VIII. Jeno dan Jaemin 2

748 103 24
                                    

Jeno bangun jam delapan, berkat aroma susu masuk ke hidung. Dia mengusap-usap matanya beberapa kali, mencari kaca mata dan menyadari bukan Jaemin yang berbaring di ranjang seberang. Dia bertanya-tanya bagaimana Donghyuck bisa berakhir di sana. Setelah meregangkan badan, Jeno keluar dari kamar.

Jaemin dan Renjun memasak di dapur, menyiapkan sarapan. Jaemin menaruh panekuk di piring, bersama potongan buah stroberi dan blueberry.

"Mark Hyung di kamar mandi?"

Jaemin mengangkat wajahnya tersenyum lebar, lalu merengut sedetik kemudian. "Pagi juga, Jeno. Setidaknya ucapkan selamat pagi dulu pada orang yang sudah repot-repot membuatkanmu sarapan."

"Pagi, Na Jaemin." Jeno mendesah, tidak menyangka mendapat omelan di pagi hari.

Renjun berbalik, menaruh potongan panekuk terakhir di piring. "Mark Hyung sepertinya pulang ke rumah sebelum kita bangun."

Jaemin mendengus, dia melepas celemek. Dengan cekatan memasukkan ponsel dan dompet ke dalam tas. "Kalian ini tidak peka sekali, sih."

Renjun terdiam, menatap piring panekuknya. "Donghyuck?" dia bertanya pelan.
Anggukan mantap dari Jaemin menjawab pertanyaan anak itu.

"Lho, Jaem, kau tidak sarapan?" Jeno menghampiri Jaemin yang mengikat tali sepatunya.

"Aku sudah ada janji, sarapan di kampus."

Setelah suara pintu tertutup bergema, Jeno dan Renjun bertukar tatapan.

"Yang sabar, ya?" katanya setengah mengejek, sebelum ditimpa tubuh bau dan besar milik Jeno.

...

"Kau benar mau masuk kelas hari ini?"

Donghyuck masih mengunyah, yang sekarang terlalu keras dan terdengar menjengkelkan.

"Memangnya aku harus bagaimana?"

"Entahlah. Apa pun yang membuatmu lebih baik daripada terjebak di kelas sambil memikirkan tingkah aneh Mark Hyung kemarin malam."

Kali ini dia menghentikan kunyahannya. "J-Jaemin bilang pada kalian?"

"Tidak," Jeno menjawab singkat.

"Tapi, Mark Hyung sudah tidak ada sejak tadi pagi jam lima," Renjun menjelaskan.

Donghyuck hanya mendengus, kembali menghabiskan panekuknya.

"Aku harus cepat-cepat. Kelas dimulai jam setengah sepuluh," dia minum teh hangat yang dibuatkan Renjun, berdiri, lalu membungkuk sopan.

"Terima kasih sarapannya."

...

Jeno yang sampai pertama kali di apartemen barunya bersama Jaemin. Dia berdiri, terpaku di ruang tengah, merasa tengah bermimpi. Dua minggu terakhir ini, Jeno hanya menjalani hari tanpa memikirkan semua lebih jauh.

Sekarang?

Sekarang dia berdiri di dalam rumah yang akan ia tinggali bersama orang yang disukainya. Bersama Na Jaemin.

Jeno melangkah tergesa ke arah balkon, membuka jendela lebar-lebar, lalu ia menarik dan membuang napas berulang kali secara tidak beraturan.

Benar-benar gegabah. Bagaimana bisa ia setuju untuk tinggal di bawah satu atap bersama Jaemin? Orang yang harusnya Jeno tidak sukai.

Jeno tahu, dia tidak bisa mengontrol perasaannya. Lagipula, lebih aneh lagi bila ia tidak memiliki perasaan suka sedikit pun pada Na Jaemin yang memesona. Tapi saat ini, dia harus berusaha menghilangkan perasaan itu dan menjadi teman yang baik untuk sahabat lamanya. Mendukung hubungan percintaan Jaemin.

Bye My FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang