Dewa mendengus remes "Gak ada yang gak mungkin! Jangan terlalu naif Mikaela. Cowok kayak Nata itu tipe yang mudah move on! Aku sih cuma takut kalau kamu di jadiin pelampiasan"
Mikaela diam.
Dewa menyeringai "Kalau beneran, kasihan banget kan? Udah bertepuk sebelah tangan, eh malah jadi pelampiasan pula"
Air muka Mikaela mengeruh, perempuan itu menggigit bibir bagian dalamnya dan mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Aku tuh sayang sama kamu, makanya aku bilang gini. Mulai sekarang,, jauhi Nata!"
Mikaela tidak menunjukkan reaksi apapun dan Dewa kembali melanjutkan, "Jangan deketin dia, dan jangan pernah berpikir untuk bisa bersama dengan dia"
"...."
"Kamu punya aku, Mikaela!"
Mikaela menarik napas panjang, perlahan perempuan itu mengangkat kepalanya dan menatap Dewa "Aku bukan barang, aku bukan punya siapa siapa!"
Dewa kembali menoleh kepada Mikaela dan menyeringai, "Well, kalau kamu masih mau Nata hidup dengan tenang, ikuti perkataan aku"
"Dia gak ada hubungannya sama kita Dewa! Jangan bawa-bawa oranglain!"
Dewa menggeleng "Tentu ada! Kamu sudah janji ke aku, kalau kamu akan menggantikan dia dengan aku di hati kamu. Pengang ucapan kamu itu La!"
"Tapi dia gak ada sangkut pautnya! Jangan libatkan oranglain dalam hubungan kita dong!"
Dewa tidak peduli "Kalau kamu masih deket sama dia, aku habisi cowok jakung brengsek itu! Try me" Ancam Dewa.
***
Bianca terus mengikuti mobil merah ber nomor polisi yang sama dengan yang dikatakan Bapak kemarin, yang menolongnya waktu kecelakaan.
Awalnya Bianca masih ragu kalau Mikaela adalah dalang dari semua teror yang terjadi kepadanya. Namun sepertinya kecurigaan Bianca semakin kuat ketika melihat Mikaela masuk kedalam mobil tersebut.
