MUAL

47.2K 1.9K 16
                                    

Sebelum baca, vote nya dulu boleh, kan? Selagi masih gratis, kenapa berat? ^-^

Selamat membaca..

%-%-%

Pagi-pagi sekali Neysa sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Jangan kalian pikir dia akan pergi dengan mobil mewah atau sejenisnya. Haha, sayangnya dia akan menggunakan angkutan umum. Bertanya ke mana Yunita? Dia mengawasi nona nya dari jauh. Kenapa? Karena Neysa yang meminta.

"Ney pergi, ya!" seru Neysa saat ransel lumayan besar bertengger di punggungnya.

"Hati-hati, Ney!" seru Krisna-papa Neysa.

"Iya!" balas Neysa dengan seruan juga.

Neysa pun melangkahkan kakinya menuju tempat di mana dia biasa menunggu angkutan yang akan mengantarkannya menuju kampus. Tak lama menunggu, sebuah angkutan umum pun berhenti di depan Neysa. Neysa menyebutkan alamat kampusnya dan langsung masuk ke dalam kala supir menganggukkan kepala.

"Hmm, aku kok mual ya?" gumam Neysa saat angkutan umum itu mulai bergerak.

"Mbak, mbak kenapa?" tanya seorang ibu-ibu dengan kantong belanjaan di tangannya.

"Emm, saya enggak pa-pa, bu. Cuma bau mesin nya saya enggak kuat, bu." Jawab Neysa dengan senyum segan. Langsung saja timbul bisik-bisik di dalam angkutan umum itu.

"Sombong."

"Mungkin orang kaya yang jatuh miskin."

"Iya, bisa jadi."

"Hus! Kecilin suara kalian!"

"Biarin aja, siapa suruh naik angkutan umum?"

Neysa tersenyum kecut. Ini yang dia wanti-wanti jika Yunita ikut bersamanya. Dia takut Yunita akan melapor ke tuan muda nya tentang kejadian ini. Lalu sesuatu terjadi pada mereka yang membicarakannya.

Selama perjalanan, Neysa berusaha sekuat tenaga menahan bau dari mesin angkutan umum itu. Dia tahu janinnya juga tersiksa, namun dia tidak boleh lemah. Dia harus terbiasa, dia tidak ingin di anggap sebagai wanita yang memanfaatkan pria kaya seperti papa dari bayi nya.

Setelah melihat palang kampusnya, angkutan umum itu pun berhenti. Neysa buru-buru turun dan membayar ongkosnya. Lalu dia berjalan menuju fakultasnya untuk masuk kelas.

"Ney!" panggil suara yang tak asing di telinga Neysa. Neysa pun berbalik dengan wajah sedikit pucat.

"Ney! Lo kenapa?" tanya Ita khawatir.

"Muka lo pucat, Ney!" seru Cilla membuat Neysa mengangguk dan langsung berlari menuju toilet.

"Cil! Susul Neysa!" Ita memukul bahu Cilla sebelum berlari mengejar Neysa.

"Iya, tapi ga pake mukul juga bangke!" kesal Cilla yang ikut berlari mengejar Neysa dan Ita.

"Huek..Huek..Huek.."

"Ney! Lo kenapa? Ga usah buat kita panik!" Ita menggedor pintu toilet yang di masuki oleh Neysa.

"Huek..Huek..Huek.."

"Ney! Buka please, kita khawatir sama lo!" Cilla ikut menggedor pintu itu.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan wajah Neysa yang pucat pasi.

"Ney!" seru Cilla dan Ita bersamaan.

.

. Baca lanjutannya di Dreame yaa.. 

.

"Jika Neysa melakukan itu, Neysa sama saja seperti mereka, pak." Ucap Neysa membuat pria itu tersenyum mengangguk.

"Andai bapak punya putri seperti kamu, bapak tak akan membawa kamu ke dalam lingkaran keluarga itu, nak." Ucap pria itu membuat Neysa tersenyum geli.

"Tapi bapak sudah mengabdikan diri di sana hampir seluruh hidup bapak." Ucap Neysa membuat pria itu tertawa dan tidak ada wajah sedih itu lagi di sana.

"Semoga kamu segera berbahagia, nak."

*

*

*

Bersambung..

Vote dan komen nya jangan lupa, biar author semangat buat lanjutin ceritanya ^-^

See you..

Hug from Ever!

IG :Neverchange090871

Hamil Tanpa Suami |\| TAMATWhere stories live. Discover now