mereka.

2.8K 439 27
                                    


Aku pikir, hari ini akan ada satu lagi momen indah bersama dia.







-

Aku memandangi layar ponsel dalam genggamanku. Tersenyum tipis di depan swafoto yang sempat kuabadikan bersamanya beberapa minggu lalu. Sebelumnya, aku tak pernah betah memasang swafotoku sendiri untuk dijadikan wallpaper. Jika bukan dia yang mengganti, mungkin wallpaper ponselku ini sudah aku ganti sebelum lima menit terpasang.

"Run, minjem hp dong."

Pintanya ketika itu.

Saat itu, kami sedang mengitari pasar malam yang sedang digelar di dekat kompleks perumahannya. Setelah diporak-porandakan kegiatan kami yang sedang sama-sama padatnya, akhirnya kami bisa menghabiskan waktu bersama lagi malam itu. Jangan ditanya, aku selalu bahagia untuk hal yang satu itu. Ah, dasar bucin.

Aku lantas menyerahkan ponselku kepadanya setelah bertanya untuk apa ia meminjamnya. Yah, meskipun ia hanya menjawab dengan kekehan kecil yang menjadi ciri khasnya (salah satu hal yang aku sukai darinya); sambil berkata, "ada deh.".

Ya, dia meminjam ponselku hanya untuk mengganti wallpapernya dengan swafoto kami.

Dasar iseng. Hahaha.

Sekarang, aku segera mematikan layar ponselku tepat ketika netraku melihatnya. Ia tengah berjalan mendekat ke tempatku duduk saat ini.

"Hayo, ada apa nih senyum-senyum sama hp?"

Ia menarik kursi di sisi kananku dan duduk.

"Nggak, nggak ada apa-apa kok."

Gambaran senyum tipis di bibirku belum juga luruh. Bahkan sekarang aku khawatir rona merah di pipiku semakin kentara---selain dari perona pipi yang sengaja aku pakai tadi.

"Masa sih?" Ia terkekeh, aku tahu ia berusaha menggodaku.

"Iya ih," aku memberengut.

Ia masih terkekeh sampai pelayan yang membawakan makanan yang sudah kami pesan sebelumnya datang ke meja kami.

"Makan yang banyak, jangan rapat sama diskusi mulu yang dibanyakin."

Dia mendorong piring makananku mendekat.

Aku tertawa, "iya-iya."

Kami mulai menikmati hidangan masing-masing. Aku asyik menyendok butir-butir nasi goreng dari piringku dan mengunyahnya perlahan. Sesekali aku mencuri pandang ke arah manusia yang duduk di sampingku. Tidak biasanya, ia lebih banyak diam hari ini. Ah, tapi aku tak mau ambil pusing.

Hingga kira-kira pada suapan ke sekian belas, aku mendengarnya berdeham pelan sebelum memanggilku.

"Runa."

Aku melirik kecil, "apa, Mas?"

Bukannya langsung menjawab, ia justru mengembuskan nafasnya pelan. Hal yang akhir-akhir ini kerap ia lakukan ketika bersamaku. Aku melambatkan kunyahanku seiring perasaan tak enak yang mendesak di balik rongga dadaku.

Tidak, aku menolak perasaan buruk itu. Hari ini akan baik-baik saja seperti biasanya. Hari ini akan ada hal baik yang menunggu.

"Nanti ada yang mau saya omongin ke kamu."

Sekarang atensiku sepenuhnya aku alihkan kepadanya, "tentang?"

"Makan dulu aja. Nanti aja bahasnya, oke?"

Yah, padahal antusiasmeku baru saja bangkit.

"Oke."

-

Alur - [Haechan]Where stories live. Discover now