63. Gagal

5.6K 411 69
                                    

"Loh? Sabrina?"

Langkah Sabrina mendadak terhenti. Raut wajahnya berubah masam kecut, dengan mata memejam refleks karna terpegok.

Ia menoleh ke sumber suara, tersenyum memamerkan sederet gigi putihnya pada cowok yang tengah berdiri di depan kamar mandi dan memandangnya balik dengan wajah sumringah.

"Kamu kok bisa disini sih?" Tanya Bidal, berjalan mendekat. Membuat Sabrina tertawa meringis, harap-harap cemas.

"Iya, tidur sini." Jawab Sabrina sekenanya.

Bidal mengangguk paham, lalu pandangannya turun ke bawah. Mengamati pakaian rumah Sabrina, "ke depan yuk, ada yang lain juga."

"Eh?" Sabrina bingung harus merespon apa, ia terpaksa mengekor di belakang Bidal yang begitu antusias mengajaknya.

"Ayo, gakpapa. Yang lain pasti seneng, kamu disini." Ujar Bidal mengarahkan langkah kakinya menuju ruang tamu.

"Heh! Ada Sabrina nih!" Pekik Bidal.

Sontak para cowok yang mendengar pernyataan Bidal itu langsung menoleh, kaget ketika cowok itu sedang berjalan dengan perempuan yang bernotabene pacar dari Sastra.

Krides yang tengah menyeruput secangkir kopi jadi tersedak, cowok itu langsung menaruh kembali cangkirnya di atas meja. Hernanda yang sedari tadi merokok, dan menghadap ke luar rumah jadi menyentil rokoknya di atas asbak, dan memundurkan badannya, menengok ke dalam.

Tangan Adim yang tadinya memegangi toples kaca, langsung buru-buru diletakkan, menoleh, demi memandang gadis yang tidak seharusnya disini.

"Loh? Sabrina kok disini?" Yakob mendongak dari permainan karambol yang dimainkan bersama yang lain.

"Wah wah wah,"

"Harus klarifikasi nih"

"Parah ini si Sastra, penyelundupan cewek!"

"Tidak bisa dibiarkan!"

Sabrina tersenyum kikuk menatap pasukan tanpa nama yang mencak-mencak bak kebakaran jenggot.

Chaca, Dandi, Alpin, dan tentunya Julian, yang baru saja datang dari arah dapur terkejut melihat kedatangan gadis berambut cepol itu. Sastra yang berjalan paling belakang terlihat santai dan cuek. Cowok itu malah terlihat tenang dan biasa saja.

"Bang! Kok lo ga bilang ada Sabrina di rumah lo?" Julian yang tengah berdiri sambil memegang sepiring brownis ditangannya itu terdiam, menoleh ke arah Sastra dan menatapnya begitu bingung.

Sastra menoleh, berdeham dengan wajah manisnya seolah-olah meminta Julian mengulang pertanyaannya.

"Kok ada istriku di sini?" Julian menoleh Sabrina sekilas, dengan alisnya yang naik dan senyuman. Cowok itu menoleh lagi ke Sastra, melihat respon kakak kelasnya.

"Emang kenapa kalau dia disini?" Tanya Sastra balik.

Semua perhatian sekarang terpusat pada Sastra. Seolah-olah seorang presiden yang tengah dimintai keterangan oleh sejuta wartawan, cowok itu tetap tenang seperti pembawaannya.

"Kan besok sekolah? Masa nginep di rumah lo?" Hendra buka suara, disela-sela permainan karambolnya. Membuat kesempatan untuk Zafar memindahkan pin sentil cowok itu.

"Ya kan nginepnya malam ini, sekolahnya besok. Kenapa emangnya?" Putar balik Sastra.

Hendra mengaduh, menyadari pertanyaannya yang kurang tepat. Memang kalau ngobrol dengan Sastra itu rumit, salah dikit, diputar balik. Sudah kaya dosen dan mahasiswanya.

Chaca tiba-tiba berdeham, membuat perhatian orang-orang yang berada di situ teralih padanya. Cewek itu nampak menahan senyumnya.

"Oh, jadi ini yang lo maksud 'ntar juga lo tau siapa yang punya', Sas?" Chaca melirik Sabrina yang terdiam di tempatnya.

SABRINA & SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang