Jika Jendra bisa berubah, aku yakin tak akan menyerah untuk memperjuangkannya tapi jika yang kudapatkan tak ada perubahan terpaksa aku menghentikan perjuanganku dan mundur secara perlahan. Kalau boleh jujur aku sudah lelah dengan semua sikap Jendra tapi entah hatiku belum siap untuk kehilangannya dan aku belum mau dia pergi dariku.
Begitu pula dengan mama Jendra saat aku mampir kerumahnya bersama Jendra setelah pulang sekolah. Dia sedang memasak untuk kami, Jendra sedang menonton tv diruang keluarga, sedangkan aku turut membantunya sambil berbicara seputar hubunganku dan Jendra. Ternyata beliau juga tau tentang pertengkaran kami, mungkin anak sematawayangnya cerita
"kemarin Jendra waktu marahan sama kamu, diskors. Dia kesini" kata mama sambil mengaduk sayur yang sedang dia masak sementara aku sibuk memotong-motong ayam sambil menyimak ceritanya
"kamu tau? Dia galau" bisik mama yang membuatku tersenyum tipis, mama Jendra ini bisa menyesuaikan diri ketika berbicara dengan anak muda
"iya ma?" tanyaku tak percaya yang membuat mama mengangguk
"mama kira galaunya gara-gara diskors, eh ternyata gara-gara kamu marah" mama Jendra tersenyum "dia disini cuma tidur seharian di ruang tamu, disuruh makan bilangnya nanti, katanya nunggu Alea maafin dulu" aku tersenyum ketika mendengar pengakuan dari mamanya Jendra,bagaimana sikap anaknya ketika dirumah kemarin
"mama tau kalo Jendra diskors?" tanyaku yang dijawab anggukan oleh beliau "hmm mama ga marah?"
"Jendra itu tipe anak yang kalo dimarahin dia makin jadi, dikasih tau aja nanti dia nyesel sendiri terus ga ngelakuin lagi" jawab mama Jendra enteng, dari jawaban beliau aku semakin yakin jika mama Jendra ini sayang banget sama anaknya. Beda sama papa yang kalo aku kena masalah dikit bisa ngamuk, ya mungkin dari sisi ayah seperti itu dibanding ibu yang penuh kasih sayang "tapi mama tau kok, kemaren Jendra begitu karena mau jagain kamu. Ini bukan gara-gara Jendra anaknya mama jadi mama belain dia ya, tapi ini dari ceritanya Kalila. Kenal Kalila kan?" ah ternyata Kalila
"kalila sering main kesini ya ma?" tanyaku sedikit tertahan, karna yang berhubungan dengan Jendra pasti tak lepas dari Kalila
"oo iya, dia suka main kesini kalo pulang sekolah. Kadang sama mama nya juga, tapi lebih seringnya mampir ke tokonya mama" jelas mama yang membuatku mengangguk "tapi ga perlu khawatir, mama tetep suka kamu jadi menantunya mama kok" kata mama yang membuatku menoleh
"kenapa? Lila kan cantik ma, baik juga"
"hmm kenapa ya? Mungkin gara-gara mama sukanya sama kamu, Jendra juga maunya kamu" jawab mama enteng tersenyum kearahku "tadi malem dia kesini, katanya habis damai sama kamu" kata mama yang membuatku tertawa dan mengangguk "dia minta sama mama, kalo besok udah lulus tolong lamarin Alea katanya" aku tertawa mendengar pernyataan dari mama Jendra, gimana anaknya dengan gamblangnya minta dilamarin "gimana? Kamu udah mau belom?"
"hm?" aku menghentikan kegiatanku sejenak dan menatap mama Jendra yang balik menatapku "belom kepikiran ma, masih mau fokus belajar dulu"
Gila aja kalo aku iyain, masa umur masih 19 tahun tapi udah gendong anak? Ngampus sambil bawa anak kan lucu. Mungkin aku akan menunggu sampai Jendra bisa meraih cita-citanya dan siapa tau anak nakal ini kedepannya jadi orang sukses dan disegani banyak orang, aku akan membantunya jika dia membutuhkan bantuanku asal dia berani berjanji tak membuatku kecewa untuk yang kedua kalinya.
-
"kak gue balik kelas dulu ya" kataku setelah selesai pembicaraanku bersama kak Shila diruang osis, saat ini jam pelajaran ke 5 berlangsung dan kelasku sedang ada kelas matematika dimana bu Ester jadi pengajarnya, jika aku terlewat pelajarannya dijamin aku tak akan bisa mengerjakan ulangannya.
YOU ARE READING
bad liar | na jaemin
Fanfiction"Kapan lo bakal berenti berantem?" "Kalo gue udah bisa dapetin lo" -jendra
