Part 6

500 18 0
                                    

💘💘💘💘💘💘

Mata kami tidak berkedip dalam waktu beberapa menit, pandangan kami seolah-olah menggambarkan rasa ketertarikan dan kegaguman yang amat sangat mendalam. Aku takut kalau Danny mendengar suara detakan jantungku yang tidak beraturan, aku harus mengakhiri  adegan romantis ini.

"Dan..." Aku menyadarkan Danny.

"Eehh... Maaf, Re," dia melepas genggamannya, lalu aku berdiri.

"Kita mulai yuuk joggingnya!" Ajakku.

"Yuuk!" Jawabnya.

Kami lari pagi menuju taman, tempat awal perkenalanku dengan Danny, tempat pertama kali bertatap muka dengan Danny. Dan sekarang laki-laki yang baru kukenal itu ada bersamaku, di sampingku. Dia telah berhasil menggetarkan hatiku yang pernah terpaku karena dikhianiti oleh laki-laki lain.

Dia mampu menembus dinding hatiku dan berhasil menghapus sisa-sisa bayangan laki-laki yang meninggalkanku. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan, aku akan segera memberikan cinta dan perasaan yang kumiliki untuknya.

"Duduk yuuk," ajak Danny setelah kami sampai di taman.

"Yuuk," jawabku.

Kami duduk di bangku taman, aku jaga jarak supaya duduknya tidak terlalu dekat dengan Danny, aku malu semenjak kejadian dia mengutarakan isi hatinya, aku lebih banyak diam.

"Duduknya kok jauh-jauhan, Re?" Ternyata dia menyadari perubahan sikapku.

"Enggak apa-apa," balasku.

"Marah yah?"

"Marah kenapa?"

"Mungkin marah karena kejadian tadi."

"Kejadian apa?" Tanyaku penasaran.

"Kejadian karena enggak sengaja meluk kamu," aku malu karena dia mengingatkan kejadian yang tidak disengaja saat kami memulai lari pagi.

"Enggak kok. Aku enggak marah, namanya juga enggak sengaja."

"Yaahh udah, duduknya jangan jauh-jauh dong," aku jadi serba salah.

"Iyaa."

"Enggak apa-apa nih, duduknya aku deketin?"

"Iyaa deh, enggak apa-apa."

Dia mendekatiku, kami duduknya menjadi sangat rapat, lengan kami bersentuhan.

"Aku boleh nanya sesuatu enggak, Re?" Tanyanya memulai obrolan.

"Mau nanya apa?"

"Sebelumnya ada laki-laki yang mengisi hati kamu enggak?" Aku kaget mendengar pertanyaannya.

"Kenapa tiba-tiba nanya itu sih?"

"Pengen tau aja, tapi kalau kamu enggak mau jawab juga enggak apa-apa."

"Okehh, aku jujur. Ada, tapi itu hanya masa lalu. Semua orang pasti pernah punya masa lalu, termasuk aku dan juga kamu," aku berusaha juhur padanya.

"Aku?"

"Kamu juga pasti pernah jatuh cinta sebelumnya."

"Cintaku hanya sebatas cinta monyet, tapi itu dulu banget. Aku udah lama melupakannya."

"Udah lupa atau enggak, yang pasti itu juga cinta masa lalu."

"Iyaa sih. Tapi itu dulu, yang aku inginkan sekarang adalah cinta saat ini, cinta yang nyata yang kurasakan pada wanita yang ada didekatku," Danny berhasil membuatku melambung.

"Siapa tuh?" Aku mencoba menggodanya.

"Dia cantik, manis, imut, baik, dan sekarang sedang duduk bersamaku."

"Iiihhh... Kamu," aku mencubit pinggangnya.

.
.
.

Hari ini tepatnya Sabtu, seminggu setelah Danny mengungkapkan isi hati dan perasaannya. Seperti biasa, sebelum kelas dimulai, Mira menghampiriku ke kelas. Dia masih penasaran dengan kedekatanku dengan Danny, dan sebagai sahabat, dia ingin mengetahui perkembangan hubunganku dan Danny.

"Jujur dong, Re. Ceritain dong tentang kamu dan Danny."

"Iyaa deh, aku jujur dan pengen cerita sama kamu."

"Apa tuh ceritanya," Mira penasaran.

"Sebenarnya Danny udah nembak aku minggu kemarin," aku mulai menceritakan kisahku dengan Danny.

"Terus... Udah jadian dong," Mira menebak.

"Belum."

"Kok bisa?" Dia kaget.

"Aku janji kasih jawabannya malam ini."

"Jadi kamu ngegantung perasaan Danny?"

"Iyaa, Mir."

"Kamu enggak punya perasaan yah sama dia?"

"Punya... Banget malah."

"Terus, kenapa kamu gantung dia?"

"Aku pengen menguji kesabarannya."

"Re... Re... Kamu ada-ada aja deh."

"Aku salah yah, Mir. Aku jahat enggak?"

"Jahat sih enggak, cuma kasihan aja lihat dia. Dia perhatian banget sama kamu, peduli juga. Kurang apalagi coba."

"Iyaa dehh, aku mengaku salah. Aku janji, malam ini pasti terima cintanya."

"Gitu dong. Orang baik jangan disia-siain. Aku doain semoga sukses deh."

"Makasih, Mir," aku memeluk Mira.

"Sama-sama. Sesama sahabat harus saling mengingatkan.

Aku sangat bahagia dan bersyukur memiliki sahabat seperti Mira. Dia adalah orang kedua yang paling mengerti perasaanku setelah mama. Dia selalu bersedia mendengarkan keluh kesahku, dia selalu ada disaat suka maupun duka. Dia adalah sahabat terbaikku.

.
.
.

Malam ini aku akan memberikan jawaban pada Danny, yang pastinya sebuah jawaban yang sangat diharapkan Danny.

Kami sudah berada di cafe tempat Danny mengutarakan isi hatinya padaku. Malam ini dia sangat tampan, memakai kemeja berwarna merah maroon, lengannya dilipat hampir mendekati siku.

Aku sangat terpesona melihat ketampanannya, aku bahagia tapi deg-degan karena malam ini adalah awal kami memasuki babak baru dengan status baru dan pastinya hubungan yang juga baru.

"Makasih karena kamu bersedia menemaniku malam ini," ucap Danny memulai obrolan.

"Sama-sama. Aku juga berterimakasih karena kamu mengajakku kembali ke tempat ini."

"Re..." Dia memegang jemariku.

"Hhhmmm..." Jawabku.

"Kamu sudah tau isi hati dan perasaanku. Kamu tau kalau aku mencintaimu. Aku masih setia menunggu jawaban dari perasaanku. Apa kamu merasakan hal yang sama denganku?"

"Terus terang, aku sangat mengagumimu, aku merasa bahagia saat berada didekatmu."

"Artinya kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku, kamu mencintaiku?" Aku melihat aura kebahagiaan terpancar diwajah Danny.

Saat aku akan menjawab pertanyaan Danny, tiba-tiba aku menyaksikan pemandangan yang sangat tidak kuharapkan. Tidak jauh dari tempat kami duduk, aku melihat Reno bersama wanita yang berhasil merebutnya dariku.

Perasaan hatiku berubah melihat mereka, kenapa pada saat-saat romantis seperti ini, dia harus menunjukkan wajahnya di depanku? Aku benci situasi seperti ini.

Sebenarnya aku sudah berhasil mengeluarkannya dari hatiku, perasaanku padanya sudah musnah. Yang membuatku kesal melihat dia saat ini adalah, karena sebuah pengkhianatan yang dilakukannya padaku. Aku tidak menginginkan kehadirannya ditempat ini.

=====================

TETANGGA BARU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang