02. On Track

1.8K 178 42
                                    

Langit masih biru, namun kenapa semuanya tampak memburam? Didalam pandanganku yang kabur, hanya kamu yang bisa kulihat dengan jelas.

-On Track- Stray Kids

Selepas dari kepergian Tari, sontak teman-teman Arseno memandang dengan sorot heran dan bertanya. Gadis itu pergi dengan langkah terbirit-birit, diikuti dengan ketiga teman Tari yang tampak sama malunya dengan gadis itu. Sedangkan selebihnya, hanya memandang dengan satu kekehan maupun tatapan penuh dendam-yang tentu saja dilayangkan dari para penggemar Arseno.

"Tunggu, gue nggak salah denger, 'kan? Lo ngajak adek kelas buat jadian? Ini pertama kalinya lo pacaran, 'kan?" Hanji mengorek telinga, siapa tahu ada sesuatu yang menyumbat lubang telinganya tadi?

Taka menoyor kepala Hanji, anak laki-laki itu kalau sudah berbicara tak ada ubahnya dengan seorang rapper. Hanji hanya berdecak malas.

"Gue juga heran, biasanya lo cuma mainin cewek, nggak pernah tuh sampe jadian," timpal Taka juga merasa heran, sama seperti Hanji.

"Kalo gue bilang mau tobat mainin cewek, apa lo percaya?" Arseno menyeringai tipis, membuat penggemarnya yang notabene selalu mengikuti kemana pergi dirinya pun berteriak histeris.

"Ya kali Matahari langsung terbit dari Barat. Orang ngomong mau kiamat besok aja belum tentu lo ada niatan mau jadi orang bener." Yuta terkekeh, kembali memainkan game diponselnya yang sempat ia tinggalkan. Kejadian tadi terlalu menarik untuk ditinggalkan sebagai bahan tontonan.

"Lo bener, sih." Arseno tertawa rendah. "Yah kayak biasanya, gue iseng. Emang nggak boleh? Lagian itu cewek kayaknya aneh banget, masa' ngomong begituan ke gue dengan wajah datar? Bikin gue penasaran gimana ekspresi dia waktu nangis."

Taka menghela napas. "Ingat karma lo, Kusen Pintu. Kualat lo nanti bikin anak orang nangis, lo kira udah berapa cewek yang lo tinggalin gitu aja sampe mohon-mohon? Kalo ada Gugun disini, pasti dia udah ngerukiyah elo dari tadi. Untung aja tuh anak lagi di perpustakaan."

Lelaki yang habis diceramahi oleh anggota tertua digeng mereka itu hanya mengangkat kedua bahu tak acuh. Dia berdiri dari kursinya, berniat keluar kelas sekalipun gadis-gadis disekitarnya masih riuh menanyakan apa maksud dari perkataannya tadi.

"Mau kemana?" teriak Yuta pada Arseno tanpa memalingkan wajah dari game diponselnya.

"Ke ruangan Bu Ayu."

***

Beberapa hari setelahnya.

"Tari mau ya, nulis naskah drama monolog buat acara FL2SN besok?" tanya Bu Ayu, guru kesenian dikelasnya. Tadi ia dicegat tiba-tiba oleh beliau setelah jam Seni Budaya telah selesai.

Tari hanya diam. Menimbang-nimbang. Sebenarnya Tari hendak merampungkan naskahnya yang tinggal sedikit lagi, lalu berencana melanjutkan naskah bergenre teenfict-romance miliknya setelah itu. Tapi sepertinya naskah itu belum bisa dia tulis, masih banyak riset yang perlu dilakukannya.

"Hm ... kalau saya yang bikin naskah dramanya, berarti saya juga yang jadi pengarahnya dong Bu?"

"Tentu saja, Tari. Tapi Ibu juga akan membantumu nanti sebagai pembimibing." Bu Ayu tersenyum. Berkebalikan dengan Tari yang malah meneguk ludah kasar.

Itu artinya, dia akan lebih lama di sekolah.

"Saya bukannya nggak mau, Bu." Tari mencoba beralasan. Bel istirahat sudah sejak sepuluh menit yang lalu berbunyi. Pasti teman-temannya sudah gusar sekarang menunggunya di kantin. "tapi ini menyangkut nama baik sekolah. Kalau naskah saya nggak bagus, nanti saya takut malah membuat sekolah kita kalah. Setahu saya, Cahaya Biru selalu memenangkan lomba ini, Bu."

My Illegal Boyfriend Where stories live. Discover now