bisa membuat kebersamaan,menjadi kebahagiaan yang tercipta dalam sebuah memori indah tak terlupakan."

ExtricateWhere stories live. Discover now