Chapater 7 : Ada Di Antara Kita

264 36 5
                                    

"lu yakin gak makan apa-apa kemaren?" Sukai duduk diujung kasur Syoya yang terlihat masih berbaring di sana. Syoya hanya menggelengkan kepala.

"Enggak! Kemaren cuma makan bubur trus minum obat. Gak ada sama sekali makan yang aneh-aneh" Syoya bahkan tak begitu selera makan, kalau bukan harus minum obat dia bahkan malas makan bubur, soalnya dia gak suka bubur.

"Trus kalo lu gak makan apapun kenapa kaki lu gini?" Sukai natap kaki Syoya yang masih tertutup selimut.

"Kalo gw tau penyebabnya gak bakal gw sepanik ini"

"Apa mungkin obatnya salah? Gw lapor kak Sho dulu yah" Sukai bersiap untuk pergi karena lebih baik memberitahu daripada dipendam sendiri.

"Jangan!!" Syoya panik. "Gw gak mau orang khawatir karena masalah ini!" Syoya gak mau penghuni rumah ini khawatir lagi atas kondisinya, cukup waktu dia saja. Lagipula masih ada yang lebih pantas di khawatirkan selain dirinya.

"Tapi lu gak bisa jalan!!" Sukai nampak gak setuju. "Gimana kalo lu gak bisa jalan selamanya?!! Itu bakal lebih bahaya lagi!" Sukai berkeras.

"Jangan keras ngomongnya!!" Syoya gak mau kalah.

"Trus lu mau nyembunyiin hal ini gitu? Yah gak bisa lah pasti bakal ketahuan kalo lu gak bisa jalan!"

"Udah gw bilangin jangan keras ngomongnya! Gimana kalo orang lain denger?!"

"Siapa yang gak bisa jalan?"


*


Keigo melamun di ruang tamu. Pikirannya melayang ke hari kemarin. Sebenernya ketika dia berkata melihat sosok asing di lantai dua itu bukanlah bohong semata. Sosok asing yang menatapnya tajam beberapa detik kemudian menghilang begitu saja. Sosok itu memakai kimono lusuh, berkulit putih dan berambut panjang sedikit kusut. Ia jelas melihat wajahnya, seorang wanita paruh baya.

Apa Keigo gak takut? Sebenernya Keigo udah terbiasa ngelihat hal seperti itu. Sebelum ini bahkan ia pernah melihat penampakan yang tak bisa diterima nalar. Selama ia tinggal disini, baru kemarin ia melihat penampakan di rumah ini.

"Hoi!" seseorang menepuk pundaknya.

"Ya?" Keigo refleks menatap ke samping. Takumi tengah berdiri disamping sambil menatap aneh padanya.

"Lagi ngelamunin apa?" tanya Takumi penasaran.

"Gak ada kok" Keigo cuma bisa nyengir.

"Masa? Dari tadi ngelihat keatas mulu. Emang ada apa?" Kepo adalah salah satu sifat manusia, jadi wajar aja Takumi pengen tau penyebab Keigo betah menatap ke lantai dua dengan serius.

"Gak ada kok, cuma pengen lihat kira-kira siapa dari mereka yang diatas turun paling duluan" wajahnya terlihat datar, bikin Takumi kesel.

"Yayayaya" Takumi sadar pembicaraan ini bakal jadi gak penting kalau Keigo menjawab dengan main-main. "Hari ini ngampus gak? Gw numpang yah kak, bisa kan?"

"Ya bisa sih, tapi nunggu Junki dulu. Masih mandi"

"Kalian berdua boncengan gitu? Trus gw dimana?"

"Yah lu ditengah kalo gak mau dirodanya" yakali bisa numpang diroda.

"Kak gw nanya yang serius ini. Masa kita kek cabe-cabean sih?" yah jelas Takumi gak setuju masa iya tarik tiga, entar kalo ditilang gimana? Takumi gak punya banyak uang lagi ini, biasa akhir bulan belum dikasih uang saku sama keluarga.

"Ya enggak lah, Junki bawa motor sendiri. Entar lu sama gw" Keigo cengar cengir aja dari tadi. Emang gak pernah serius ini makhluk satu.

"Oyaudah kalo gitu. Ngomong-ngomong kak udah makan belum? Sekalian gw buatin mie instan sambil nunggu kak Junki"

Misteri Anak TerakhirTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon