V. Jeno dan Jaemin

1.3K 155 24
                                    

a/n : halo semua. terima kasih atas komen dan votenya untuk chapter-chapter lalu. chapter ini mau menyelesaikan side pair Jeno dan Jaemin. Beberapa diambil dari sudut pandang orang-orang di sekitar mereka. enjoy!

...

Kalau boleh jujur, Donghyuck itu muak melihat dinamika hubungan Jeno dan Jaemin yang begitu-begitu saja. Menurut cerita dari berbagai sumber (termasuk orang yang bersangkutan), mereka berdua sudah menjadi teman sejak usia lima tahun. Jeno yang pemalu dan menyukai kucing, dekat dengan Jaemin yang seperti bola pantul (begitu panggilannya dahulu).

Lalu, Jaemin harus pindah ke Busan setelah naik ke kelas tiga sekolah dasar.

Kata orang-orang di sekitar, bahkan kata keluarga mereka, Jeno dan Jaemin adalah soulmate.

Keduanya dipertemukan kembali saat awal tahun kelas tujuh. Jeno yang terkenal dan alergi kucing kembali dekat dengan Jaemin yang senang bersembunyi di perpustakaan sekolah.

Jeno tidak bisa menahan perasaannya yang menggebu-gebu khas anak remaja. Donghyuck ingat pertama kali pindah ke Seoul, menjadi murid SMA, dan memiliki teman sebangku bagaikan karakter fiksi. Begitu istirahat pertama dimulai, teman-teman sekelasnya menghampiri bangku Jeno. Mereka antusias mengajak makan siang bersama atau menawarkan bekal yang dibawa dari rumah.

Saat itu Jeno hanya menolak halus, dengan senyum menyilaukan. Dia pergi entah kemana, dan kembali tepat saat bel pelajaran dimulai berdering.

Terus begitu selama satu minggu. Sampai Donghyuck bertanya ke mana teman sebangkunya pergi saat jam istirahat.

"Kau mau ikut?" Jeno bersemangat menawarkan.

Donghyuck yang penasaran, tentu saja mengangguk cepat.

Lalu, Jeno membawanya ke kantin. Dia membeli dua rol kimbap dan sekotak jus. Mereka tidak makan di sana, anak laki-laki itu dengan cekatan melewati ombak murid-murid yang memenuhi kantin. Mereka berhenti di ujung tangga belakang gedung sekolah--yang mana menghadap gudang dan halaman tidak terpakai.

Di bawah tangga, seorang anak laki-laki duduk di sana. Beberapa kardus tidak terpakai menjadi alas, sepasang sepatu dengan rapi diletakan di pinggir.

"Oh?" Laki-laki itu mengamati wajah Donghyuck, terlihat tidak nyaman.

"Jaemin, ini teman sebangku yang kuceritakan," Jeno melepas sepatunya asal, ikut duduk di samping si laki-laki asing.

"Ah. Kenalkan, Na Jaemin." Dia membungkuk sekilas, Donghyuck mengikuti.

"Apa tidak mengganggu?" Padahal dia bukan orang yang memikirkan hal seperti itu. Tapi, melihat wajah lelah Jaemin membuatnya gelisah. Mungkin saja lelaki itu sedang sakit.

"Tidak apa," Jaemin yang menjawab.

"Duduk saja, Donghyuck. Sebentar lagi teman-temanku yang lain akan datang, nanti kau tidak bisa duduk."

Karena rasa sayang Jeno yang begitu besar pada Jaemin, Donghyuck dapat berkenalan dengan teman-temannya yang berharga--termasuk Mark Lee.

Selain menghabiskan waktu di kolong tangga hanya untuk menemani Jaemin, Jeno sering kali menginap di rumahnya untuk menghabiskan malam dengan memuji lelaki yang ia sukai. Mungkin di akhir semester, dia bisa menghafal seluruh pujian dan ungkapan perasaan Jeno mengenai Jaemin.

"Donghyuck, Jaemin padahal tidak suka kucing! Tapi tadi, dia mengirim foto kucing di jalan padaku. Bagaimana ini?" Jeno meski sudah mengalami kejadian yang sama ratusan kali, tetap mengatakannya dengan nada merana.

Atau, pujian yang paling sering dia dengar: "Senyum Jaemin manis sekali."

Padahal, kalau tidak bersama teman-teman dekatnya, Jaemin jarang tersenyum.

Bye My FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang