part 32

180 15 2
                                    


Wanda bersenandung kecil, melangkahkan kakinya dengan riang di trotoar jalan. Tempat dulu dia dan kedua temannya bermain seperti anak-anak berlarian saling kejar-kejaran dan meledek, anggap saja Wanda sedang bernostalgia. Wanda menghentikan langkahnya saat mendengar sebuah suara kucing, ia menoleh dan menemukan seekor kucing jalanan yang terjebak di atas pagar tinggi gedung sekolah.

Wanda agak ragu, menoleh kanan kiri karena ia tahu hubungan Jaya Winata dengan sekolah itu tidak baik, bahkan pernah sesekali terjadi tawuran.
Dia menguatkan tekad dan melangkah mendekati si kucing.

"Lo ngapain di sini? Kayak Dewi aja kalo naik pohon mangga gak bisa turunnya," omel Wanda setelah kucing itu sudah berada di dekapannya, terkekeh pahit menguasai diri.

Dia ingin berbalik namun sebuah tangan menarik kerah seragam sekolahnya, Wanda hampir saja memekik saat berbalik melihat tiga orang pemuda murid sekolah itu yang menatapnya penuh curiga.

"Permisi, gue mau pulang," ujar Wanda menepis tangan yang mencekal kerahnya.

"Ehh pulang pulang! Diem lo!" Gertak pemuda di hadapannya.

"Siapa lo?" tanya salah satu dari mereka, dia yang tadi menarik kerahnya.

Wanda mendelik, mengerling polos. "Mau kenalan?"

Pemuda bertubuh kurus lainnya ikut mendelik. "Bego, Lo anak sebelah, kan? Ngapain di sini?" tanyanya agak sangar.

"Gak ngapa-ngapain, gue cuma nolongin kucing ini." Wanda mengangkat kucing berbulu cokelat di dekapannya.

"Halah alesan, pasti ada niat gak bener tuh dia bos," ucap yang lain pada pemuda di tengah, yang ternyata merupakan bos mereka.

"Apaan, sih lebay! Asal nuduh aja," jawab Wanda tak ada takut-takutnya.

"Kok lo nyolot?!"

Pemuda yang di tengah, si bos maju selangkah menatap Wanda curiga membuat gadis itu bergerak tak nyaman lumayan takut karena mendapat tatapan seperti sedang diintimidasi. Ya meski mata paling menyeramkan adalah mata Elno saat memberi tatapan tajamnya.
Mata Wanda sedikit menoleh dan melebar melihat sosok Elno berlari dari belakang punggung tiga pemuda yang mencegatnya.

"Ada apa ya?" tanya Elno kalem, mengalihkan perhatian si bos dari wajah Wanda yang sedikit memucat.

"Siapa lagi lo?"

Elno menoleh pada Wanda, menarik pelan lengan gadis itu untuk kebelakang punggungnya.

Si bos memerhatikan itu, dia mengangguk-ngangguk. "Ohh pacarnya."
Dia tersenyum miring. Menepuk pundak Elno kasar. "Jagain cewek lo, ini wilayah sekolah kite, bilangin juga jangan nyolot sama kite-kite.  Untung gue lagi bener sekarang kalo udah gak bener bisa abis lo berdua!"

"Iya sorry, Bang," balas Elno singkat, menarik Wanda pergi setelah berpamitan pada mereka.

Wanda menatap punggung pemuda itu dengan berbinar, ia menggigit bibir bawah. Dalam benaknya kini membayangkan bahwa dirinya adalah seorang putri yang diselamatkan oleh pangeran berkuda putih. Yaampun Wanda sudah gila.

Elno masih menampakkan wajah datarnya, pemuda itu membawa Wanda pada teman-temannya yang ternyata sedang menunggu.

"Gue gak bawa motor, lo sama Akas aja." Elno menggerakkan dagunya pada Akas, sementara ia berbalik menuju motor Rengga. Tapi langkahnya terhenti begitu saja.

'Yang tegas, No. Kalo emang gak bisa sama Wanda, ... Buat gue aja.'

Elno mengerjap mengingat itu, dia berbalik lagi pada Wanda yang sudah naik ke motor Akas. "Eh ..."

Wanda dan Akas menoleh dengan kening berkerut sementara Rengga, Aji dan Dimas berpandangan lalu seakan saling mengerti ketiganya serempak menutup mulut menahan cekikikan.

Elno merapatkan bibir, bergerak kikuk. "Gue pinjem motor lo, Ga," katanya pada Rengga yang langsung mengerti dan menyerahkan motornya pada Elno.

"Silahkan pangeran," ujar Rengga sedikit menggoda.

Elno melirik kesal. pemuda itu memakai helm, menoleh lagi pada Wanda yang masih melongo. "Elo sini."

Wanda mengerjap-ngerjap, melirik Akas yang juga menyeringai tipis di balik helm. Gadis itu semakin dibuat bingung, ia tersadar saat Elno kembali memanggilnya, kali ini Wanda menurut saja. menghampiri Elno dan duduk di boncengan pemuda itu sementara Rengga bersama Akas.

"Kucingnya mau dibawa pulang?" tanya Elno di tengah perjalanan setelah beberapa lama hening.

Wanda menoleh pada kucing di dekapannya. "Iya, mau gue kasih ke tetangga." Dia meringis mengingat ibunya yang sangat tidak suka kucing karena hewan itu selalu mencuri lauk di rumah.

Elno mengangguk kecil, dia menerawang menatap jalanan di depan.

Kenapa tadi Elno malah nahan Wanda saat Wanda mau dianter sama Akas? Kenapa dia malah kepikiran terus omongan Akas, sih?

'Yang tegas, No. Kalo emang gak bisa sama Wanda ... Buat gue aja.'

'buat gue aja.'

Ah sial.

~~
TBC...

Kaget gak aku update pagi?'-'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang