chap 3

33.3K 942 7
                                    

"Kalo ibu namanya siapa?" Tanyaku memiring kepala karena tidak mau terlarut dengan kepedeannya yang besar

"Pangil aja dewina"

"Oke bu dewi"

"Apakah masi sakit bu" ucapku setelah sekian lama mengurut karena memar mulai mengepes

"Tidak lagi nak ran, terimakasih ya nak kamu baik sekali"

"Hahaha ibu ni uda kayak rani buat yang istimewa aja,  makanya ibu selalu bilang terimakasih deh. Kan manusia wajib saling menolong jadi jangan sungkan buk, saya senang melakukan ini jadi yah wes wes aja gitu" ujarku tersenyum membantu ibu itu berdiri dengan pelan pelan

Dewi menganguk kepala dan tersenyum menatapku ia sangat senang bisa berjumpa dengan anak muda yang sangat baik dan mau memperdulikannya dan rela rela mengurutnya lalu mebiarkan belanjaan diletakkan dibawah tidak memperdulikan orang yang menatapnya heran

"Yauda kalo begitu ibu permisi mau pulang dulu yah" pamit ibu dewi mencoba berdiri

Tetapi karena masih rada sakit ibu dewi jalannya sempoyong
"Buk jangan dipaksain kakinya. Kan masih sakit, nanti kalo ibu paksain tambah bengkak" ujarku memegang bahu bu dewi lalu mendudukinnya kembali

Ibu dewi menurut apa yang diucapkan rani karena jujur saja kakinya masih lumayan sakit, mau berdiri saja masi lemah
"Terus ibu gimana. Kan gak mungkin ibu gak pulang kan" canda bu dewi padaku

"Hemm.... bagaimana kalo ibu saya antar saja. Ibu mau?" Ajakku

ibu dewi berfikir apa yang dikatakannya
"Tapi tadi ibu dengan supir. Lagian ibuk gak mau buat kamu jadi ngerepotin. Biar aja ibu pulang sendiri sama supir ibu, kamu pulang aja gih" sahut ibu dewi mencoba menolak ajakannya

"Tapi kaki ibu masi sakit kan? Ran gak bisa ninggalin orang yang sedang membutuhkan ran bu, lagian juga rani gak terasa direpotin ko malah rani senang adanya ibu" senyumku menyakinkan ibu dewi

"Coba mana telepon ibu" mintaku. Bu dewi menyerahkan handphonenya

"Untuk apa nak ran?" Tanya bu dewi

"Ran mau telepon supir ibu. Ohya apa nama supir ibu, biar saya yang teleponya" ujarku membuka handphone bu dewi

Bukannya lancang membuka hp seseorang tapi ini penting jadi gak masalahkan malah sah sah ajakan, lagian bu dewi gak masalah kalo ia meminta handpohonenya

"Namanya Budi supir ran" jawab bu dewi. Setelah tau namanya aku mencari nama kontak dipencarian lalu mencoba menelepon orang tersebut

"Ibu minum aja dulu aquanya soalnya ibu butuh Aqua" tawarku memberi aqua yang ku belik selagi masih berdering

Tuuuuuttt tuuuuttt (suara dering)

"Assalammualakum? Ini pak budikan" tanyaku setelah memberi salam

"Ya waalaikumsalam. Ni siapa yah?" Tanya pak budi supirnya bu dewi

"saya rani pak. Ohya pak tolong sekarang jemput buk dewinya ya pak, sesegeranya pak tapi jangan ngebut ngebut ntar bahaya. Kalo gitu saya matikan, assalammualakum pak" ujarku lalu menyerahkan handphone bu dewi kembali

"Sudah nak" tanya bu dewi padanya

"Sudah bu, tinggal nunggu pak budi aja. Kalo gitu kita keparkiran aja ya bu. biar pak budinya gampang cari ibunya. Mari saya bantu jalannya" bu dewi mengganguk kepala mengiyakan dan tersenyum tulus aku membalas senyuman bu dewi tatkalah dengan senyuman bu dewi

"Barang belanjaan ibu cuma segini?" Tanyaku melihat belanjaan bu dewi yang hanya satu kantong pelastik dan itu cuma sayuran

"Sebenarnya sih masih ada ran tapi karena ibu terjatuh ya gak bisa lanjut belanjanya. Lagian nanti ibu nyuruh bibi rumah aja yang belanjanya. Yauda yuk kita keparkiran" jawab bu dewi

My Possessive Duda (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang