6. Film

3.6K 364 88
                                    

Sebuah erangan kecil keluar dari sosok yang tengah bergelung sembari memeluk putri kecilnya. Matanya mengerjap sejenak, sebelum mengacak rambutnya yang memang sudah terlihat berantakan setelah ia bangun tadi. Di pelukannya, putri kecilnya menggeliat merasakan ada pergerakan dari sosok di samping, membuat Chandra mengusap pelan rambut kelam Rika dan mengecupnya sekilas sebelum turun untuk membuka pintu rumahnya.

"Hi."

Sapaan kecil itu yang Chandra dapatkan dari sosok di depannya. Menghela napas panjang dan memiringkan tubuh, guru sekolah menengah atas itu memberikan akses agar pria itu masuk ke dalam rumah.

"Kenapa ndak bilang mau kemari?"

Chandra menutup pintu kembali, melirik jam dinding di ruang tamu dan memutuskan untuk mengunci pintu tersebut.

"Wis dalu juga." Sudah malam pun.

Yang ditegur mendengus. Ini baru pukul sepuluh dan yang lebih tua sudah mengeluh bahwa sekarang seperti sudah tengah malam. Ia pun mengabaikan pemilik rumah dan melenggang ke ruang televisi. Membuka bingkisan yang tadi ia bawa dan menatanya di meja.

"Nonton."

Ajaknya dan siapa Chandra bisa menolak? Lagipula besok akhir pekan dan putri kecilnya sudah terlelap.

"Satu saja, ndadak Rika bangun."

Yang sudah duduk hanya mengangguk. Tangannya sudah siap menekan remot setelah tadi sibuk memasang flashdisk pada televisi layar datar milik Chandra. Sedangkan si empu rumah, kini duduk di samping tamunya dan menyandarkan kepalanya di bahu tegap itu.

"Kan bagus yen rambutmu rapi gini." Tangannya bermain di rambut yang sudah tak lagi panjang. Mark, tamunya, memang memotongnya kemarin setelah yang lebih tua berkata agar ia tak membiarkan rambut panjangnya terurai tak rapi, karena akan menakutkan bagi Rika.

Tak membalas, Mark mulai bersandar sembari tangan kirinya menahan kepala Chandra di bahunya, membawanya mundur pada punggung sofa, sementara tangan kanannya sudah menenteng satu irisan martabak manis isi coklat dan ketan hitam untuk meluncur ke mulutnya.

Satu gigitan masuk, bebarengan dengan televisi yang sudah menyala menampilkan awalan sebuah film dengan tampilan preset yang kalem. Mereka terus terdiam sembari sesekali menyuap martabak manis dan martabak telur yang dibawa Mark sampai akhirnya film tersebut habis.

"Bagus ndak?"

Mark bangkit, sekalipun ia bertanya, ia tetap berjalan menuju dapur dan membuka lemari pendingin di rumah tersebut. Mengambil botol plastik literan yang berisi jus buatan sendiri, membawanya kembali ke ruang santai beserta dua buah gelas di tangan yang lain. Menuruti perintah Chandra jika mampir tak perlu beli minum, mending untuk ditabung saja uangnya.

"Buat gabut-gabut?"

Menggeleng, Mark duduk dan menuangkan jus itu untuk dua gelas. "Hasil kerja magangku jadi asisten."

"Disuruh-suruh ya?" Chandra tertawa, di depannya Mark merenggut malas mendengar godaan calon kekasihnya, atau mungkin sudah kekasihnya?

Ia lalu mendorong lawan bicaranya dari duduk menjadi terlentang melintang di sepanjang sofa, yang diikuti dengan ia yang mendusal pada perut rata di bawahnya.

"Aku juga yang nulis skripnya loh."

Tawa Chandra semakin terdengar. Mencoba menahan diri agar tak terlalu berisik sampai lantai atas dan membangunkan putrinya, namun juga menahan diri dari geli atas usapan hidung bangir di atas piyama yang tepat ada di perutnya.

"Tahu kok. Klasik gitu ceritane ー aw!"

Chandra memekik kecil ketika tangan Mark ikut membantu hidungnya untuk menggelitiki pinggang ramping pria itu. Sampai akhirnya Chandra berujar ampun lalu mendorong keduanya untuk kembali duduk bersila sambil berhadapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hukum Ohm [MarkHyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang