"You’re my savior, you’re my window. All I need is you."
Best of Me – BTS
.
.
.
"Jimin, bisa tidak menjauh dari Taehyung?"
Tiba-tiba saja kalimat itu dilontarkan pada Jimin, setelah ditarik paksa menuju belakang gedung sekolah. Untung saja ini sudah jam pulang sekolah. Jimin hanya diam menatap orang yang mengucapkan kalimat itu, Wendy –mantan pacar Taehyung dengan tampang datar.
Malas sekali menanggapi gadis seperti mereka. Oh iya, Wendy tak sendiri. Ada beberapa gadis lain, kemungkinan besar adalah temannya. Jimin tidak peduli, tidak kenal juga.
"Kau tidak sadar, hubunganku dengan Taehyung hancur karenamu!" bentak Wendy mengambil alih perhatian Jimin kembali.
"Bukan aku saja, hubungannya dengan para mantannya juga. Hancur karenamu 'kan?"
Jimin masih saja diam, tidak berniat menanggapi. Tapi entah mengapa ia juga merasa apa yang dikatakan Wendy itu benar. Taehyung sudah sering pacaran, namun selalu kandas dengan satu alasan yang sama yaitu dirinya.
Taehyung lebih mengutamakan Jimin ketimbang para kekasihnya. Kalau ditanya lelaki bermarga Kim itu hanya menjawab enteng, 'Mereka membosankan, kau tidak'.
Lalu kenapa diterima, jika kau tak tertarik dengan mereka?!, ini Jimin ketika sudah kesal dengan Taehyung yang terlalu menganggap remeh perasaan perempuan.
Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur. Taehyung sudah menerima mereka dan putus dengan mereka begitu saja. Sudah lewat juga.
"Jadi menjauhlah, biarkan Taehyung bahagia denganku."
Jimin kembali tersentak saat Wendy menekan pengucapannya. Mengintimidasi Jimin dengan tatapan tajamnya. Saat ingin menjawab ucapan gadis di depannya tersebut, mulut Jimin kembali terkatup saat sadar ada orang lain menghampiri mereka.
"Siapa kau? Seenaknya mengukur kebahagiaanku?"
"Tae-Taehyung... "
Nyali Wendy tiba-tiba menciut kedapatan oleh Taehyung ketika menghakimi Jimin. Padahal niatnya ingin memperingati Jimin tanpa sepengetahuan sang mantan kekasih. Tapi tampaknya, rencananya gagal total.
"Kau pikir aku bahagia ketika pacaran denganmu? Tau apa kau, Wendy? Kau bahkan baru kenal aku dari apa yang kau fikirkan, bukan siapa aku sebenarnya."
Jimin menyadari emosi Taehyung begitu meledak saat ini, langsung saja ia menarik lengan Taehyung untuk menahan temannya tersebut agar tidak bertindak lebih dari ini.
"Tae, sudah-"
"Aku sudah jauh lebih bahagia sebelum bertemu denganmu, asal kau tau. Kenapa? Karena aku punya Jimin, tanpamu juga aku akan tetap bahagia dengan Jimin. Jadi... "
Taehyung melepaskan genggaman Jimin dari lengannya. Berjalan mendekat pada Wendy sembari melempar tatapan tajamnya.
"Menjauhlah dari Jimin, berhenti menilai apapun tentangku dari standarmu karena kau bukan siapa-siapa dan tidak tau apa-apa." ucapnya telak, sebelum menarik Jimin untuk pergi meninggalkan Wendy dan gerombolan temannya.
Masa bodoh dengan tangisan gadis itu, pikir Taehyung. Ia kesal sekali melihat kelakuan Wendy yang seenaknya menyuruh Jimin menjauhinya. Baru juga kenal, tau apa dia tentang kebahagian seorang Kim Taehyung.
Saat larut dalam pikirannya yang masih kusut, Jimin tiba-tiba berhenti dan membuat Taehyung ikut berhenti lalu menatapnya bingung.
"Tae, mereka benar. Kau terlalu dekat denganku, padahal mereka kekasihmu. Aku-"
"Dengarkan aku, Jimin." Taehyung meletakkan kedua tangannya di pundak Jimin, mereka saling bertukar tatap. "Mereka hanya iri padamu, aku tidak akan menjauhimu apalagi membiarkanmu pergi. Mereka bukan alasanku bahagia, tapi itu kau bagiku."
Sadar akan apa yang baru saja diucapkan Taehyung, lelaki berkulit susu itu langsung menghempaskan tangan Taehyung dari pundaknya.
"BERHENTI MENGGOMBALIKU!"
"Ei, padahal aku jujur loh. Aku itu sa-"
"AKU TIDAK DENGAR APAPUN, TELINGAKU TERTUTUP!" potong Jimin berusaha lari dari Taehyung yang selalu senang menggodanya.
"Tunggu aku, hei!"
🍂🍂🍂
Baru saja satu masalah terselesaikan, sekarang masalah baru kembali menerpa Jimin. Entah kenapa satu sekolahan menjadikan kabar putusnya Wendy dengan Taehyung sebagai bumerang untuknya karena dianggap sebagai penghancur hubungan orang.
"Dasar tidak tau malu, mentang-mentang teman dekat Taehyung. Bukan berarti kau boleh menghancurkan semua hubungan Taehyung dengan pacarnya."
Itu adalah kalimat pertama yang ia dengar pagi ini, saat berjalan melewati lorong sekolah sendirian. Biasanya berdua dengan Taehyung, tapi lelaki itu sedang dihukum guru karena ketahuan tidur di kelas.
"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Taehyung yang baru saja masuk ke kelas, selesai dihukum mungkin.
Tapi Jimin tidak menjawab, masih diam memikirkan kalimat sindiran dan cacian yang dilempar kepadanya sejak tadi pagi.
"Hei, Jimin-ah! Kau kenapa? Kau kemasukan setan? Atau Yoongi sunbae menembakmu?" tanya Taehyung panik dengan keterdiaman Jimin.
"NEMBAK APANYA? KAU KIRA AKU DAN YOONGI HYUNG APA HAH?" bentak Jimin tiba-tiba emosi mendengar ucapan Taehyung.
"Nah gini dong, ini baru Jimin-ku." ucapnya enteng, tak peduli semua mata di kelas menatap mereka dengan jijik.
"Tae, berhenti memanggilku begitu." ucap Jimin begitu lirih, menundukkan kepalanya. Mencoba menghindari tatapan teman-teman di kelasnya.
"Loh, biasanya juga aku panggil kau begitu kok. Sekarang kenapa..."
Taehyung melihat kedua tangan Jimin yang gemetaran sedang mengepal. Lalu pandangannya berpindah ke sekeliling, semua orang melihat Jimin dengan tatapan tidak suka. Membuat Taehyung akhirnya sadar.
"Kalian tidak berhak menilai dari sudut kalian padahal tidak tau apa-apa. Berhenti mengganggu Jimin, dia lebih berharga daripada gadis yang katanya mencintaiku tapi berusaha menjauhkanku dari sumber kebahagiaanku."
.
.
.
TBC
Note :
Em, mau nanya...
Ff ini ga menarik yaa? :'))Serius nanya aku nih

ČTEŠ
O2. the truth [vmin]
FanfikceSemua hal yg Jimin percayai selama ini hanyalah kebohongan yg Taehyung tutupi untuk mempertahankan pertemanan mereka, agar Jimin tak pergi, menghindar, ataupun menghilang. Nyatanya dialah yg melakukan hal itu, ketika Jimin menemukan sosok yang panta...