47

64.8K 2.4K 34
                                    

Daffan menggandeng tangan seorang cewek yang berjalan disisinya. Cewek itu menyesuaikan langkah kakinya dengan langkah kaki Daffan yang santai. "Daffan," panggilnya.

"Apa?"

"Beli makanan yuk, gue laper."

"Ck."

Daffan menatap tajam cewek itu sekilas. Kemudian, ia berjalan memasuki tempat yang ditunjuk oleh cewek di belakangnya, sementara cewek itu mengekori Daffan dari belakang.

Daffan. Seseorang yang telah berubah. Sikapnya sudah tidak seperti dulu. Ia menjadi pribadi yang kasar, dan mudah terpancing emosi. Sudah banyak cewek yang di dekati olehnya. Namun pada akhirnya, ketika mereka sudah terpikat pada Daffan, cowok itu akan mengabaikan mereka.

Daffan duduk di kursi dan mengeluarkan handphone miliknya sambil menunggu cewek itu selesai membeli beberapa makanan.

"Bangsat!" Daffan melempar ponselnya ke atas meja. Ia mengumpat karena tidak ada hal yang menarik yang dapat ia lakukan.

Daffan melihat ke sekeliling, lalu melirik jam tangan hitam di tangannya. Daffan malas menunggu. Pasalnya, cewek itu belum datang juga.

Mata Daffan terus menelusuri sekeliling, mencari seorang cewek berambut coklat nan sebahu. Hingga akhirnya, bola matanya berhenti. Ia menemukan seorang cewek yang dulu pernah hadir di hatinya. Kini, cewek itu tengah bersama dengan seorang cowok, tertawa bersama kedua temannya. Cowok yang selalu ingin Daffan habisi.

"Ada-ada aja lo, makan ya pelan-pelan." Geraldi menyodorkan bubble tea yang tadi di beli pada Karissa. Karissa tersedak ketika sedang memakan takoyaki.

Karissa mengambil bubble tea dari tangan Geraldi dan meminumnya. "Habisnya Genta ngajak ketawa mulu, gakuat gue," ucap Karissa setelah lega karena sudah tidak tersedak. Pasalnya, Genta menceritakan hal konyol yang pernah dilakukan Arkan pada Geraldi, hingga membuat cowok itu marah. Sedangkan Karissa dan Arleta tertawa mendengarnya.

"Ganggu aja lo," ketus Geraldi pada Genta.

"Ampun bos," ujar Genta di sela-sela tawanya.

"Karissa."

Karissa mendongak, mendengar seseorang memanggil namanya. Begitupun dengan yang lain. Karissa terdiam, lidahnya terasa kelu setelah melihat seseorang di depannya. Kenapa cowok itu muncul lagi di hadapannya?

Geraldi beranjak dari Kursinya. Ia langsung mencengkeram kerah baju cowok itu dan menusuknya dengan tatapan tajam. Lalu, Geraldi mendorong cowok itu dengan kasar. Menjauhkan dia dari Karissa. "Ngapain lo disini? Berani lo nunjukin muka di depan Karissa?"

"Gue gak ada urusan sama lo!" Tatapan mata Daffan tak kalah tajam dari Geraldi.

"Lo nyakitin Karissa, berarti lo berurusan sama gue."

"Awas! Gue mau ketemu Karissa!"

"Lo mau ketemu Karissa? Masih pantes lo ketemu sama dia?"

"Lo gak berhak ngatur-ngatur gue."

"Berani lo nunjukin muka ke Karissa?" Geraldi menggantungkan kalimatnya, lalu berdecih.

"Jangan harap lo bisa liat matahari besok."

"BANGSAT!"

Bughh

Daffan melempar tinjunya mengenai sudut bibir Geraldi, dan membuat Geraldi mundur beberapa langkah. Orang-orang yang berada di sana spontan melihat ke arah mereka.

Geraldi menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Pukulan Daffan memang cukup keras. Geraldi mengepalkan tangannya. Cari gara-gara ya? Geraldi membatin.

GERALDI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang