[#EXOFFIMVT2019] INESSIREGAR_SOCIOPRENEUR VS MUSIC PRODUCER

5 0 0
                                    


Sociopreneur VS Music Producer

Americano, bagi banyak orang rasanya terlalu pahit. Namun ada sebagian orang yang justru sangat menyukainya. Ya, itu aku.

Aku menyeruput kopiku di malam hari di sebuah Kedai Kopi ternama asal Amerika. Tak perlu kusebutkan namanya, semua orang pun pasti tahu. Kedai Kopi ini adalah tempat langgananku. Malam ini Seoul sedang diguyur hujan. Rintik hujan menari membasahi jendela di sampingku. Rasanya begitu damai dan tenang. Aku berada di sini ditemani oleh laptop kesayanganku. Aku tengah mencari apakah ada Pameran Kerajinan Tangan dalam waktu dekat ini. Setahun yang lalu aku lulus dari Jurusan Administrasi Bisnis di Universitas Sungkyunkwan dan sekarang mencoba untuk menjadi Sociopreneur¹. Aku bisa membuat kerajinan tangan yang biasanya kupasarkan di pameran-pameran. Kadang aku juga menjualnya secara online. Hasil dari penjualan kerajinan tangan tersebut sebagian aku sumbangkan ke Panti Asuhan dan orang-orang yang kurang mampu.

Lee Serin, itu namaku. Aku lahir dan besar di Seoul. Aku berasal dari keluarga yang berkecukupan, sehingga setelah lulus kuliah aku tidak terlalu memikirkan bagaimana caranya untuk menghasilkan banyak uang. Aku justru memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa membantu sesama. Itulah keinginan terbesarku. Orang tuaku selalu berpesan, "Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain."

Aku melirik ke arah jam tanganku. Waktu menunjukkan pukul 20.00 KST. Hujan sudah mulai reda, sudah waktunya aku untuk pulang. Aku harus menyetir mobil sendiri, sehingga aku tidak mau pulang terlalu malam. Sebelum beranjak dari Kedai ini, aku mengecek ponselku. Sepi, tidak ada pesan ataupun panggilan masuk sama sekali. Aku hanya tersenyum miris. Tak lama kemudian aku pun memutuskan untuk menelepon seseorang.

"Halo, Oppa." Kegiatan rutinku tiap malam adalah meneleponnya. Cukup sekali dalam satu hari. Dan selalu aku yang meneleponnya duluan.

"Serin-ah... Kau sedang berada dimana?" Tanya pacarku, Cho Yoojin, yang biasa kupanggil Oppa.

"Di Kedai Kopi. Ini sudah mau pulang. Oppa masih di Studio?"

"Iya. Ada proses rekaman yang belum selesai. Sepertinya malam ini aku akan tidur di sini." Suara Yoojin terdengar lelah. Ia memang seorang Produser Musik yang workaholic. Sudah biasa jika akhirnya ia harus tidur di Studio.

"Jangan terlalu capek, kalau Oppa sakit, aku yang repot. Ya sudah aku pulang dulu, ya. Jangan lupa vitaminnya di minum."

"Gadis mungil sepertimu menyetir mobil sendirian? Malam-malam?" Yoojin terdengar agak khawatir.

"Ya." Jawabku singkat.

"Ah, Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang. Hati-hati, ya di jalan. Jangan ngebut." Aku bersyukur ia masih memperhatikanku, walau hanya dengan kata-kata.

"Iya, Iya."

"Good night. I love you." Ia selalu mengatakannya tiap malam. Kalimat sederhana yang selalu kusukai. Walau kini, aku meragukan kesungguhnya.

"I.. Love.. You.. Too..." Aku menjawab dengan lemah sambil mematikan panggilannya. Pernahkah kalian mempunyai pacar tetapi rasanya seperti tidak punya pacar? Sesungguhnya itulah yang sedang kualami.

* * *

Galeri Seni Arko, di tempat ini aku membuka lapak kerajinan tanganku. Tentu aku tak sendirian, aku ditemani Chanmi, sahabatku. Chanmi memiliki kepribadian yang ramah dan ceria. Ia sangat cocok untuk menjadi Marketing.

"Apakah hari ini Yoojin akan datang?" Tanya Chanmi selagi merapikan etalase kami.

"Entahlah. Aku sudah mengabarinya bahwa aku ikut Pameran Kerajinan Tangan di Galeri Seni Arko hari ini pukul 11.00-18.00, tapi belum dibalas." Aku memastikan kembali bahwa apa yang kukatakan adalah fakta. Aku mengecek kembali ponselku dan sama sekali tak ada notifikasi apa-apa.

#EXOFFIMVT2019Where stories live. Discover now