[41] Shameless

3.3K 541 254
                                    

My emotions are naked, they're taking me out of my mind

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



My emotions are naked, they're taking me out of my mind

Right now I'm shameless
Screamin' my lungs out for ya
Not afraid to face it
I need you more than I want to

Many Typos
***


Dua minggu sudah setelah Mikaela sadar, perempuan itu sekarang sudah pulang ke rumah dan bersiap untuk pergi kuliah.

"Makan dulu, La!" Mama Mikaela menyuruh putrinya bergabung bersama Abang dan Ayahnya. Mereka berempat berkumpul di meja makan menunggu perempuan itu siap.

Mikaela dengan gips di tangannya berjalan sambil tersenyum. Setelah beberapa bulan, akhirnya keluarganya sarapan bersama lagi. Mengingat sang Mama dan Papa akan pergi lagi mengurus usaha mereka di luar kota, Mikaela memanfaatkan waktu bersama keluarganya sebaik mungkin.

"Hari ini Abang gak usah antar, biar Papa aja" Ayah Mikaela angkat bicara membuat Gabriel mengangguk.

"Gips nya dua minggu lagi lepas kan?" Mama Mikaela memberikan suaminya sepiring sarapan, membuat Mikaela mendekat kepada Ayahnya.

Karena tangannya sakit, Mikaela tidak bisa makan sendiri. Jadilah Ayahnya yang menyuap Mikaela makan. Sang Ibu sudah melarang, tapi Ayah dan anak itu tidak mau mendengarkan.

Mikaela mengunyah perlahan dengan perasaan senang, sebelum suara Bibi rumah mereka membuatnya terkejut. "Ada temennya Non Ella di luar"

Mikaela melotot dan refleks berdiri, membuat anggota keluarga lain menatapnya bingung. Gabriel berdehem "Suruh masuk, Bi. Ajak makan bareng"

Mikaela menggeleng, "Biar Ella yang kesana!"

"Suruh sarapan bareng, La!" Suara Mama Mikaela terdengar, namun Mikaela mengabaikannya dan terus berjalan dengan jantung yangg bertalu talu, penasaran dengan orang yang datang ke rumahnya.

Langkah Mikaela memelan saat melihat siluet orang yang berdiri di depan rumahnya. Perempuan itu mendekat dan terkejut "N-nata?"

Pemuda yang merasa namanya dipanggil langsung berbalik, menatap Mikaela dengan senyum sumringahnya "Hai!"

Mikaela membatu. Di dalam pikirannya, yang datang itu bukan Nata, tapi Dewa. Memgingat percakapan mereka tempo hari, pemuda itu pasti akan mendekati Mikaela lagi.

"Kaget ya? Hehe"

Mikaela menelan ludah, perlahan kesadarannya mulai kembali, kemudian mengatur ekspresi dan menatap Nata dengan datar "Ngapain?"

Nata mengangkat bahu enteng "Hari ini mulai kuliah kan? Ya jemput Lo lah!"

Mikaela melotot, "Gak! Gue di anter Papa"

Nata mengerucutkan bibirnya, apa usahanya menghilang dari hadapan Mikaela selama dua minggu masih kurang? Haruskah Nata menghilang lagi beberapa hari? Tapi sampai kapan?

I'm a MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang