5. sah bersama mu?

8.7K 430 3
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Seperti pada umumnya sebelum menikah ada beberapa prosedur yang harus diurus apalagi jika calon nya adalah seorang abdi negara, banyak berkas-berkas yang harus dipersiapkan. Namun, aku tidak ikut campur dalam persiapan berkas-berkas itu, semua sudah diatur oleh orang tua ku dan calon suami ku. Kata ibu aku hanya tinggal datang ke kantor untuk pengajuan dan mengikuti serangkaian tes nya saja.

Dan hari ini adalah hari dimana aku harus berjuang untuk pernikahan ku. Dimulai dari tes wawasan Nusantara dan segala macam tes lain nya. Hingga wejangan-wejangan yang terlontar dari beberapa atasan yang aku datangi. Sungguh sangat menguras tenaga dan emosi.

Sampai saat ini aku masih tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana tidak, aku dipaksa pulang dan dipaksa mempersiapkan diri untuk pernikahan ku, sungguh ini diluar perkiraan ku, dan yang lebih parah nya lagi aku bahkan tidak mengenal sama sekali calon suami ku, bertemu saja hanya untuk pengajuan itu pun tak lama.

Sebenarnya tadi malam nenek dan kakek video call dengan calon suami ku, ingin ku melihat wajah nya lagi atau sekedar menyapa namun nenek buru-buru mencegah itu dan membuat aku semakin dihantui rasa penasaran ku. Ahh.... nenek bikin gemas aja!

Tapi tenang hari ini setelah ijab qobul nanti aku akan mengorek informasi tentang suami ku.

Sedih jika mengingat kejadian yang lalu, dimana aku harus memilih pulang dan menikah dibandingkan kuliah dan mengejar cita-cita ku. Namun semua aku wujud kan karena aku sayang kepada kedua orang tua ku dan aku ikhlas dengan takdir yang sudah Allah gariskan untuk ku.

Aku sudah selesai di-make up, terkesan natural karena aku tak ingin terlalu berlebihan selain merusak kulit wajah akan sulit juga dibersihkan nya.

Sejak semalam sampai pagi ini ibu setia mendampingi ku dikamar maupun di gedung yang akan menjadi tempat acara berlangsung, nenek ku yang lincah sudah hilir mudik mengoreksi setiap cathring yang ada. Kakek dan ayah ku pun sama tak berhenti mengoreksi persiapan acara pernikahan ku.

Tak terlalu mewah sama seperti pernikahan para perwira lain nya, beda nya jika mereka mengundang beribu tamu, tapi pernikahan ini hanya mengundang keluarga kedua belah pihak, teman-teman ku dan rekan kerja calon suami ku. Aku sudah pesimis pasti akan sangat melelahkan!

"Mer" panggil ibu ku.

Sumpah demi apa pun hari ini ibu sangat cantik dengan balutan kebaya warna senada dengan ku, make up natural ibu terlihat lebih muda dan sangat cantik.

"Iya Bu?"

"Calon mu sudah datang, dan ijab qobul akan segara dimulai persiapkan dirimu ya nanti kita turun bersama"

Aku hanya dapat membuang nafas kasar dan mengangguk. Rasa nya sesak ya Allah. , Apakah di ruangan ini tak ada lagi oksigen? Tolong selamatkan hamba dari situasi mencekam seperti ini.

Tak banyak yang dapat ku lakukan hanya duduk, dengan keringat yang membanjiri tubuh ku. Dapat ku dengar kan ketika calon suami ku mengucap janji suci kami dihadapan ayah dan penghulu dan juga Rabb ku.

"Saya terima nikah dan kawin nya Ammera Ramadhana Prawira binti Muzaki Prawira  dengan maskawin seperangkat alat solat dan emas dua puluh gram  tunai"

Disambut dengan sorak kata "sah" di akhir kalimat.

Lega...lega...lega, Alhamdulillah ya Allah engkau berikan kelancaran untuk acara ku. Dan terima kasih telah menghadirkan sosok laki-laki yang akan mendampingi hidup ku dan akan menjadi imam untuk keluarga kecil ku nanti.

Bismillah! Ibu menuntun ku keluar dari ruangan tempat ku bersiap menuju tempat dimana suami ku sudah menunggu.

Semua pasang mata melihat ku, namun aku masih menundukkan kepala ku hingga aku berada tepat dihadapan suami ku, sungguh aku sangat malu jika harus beratap muka langsung. Bagaimana tidak selama hidup ku aku tak pernah bertatap muka dengan laki-laki dalam waktu yang lama, terkecuali ayah ku dan kakek ku.

Suami ku merapalkan doa diatas pucuk kepala ku dan sekilas mencium kening ku yang  kusambut dengan mencium tangan nya.

Dapat ku rasakan laki-laki dihadapan ku ini penuh dengan kelembutan, namun tak dapat ku pungkiri aku masih ragu dan malu untuk menatap nya. Ohh ayolah jangan katakan aku ini payah kalian tidak tahu bagaimana rasa nya menjadi diri ku!

Setelah ijab qobul acara dilanjut dengan adat kemiliteran yaitu pedang pora, cukup tegang karena aku harus terpaksa tersenyum dan mendongak kan kepala ku agar tersorot kamera dan tak membuat gosip diacara ku sendiri, kata ibu si begitu.

Diacara ini tak henti-henti nya aku maupun suami ku menebar senyum. Sunggu tampan nya bukan main, kuasa Allah memang tak ada bandingan nya. Tolong ralat omongan mereka yang berbicara suami ku ini jelek karena nyata nya dia sangat tampan.

Larut dalam banyak nya tamu dan serangkaian acara kini aku sedang istirahat saja dikursi pelaminan dan sendirian.

Suami ku? Entah kemana pergi nya, ijin nya hanya menemui rekan kerja nya. Dan sejak dari tadi kami tak banyak berbicara karena tamu hilir mudik untuk meminta foto, salam-salaman dan lain sebagai nya.

"Kakak" sapa gadis kecil adik sepupu ku bernama Yaya umur nya baru lima tahun. Anak nya cukup dekat dengan ku meski sudah lama tak bertemu namun kami sering berbincang melalui saluran video call.

"nih Yaya bawakan air buat kakak pasti haus"

"Makasih sayang"

"Om mana kak?"

"Om?"

"Iya om yang tadi duduk sini?"

"Siapa?" Ucap suami ku yang tiba-tiba datang dengan mata elang nya seperti sedang mengintimidasi aku.

"Nah om yang ini"

Oh ayolah Yaya kamu sudah membuat kakak mu ini terasa seperti terpojok kan dengan pertanyaan mu itu.

"Ini bukan om sayang, panggil kakak seperti Yaya memanggil Kakak Mera ok?"

"Ga bisa om ini sudah tua, Yaya mau nya panggil om bukan kakak"

"Setua itu ya?" Ucap suami ku.

Ingin ku tertawa mendengar hal ini, memang jarak ku dengan suami ku berbeda 6 tahun aku 19 tahun sedangkan suami ku 25 tahun.
Ditambah perawakan nya yang tinggi dan gagah membuat nya semakin terlihat tua dimata adik ku Yaya.

"Om ganteng, tapi Yaya ga mau panggil kakak, karena yang Yaya panggil kakak itu kak Mera kalo om ganteng om aja"

"Baiklah gadis manis, apa pun panggilan mu kepada ku, kuharap itu panggilan ke sayang ok?"

"Ok"

Aku senang melihat mereka akrab, dapat ku simpulkan suami ku ini suka anak-anak dan salah satu nya Yaya.

TBC

Terima kasih sudah membaca, maaf jika ada salah² kata dalam penulisan.

Salam hangat dari author ✌️

Sah Bersama Mu?? (Terbit E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang