part 27

80 8 10
                                    

27.

Gadis dengan tubuh ideal itu melangkah santai di koridor sekolah, matanya menoleh kanan kiri dengan mulut komat kamit mengunyah permen.
Rambutnya yang digulung ke atas membuat wajah cantiknya tampak bersinar mengundang perhatian anak laki-laki yang berpapasan.

Senyumnya mengembang melihat Elno baru keluar dari kelasnya dengan Akas, pemuda itu masih menggunakan kacamata minus dan membawa sebotol air mineral yang isinya tinggal setengah, seragamnya sedikit berantakan keluar dari celana abu-abu berbeda dengan Akas yang membuka semua kancing seragam sehingga memperlihatkan kaos oblongnya.
Wanda mempercepat larinya, melesat ke samping pemuda itu membuatnya terlonjak kecil.

"Bareng dong," katanya dengan wajah cengengesan.

Elno melirik. Melonggarkan dasinya sembari melangkah di koridor. "Gue gak bawa motor."

"Gak usah bohong," pungkas Wanda membuat Elno mendecak.

Ketiganya berjalan menuju parkiran dengan diam, Wanda dengan tak tahu malunya menggandeng tangan Elno dan menyandarkan kepalanya di bahu pemuda itu. Elno berdecak risih, apalagi kini anak-anak mulai memperhatikan mereka, ditambah bisik-bisik yang sengaja dikeraskan membuatnya tak nyaman.
Ia memberikan botol air mineralnya pada Wanda ketika sampai di parkiran. sekali lagi, dengan tidak tahu malunya Wanda meneguk air itu sampai habis.

"Lo nanti sore ada acara gak?" tanya Wanda di tengah perjalanan.

"Ada."

Wanda menghela napasnya. "Kirain gak ada acara, gue mau ngajak jalan-jalan."

"Jangan."

Wanda mengernyit bingung. "Jangan apa?"

"Jangan ngajak jalan gue."

"Kenapa, sih? Gak mau banget jalan sama pacar sendiri," gerutu gadis itu dengan kesal.

Elno melirik. "Itu tugas cowok."

Wanda mendecak. "Terus sampe kapan gue nunggu lo ngajak jalan? Sampe gunung berapi berubah jadi gunung berair???" sindir Wanda pedas.

Elno diam saja membuat Wanda menggerutu kecil entah apa. Hening menyelimuti sampai motor Elno berhenti di sebuah minimarket, pemuda itu turun tanpa menunggu Wanda, tak lama ia kembali dengan sebotol minuman rasa mangga.
Elno menyodorkan minuman itu pada Wanda membuat mata gadis itu berbinar, tak butuh waktu lama minuman itu sudah berpindah tangan.

Elno mendecih. Mengacak rambut panjang Wanda membuat gadis itu hampir tersedak. "Apa perlu gue ngajak lo jalan sementara lo dikasih gituan aja udah seneng? Kalo bisa bahagia pake cara sederhana kenapa enggak?"

Elno duduk di atas motor menunggu Wanda menghabiskan minumnya, tangannya bergerak menggenggam tangan kiri Wanda.

Wanda agak tersentak. Tapi kemudian mencoba tenang dan menikmati. "Itu beda, kalo lo ngajak jalan gue bisa lebih bahagia."

"Gue gak janji."

"Kok gitu?"

"Lo tau, kan kalo setiap orang itu gak akan terus menetap, semuanya akan pergi. Bahkan seorang sahabat yang selalu ada untuk kita pada waktunya bakal pergi juga," jawab Elno, mengusap pelan punggung tangan Wanda di genggamannya.

Wanda mengerjap, merasa aneh dengan kata-kata itu. "Maksudnya?"

Elno tersenyum singkat. "Udah?"

Wanda mengangguk kaku.

"Kita pulang."

~~

Kedua tangannya yang sedikit terlapisi oleh baju lengan panjangnya itu saling menggosok, merasakan udara kini mulai dingin karena akan turun hujan.
Matanya bergerak gelisah menunggu seseorang yang tadi mengajaknya bertemu itu belum juga datang.
Lima belas menit kemudian lonceng pintu kafe berdenting, memperlihatkan sosok yang ia tunggu-tunggu.

Tentang kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang