[43] Call it What you Want

3.3K 535 256
                                    

And I know I make the same mistakes every timeBridges burn, I never learn, at least I did one thing rightI did one thing right

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And I know I make the same mistakes every time
Bridges burn, I never learn, at least I did one thing right
I did one thing right

Starry eyes sparkin' up my darkest night

Many typos
***


Mikaela memasuki kelas kosong bersama dengan Nata, pemuda itu berjalan berdampingan sengan Mikaela. Dewa sudah berada di ruangan itu sejak tadi, duduk dengan santai menatap kedua orang yang baru datang itu dengan datar.

Nata tidak bisa mengontrol wajahnya ketika berhadapan dengan Dewa. Tatapan tajam dan kebencian terus ditujukannya kepada pemuda berkulit pucat itu. Namun sepertinya hal itu tidak berpengaruh sama sekali pada Dewa, pemuda itu terus menatap Mikaela, tanpa peduli dengan yang lain. Termasuk Nata.

Mikaela berdiri di hadapan Dewa, perempuan itu sudah membulatkan tekad untung mengakhiri semuanya dengan Dewa. Karena dari awal pun mereka memulai dengan cara yang salah, namun untuk kali ini Mikaela berusaha mengakhirinya dengan cara baik baik.

"Ngapain dia ikut?" Dewa membuka suara menatap Mikaela dengan datar, tapi jelas kalau Dewa tidak menyukai adanya Nata disana.

"Terserah Mikaela Lah! Syukur dia mau nemuin sampah kayak Lo, gak usah banyak bacot!" Nata membalas dengan sengit.

Dewa terkekeh dan menatap Mikaela dengan tatapan merendahkan, "Ini cowok yang Lo sukain sejak lama itu La? Cowok yang cuma bisa ngomong kasar? Really?"

Mikaela menarik napas panjang dan membuang muka, kalau begini yang ada Nata dan Dewa akan baku hantam lagi. Mungkin tadi Mikaela bisa meredam emosi Nata sampai pemuda itu mengalah dan mengikuti keinginannya untuk bicara baik baik denga Dewa, namun Dewa berhasil memancing amarah Nata lagi, dan Mikaela tidak yakin kalau Nata akan diam saja kali ini.

"Ya, gue emang kasar. Tapi setidaknya gue gk sinting kayak Lo, bangsat!" Nata membalas dengan enteng, mencoba menyembunyikan emosinya yang mulai tersulut.

Dewa menyeringai, "Gila? Haha makasih loh pujiannya. Orang gila ini dulu selalu ada buat Ella disaat Lo asyik sama pacar sialan Lo itu" Dewa kini mengalihkan pandangan dari Mikaela dan menatap Nata mengintimidasi.

"Orang yang Lo sebut gila ini, ngelakuin apapun buat bikin pacar posesif Lo itu jera, ngelindungin Mikaela dari serangan pacar Lo, hanya karena dia takut cowoknya berpaling" Dewa mengingatkan masa masa dimana Bianca menyiksa Mikaela secara diam diam.

"Dan sekarang apa? Lo merasa jadi pahlawan karena udah menyelamatkan Mikaela dari gue, gitu?" Dewa berdiri, menatap Nata dengan remeh.

"...." Nata membeku

"Disaat pacar Lo dulu menyiksa Mikaela, Elo malah menikmati kebersamaan kalian, bermesraan dan tanpa sadar ikut menyakiti Mikaela. Dan sekarang Lo sok sok jadi pahlawan dan melindungi Mikaela dari gue? Seriously?" Dewa terkekeh, melipat tangannya di dada dengan santai. Mengingatkan pemuda di hadapannya bagimana tingkah Nata dulu saat masih bersmaa Bianca, dan menegaskan posisi Nata, kalau dirinya dan Dewa itu sama aja.

I'm a MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang